Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Sunday, May 16, 2021

5 Nilai Ibadah Setelah Ramadhan Yang Harus Dilestarikan



Bulan sesudah Ramadhan adalah Syawal yang artinya peningkatan. 

Di sinilah letak pentingnya melestarikan nilai-nilai Ibadah Ramadhan. 


* Lalu apa yang harus kita perbuat setelah Ramadhan ini?

Sekurang-kurangnya, ada lima nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan, antara lain: 


* 1. TIDAK GAMPANG BERBUAT DOSA * 


Ibadah Ramadhan yang kita kerjakan dengan sebaik-baiknya membuat kita telah mendapatkan jaminan ampunan dari dosa-dosa yang kita perbuat selama ini, karena itu semestinya setelah melewati ibadah Ramadhan ini kita tidak gampang lagi melakukan perbuatan yang bisa bernilai dosa, apalagi secara harfiyah Ramadan artinya, yakni mencapai dosa. 

Kalau dosa itu kita ibaratkan seperti pohon, maka kalau sudah dibakar, pohon itu tidak mudah tumbuh lagi, bahkan bisa jadi mati, sehingga dosa-dosa itu tidak mau kita lakukan lagi. 


Dengan demikian, jangan sampai dosa yang kita tinggalkan pada bulan Ramadhan itu hanya menahan diri untuk selanjutnya setelah Ramadhan berakhir dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar. 

Kalau demikian jadinya, maka ibarat pohon, hal itu bukan dibakar, tapi hanya ditebang sehingga satu cabang ditebang tumbuh lagi tiga, empat bahkan lima cabang beberapa waktu kemudian. 


Dalam dosa, sebagai seorang muslim jangan sampai kita termasuk orang yang bangga dengan dosa, apalagi kalau mati dalam keadaan bangga terhadap dosa yang dilakukan, bila ini yang terjadi, maka sangat besar risiko yang akan kita hadapi dihadapan Allah SWT, Allah berfirman yang artinya: 

* Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka bisa masuk kedalam surga, hingga Onta masuk ke lubang jarum. *

* Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang kejahatan * (QS 7:40). 


* 2. HATI-HATI DALAM BERSIKAP & BERTINDAK * 


Selama jangka waktu di bulan Ramadhan, kita cenderung berhati-hati dalam melakukan sesuatu. 

Hal itu karena kita tidak ingin ibadah Ramadhan kita menjadi sia-sia dengan sebab kekeliruan yang kita lakukan. 

Secara harfiyah, Ramadan juga berarti mengasah, yakni mengasah ketajaman hati agar dengan mudah bisa membelah atau membedakan antara yang haq dengan yang bathil. 


Ketajaman hati yang akan membuat seseorang menjadi berhati-hati dalam cinta dan bertingkah laku. 

Sikap seperti ini merupakan sikap yang sangat penting sehingga dalam hidupnya, seorang muslim tidak asal melakukan sesuatu, apalagi hanya mendapat nikmat secara duniawi. 


Kehati-hatian dalam hidup ini menjadi sangat penting mengingat apapun yang kita lakukan akan dimintai jawaban-jawaban dihadapan Allah SWT. 

Oleh karena itu apa yang harus kita lakukan harus kita pahami dengan baik dan mempertimbangkan secara matang, sehingga tidak hanya ikut-ikutan melakukan. Ingat, Allah berfirman yang artinya: 

* Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan memantau pertanggungan jawabnya *

(QS 17:36). 


* 3. BERSIKAP JUJUR DALAM PENGABDIAN * 


Ketika kita berpuasa Ramadhan, kejujuran mewarnai kehidupan kita sehingga kita tidak berani makan dan meskipun tidak ada orang lain yang mengetahuinya. 

Hal ini karena kita yakin Allah SWT yang memerintahkan kita berpuasa selalu meningkatkan diri kita dan kita tidak mau membohongi diri sendiri apalagi membohongi Allah, karena hal itu memang tidak mungkin. Inilah kejujuran yang sebenarnya. 


Maka dari itu, setelah berpuasa sebulan Ramadhan semestinya kita mampu menjadi orang-orang yang selalu jujur, baik jujur ​​dalam perkataan, kejujuran dalam perbuatan, atau kejujuran dalam hal oranglain, dan segala bentuk kejujuran lainnya. 


Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa kita sekarang ini, kejujuran merupakan sesuatu yang sangat diperlukan. 

Banyak kasus di negeri kita yang tidak cepat selesai bahkan tidak selesai-karena tidak ada kejujuran, orang yang bertanggung jawab untuk menyatakan selesai karena bisa dibuktikan kesalahannya dan mencari pembuktian memerlukan waktu yang panjang, padahal kalau yang menyatakan itu mengaku saja jujur ​​bahwa dia menentukan, tentu dengan cepat masalah bisa selesai. 


Sementara orang yang jujur ​​mengaku tidak bertanggung jawab tidak perlu lagi untuk diselidiki apakah dia melakukan kesalahan atau tidak. 

Tapi kejujuran itu tidak ada, yang terjadi kemudian adalah saling curiga karena mencurigai bahkan tuduh menuduh yang membuat masalah semakin rumit. 


Ibadah puasa telah mendidik kita untuk berjuang jujur ​​kepada hati nurani kita yang sehat dan tajam, bila kejujuran ini tidak mewarnai kehidupan kita, maka nilai pendidikan dari ibadah Ramadhan kita menemukan kegagalan, meskipun secara hukum ibadah puasanya tetap sah. 


* 4. MEMILIKI SEMANGAT HIDUP BERJAMAAH * 


Kebersamaan kita dalam membuat kesulitan dalam membuat kesulitan dalam bercinta sehingga setan menjadi terbelenggu pada bulan Ramadhan. 

Hal ini bagi kehidupan lagi dengan semangat yang tinggi kita dalam menunaikan shalat yang lima waktu secara berjamaah sehingga di bulan Ramadhan inilah mungkin shalat berjamaah yang paling banyak kita lakukan, bahkan juga di masjid atau mushalla. 


Disamping itu, ibadah Ramadhan yang membuat kita dapat merasakan lapar dan haus, telah memberikan kepada kita untuk memiliki solidaritas sosial kepada mereka yang menderita dan mengalami berbagai macam kesulitan, itupun sudah kita tunjukkan dengan zakat yang kita tunaikan. 


Karena itu, semangat berjamaah kita sesudah Ramadhan ini semestinya menjadi sangat baik, apalagi kita menyadari bahwa kita tidak mungkin bisa hidup sendirian, sehebat apapun kekuatan dan potensi diri yang kita miliki, kita tetap sangat diperlukan pihak lain. Itu pula, dalam konteks perjuangan Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang berjamaah berjamaah, yang saling kuat kuatkan firman-Nya yang artinya: 

* Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh *

(QS 61: 4) 


* 5. MELAKUKAN PENGENDALIAN DIRI * 


Puasa Ramadhan adalah diri sendiri dari hal-hal yang pokok seperti makan dan minum dan nafsu syahwat. 

Kemampuan kita dalam mengendalikan diri dari hal-hal yang pokok itu semestinya membuat kita mampu mengendalikan diri dari kebutuhan kedua dan ketiga, bahkan dari hal-hal yang kurang pokok dan tidak perlu sama sekali. 

Namun, banyak orang telah mengalahkan untuk menahan makan dan minum yang sebenarnya pokok, tapi tidak dapat menahan diri dari hal-hal yang tidak perlu. 

Sekalipun kita sangat menginginkan sesuatu, karena itu perbuatan batil ya harus kita kendalikan diri. 


Kemampuan kita mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak benar menurut Allah dan Rasul-Nya merupakan sesuatu yang amat kedekatan, bila tidak, kehidupan ini akan berlangsung seperti tanpa aturan, tak ada lagi halal dan haram, tak ada lagi haq dan bathil, bahkan tak ada lagi pantas dan tidak pantas atau sopan dan tidak. 


Yang jelas, selama manusia menginginkan sesuatu, hal itu akan dilakukan meskipun tidak benar, tidak sepantasnya dan sebagainya. 

Bila ini terjadi, apa bedanya kehidupan manusia dengan kehidupan binatang, bahkan lebih baik dalam kehidupan binatang, karena mereka tidak diberi potensi akal, Allah berfirman yang artinya: 

* Dan sungguh Kami sediakan untuk neraka jahannam penghuninya kebanyakan dari jin dan manusia, yaitu mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) , dan mereka mempunyai telinga tapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat Allah). *

* Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka menyerang orang-orang yang lalai * 

(QS 7: 179). 


Dengan demikian, harus kita sadari bahwa Ramadhan adalah bulan pendidikan dan latihan, ibadah Ramadhan justru tidak terletak pada amaliyah Ramadhan yang kita kerjakan dengan baik, tapi yang juga sangat penting adalah bagaimana menunjukkan adanya peningkatan takwa yang dimulai dari bulan Syawal ini hingga Ramadhan tahun yang akan dimulai datang. 

Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan