Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Sunday, April 11, 2021

Betulkan Niat Puasa: Romadhona Atau Romadhoni ?



Mari kita betulkan niat puasa mulai tahun ini: 

Kata ROMADHON termasuk Isim Ghairu Munshorif (karena isim alam dan tambahan alif dan nun), yang berdasarkan dalan kondisi i'rob Jer maka alamatnya menggunakan FATHAH menjadi (ROMADHONA), namun kondisi tersebut disandarkan kepada lafadz setelahnya (diidlofahkan) atau kemasukan Alif-Lam ( AL) maka tanda adanya Jernya menggunakan KASROH menjadi ROMADHONI (NI) bukan (NA). 


Imam Ibnu Malik di dalam umpan alfiyahnya berkata


وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَا لاَ يَنْصَرِفْ * مَا لَمْ يُضَفْ أَوْ يَكُ بَعْدَ أَلْ رَدِف


Dan dijerkan dengan FATHAH terhadap isim yang tidak menerima tanwin (Isim Ghairu Munshorif), selama tidak dimudhofkan atau berada setelah AL yang mengiringinya.


Jadi redaksi niat puasa Romadhon yang benar adalah sebagai berikut: 


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ فرضا لِلّه تَعَالَى


NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN ADAA-I FARDHI SYAHRI ROMADHOONI HADZIHIS-SANATI FARDHON LILLAAHI TA'ALA.


Bila doa ini diterjemahkan adalah: aku niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadhon dari tahun ini, karena Allah ta'ala.


Nah, dalam redaksi niat di atas, '' and '' lafadz Romadhon dibaca Fathah (ROMADLONA) bukan (Ni) dengan tidak mengidlofahkan kepada lafadz setelahnya yaitu lafadz (HADZIHIS SANATI) maka lafadz (HADZIHIS SANATI) secara ilmu nahwu (gramatika bahasa arab) menjadi Dzorof, yang harus dibaca HADZIHIS SANATA (TA) bukan (TI), karena status i'robnya adalah Nashob, sehingga redaksi niatnya menjadi sebagai berikut:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ لِلّه تَعَالَى

NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN ADAA-I: FARDHI SYAHRI ROMADHOONA HADHIHIS-SANATA LILLAAHI TA'ALA.


Maka jika redaksinya terjadi di atas ini, secara bahasa arab perubahan makna, menjadi sebagai berikut:


(Aku niat puasa besok, untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadhon, selama setahun ini).


Kenapa begitu?

Karena lafadz HADZIHIS SANATA status sebagai Dzorof yang menunjukkan waktu dilaksanakannya suatu pekerjaan yang dalam hal ini pekerjaannya adalah niat atau puasa, niat padahal hanya membutuhkan waktu beberapa detik, demikian juga puasa hanya butuh beberapa jam tidak sampai satu tahun.


Sehingga bila niat puasa menggunakan redaksi di atas ROMADHONA (NA) dan HADZIHIS SANATA (TA), maka redaksi yang salah.


Oleh karena fakta redaksi niat yang benar adalah yang pertama di atas yaitu:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ فرضا لِلّه تَعَالَى


NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN ADAA-I FARDHI SYAHRI ROMADHOONI HADZIHIS-SANATI FARDHON LILLAAHI TA'ALA.


Di dalam Kitab I'anatu at-Tholibin, juz 2/253, sebagai berikut:


يُقْرَأُ رَمَضَانِ بِالْجَرِّ بِالْكَسْرَةِ لِكَوْنِهِ مُضَافًا إِلَى مَا بَعْدَهُ وَهُوَ إِسْمُ ارْلإِشَا


Romadhoni (ni) dibaca jer dengan KASROH karena statusnya menjadi Mudhof kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh.



ROMADHONI dibaca dengan tanda kasroh, karena dimudhofkan pada lafadz setelahnya yaitu isim isyaroh (HADZIHI).

Keterangan:

Isim ghoiru munsharif that not ditanwin and not dikasroh karena punya illat yang menyebabkan sifat keisimannya lemah, lebih cenderung mirip fi'il. Namun ketika dimudhofkan maka sifat keisimannya menjadi kuat, sehingga tanda itu kembali memakai kasroh.- 


Dalam Kitab Kasyifatussaja hlm 7, bahwa secara redaksi ada juga sebagian kecil ulama 'yang mengatakan bahwa kalau lafadz Romadhon dibaca kasroh (ROMADHONI) maka lafadz hadzihis sanah juga dibaca kasroh (HADZIHIS SANATI), di baca fathah (ROMADHONA) maka lafad setelah juga dibaca fathah (HADZIHIS SANATA), setatusnya tidak sebagai Dhorof tapi dibaca Nashob karena terjadi Qot'u atau pemutusan dari lafadz sebelumnya, dan menurut pendapat ini jika lafadz ROMADHON di idlofahkan kepada lafadz setelahnya sangat menjanggalkan karena 'ALAM tidak bisa diidlofahkan.


Yang lebih salah lagi adalah redaksi niat yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yaitu:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى


Pada lafadz Romadhon dibaca ROMADHONA (NA) sementara pada lafadz Hadzihis sanah dibaca HADZIHIS SANATI (TI), ini secara ilmu gramatika bahasa arab tidak ada jalurnya.


Lalu bagaimana dengan hukum puasanya jika redaksi niatnya salah?


Puasanya tetap sah SAH walaupun terjadi kesalahan dalam membaca harokat di dalamnya, selama yang dikehendaki dengan HADZIHISSANATI adalah bulan Romadlon tahun ini, karena letak niat itu di dalam hati, shalat dhuhur dengan perintah redaksi niat shalat ashar akan tetapi niatnya dalam hati adalah shalat dhuhur maka juga SAH sebagai shalat dhuhur.


Namun niat yang diucapkan, Apalagi bersama-sama, maka hendaknya  tidak salah dalam i'robnya.


Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan