Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Dr. KH. Abduh Al-Manar, M.Ag.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah. Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

PAUD Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MI Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MTS Al-Iryadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Friday, April 30, 2021

Nuzul Al Quran




KHUTBAH PERTAMA


إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِسنَ شُرِورف

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا مقَامًا

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَ.

 اللهم فصل وسلم على سيدنا محمد كان صادق الوعد وكان رسولا نبيا, وعلى آله وصحبه الذين يحسنون إسلامهم ولم يفعلوا شيئا فريا,

 أما بعد, فيا أيها الحاضرون رحمكم الله, اوصيني نفسي وإياكم بتقوى الله, فقد فاز المتقون.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: 

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

 (QS al-An'am [6]: 155)


Alhamdulillah, kita dipertemukan oleh Allah di hari yang mulia, di tempat yang mulia, di bulan mulia, bersama dengan orang-orang yang insyaallah dimuliakan oleh Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada baginda Nabi SAW.


Bertakwalah kepada Allah, kapan pun dan di mana pun Anda berada. Pelihara selalu tindakan, ucapan, dan sikap kita agar senantiasa berada di jalan Allah, meniti sunnah Rasulullah.


Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Setiap Ramadhan kaum Muslim biasa menyelenggarakan peringatan Nuzulul Quran. Berbagai acara dilakukan untuk mengingatkan kembali kepada pentingnya Al-Quran sebagai baru hidup manusia akhir zaman.


Peristiwa Nuzulul Quran adalah peristiwa dahsyat. Mengapa? Perhatikan firman Allah SWT:

لو أنزلنا هذا القرآن على جبل لرأيته خاشعا متصدعا من خشية الله وتلك الأمثال نضربها للناس لعلهم يتفكرون


Andai Al-Qur'an ini Kami turunkan di atas gunung, kamu (Muhammad) pasti menyaksikan gunung itu tunduk dan pecah berkeping keping karena takut kepada Allah. Perumpamaan itu kami buat untuk manusia agar mereka mau berpikir (TQS al-Hasyr [59]: 21).


Imam ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan pernyataan: Allah Yang Maha Agung berfirman, Andai Kami menurunkan Al-Quran kepada sebuah gunung, sementara gunung itu berupa sekumpulan bebatuan, pasti Anda akan melihat, wahai Muhammad, gunung itu sangat takut. Allah mengatakan, Gunung itu tunduk dan terpecah-belah karena begitu takutnya kepada Allah meskipun gunung itu (bebatuan) amat keras. Tidak lain karena gunung tersebut sangat khawatir tidak sanggup menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan atas dirinya, yakni mengagungkan Al-Quran (Ath-Thabari, Jami al-Bayan fi Tawil Al-Quran, 23/300).


The Imam al-Baidhawi menafsirkan ayat ini dengan menyatakan, Andai Kami (Allah SWT) menciptakan akal dan perasaan pada gunung, seseorang yang telah Kami ciptakan pada diri manusia, kemudian Kami menurunkan Al-Quran di atasnya, dengan pengawasan pahala dan siksa, gunung itu akan tunduk, patuh dan hancur berkeping-keping karena takut kepada Allah SWT. Ayat ini merupakan gambaran betapa besarnya kehebatan dan pengaruh Al-Quran. (Al-Baidhawi, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Tawil, 3/479).


Karena, menurut Abu Hayan al-Andalusi, ayat ini merupakan celaan kepada manusia yang keras dan perasaannya tidak ada sedikit pun oleh Al-Quran. Sedangkan jika gunung yang tegak dan kokoh saja pasti tunduk dan patuh pada Al-Quran, sejatinya manusia lebih layak untuk tunduk dan patuh pada Al-Quran (Abu Hayan al-Andalusi, Bahr al-Muhîth, 8/251). 


Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Apa yang dinyatakan oleh Abu Hayan al-Andalusi ini justru banyak terjadi saat ini. Banyak manusia tidak tunduk dan patuh pada Al-Quran. Banyak manusia yang bahkan tidak bergetar saat Al-Quran dibacakan. Boleh jadi hal itu karena banyak hati manusia yang sudah mengeras. Bahkan lebih keras dari batu. 

Tak sedikit pun ... oleh bacaan Al-Quran. Apalagi tergerak untuk mengamalkan isinya dan menerapkan hukum-hukumya. Padahal setiap tahun Nuzulul Quran diperingati. Bahkan setiap hari mungkin Al-Qur'an sering dibaca atau diperdengarkan.


Jika demikian keadaannya, Allah SWT telah mengingatkan kita:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا


Tidakkah mereka memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka telah ucapkan? (TQS Muhammad [47]: 24).


Artinya, menurut Imam as-Samaqandi, Apakah mereka tidak mendengarkan Al-Quran; tidak mengambil pelajaran dari Al-Quran; dan tidak menilai apa yang telah Allah SWT turunkan dalam Al-Quran berupa janji dan ancamannya serta banyaknya di dalamnya sehingga dengan itu mereka paham bahwa Al-Quran benar-benar dari sisi Allah? Ataukah kalbu-kalbu mereka telah tertutup? (As-Samarqandi, Bahr al-Ulum, 4/156).


Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Al-Quran sejatinya Allah SWT turunkan agar menjadi rahmat bagi manusia (Lihat: QS Fushilat [41]: 2-3). Dan itu hanya bisa terwujud jika seruan-seruannya dipenuhi oleh manusia. Allah menjanjikan keberkahan.

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ


Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati. Karena itu ikutilah kitab tersebut dan bertakwalah agar kalian diberi rahmat (TQS al-An'am [6]: 155).

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Seruan-seruan Al-Qur'an setidaknya memiliki dua aspek, yakni aspek ruhiyah (spiritual) dan aspek siyasiyah (politik). 

Aspek ruhiyah mencakup pengaturan hubungan manusia dengan Allah SWT seperti shalat, puasa, haji, dll. 

Adapun aspek siyasiyah (politik) mengatur hubungan sesama manusia, khususnya yang berhubungan dengan pemerintahan yang dijalankan oleh negara dan dikontrol oleh umat. Sebab, politik dalam Islam pada hakikatnya adalah pengaturan urusan umat, baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai dengan petunjuk dan hukum-hukum Al-Quran.

 

Sayang, aspek siyasiyah Al-Quran belum mendapat perhatian semestinya aspek ruhiyah-nya. Oleh sebab itu, pantas kerahmatan dan keberkahan Al-Quran masih jauh dari kehidupan manusia saat ini.

 

Ayat Al-Quran yang sifatnya politis, seperti ayat-ayat tentang kewajiban menerapkan hukum Islam dalam aspek publik, diterapkan. Demikian pula ayat-ayat tentang dakwah dan jihad, amar makruf nahi mungkar, hingga ayat-ayat tentang kewajiban menegakkan sistem ekonomi Islam seolah-olah hilang. 


Al-Quran itu jelas-jelas membina seluruh aspek kehidupan. Inilah kitab paripurna bagi manusia untuk mengarungi dunia. Yang berasal dari Yang Maha Benar dan Adil, Allah SWT. Karenanya, tugas kita semua, membumikan Al-Quran sehingga Islam ini dapat dilaksanakan secara kaffah dikontohkan Nabi dan sahabat. Mewujudkan keberkahan hakiki di atas ridha ilahi rabbi.


[]


بارك الله لي ولكم فى القرآن العظيم, ونفعني وإياكم بمافيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل الله منا ومنكم تلاوته وإنه هو السميع العليم, وأقول قولي هذا فأستغفر الله العظيم إنه هو الغفور الرحيم


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَهيِّدَنَعو سَهي لهُ وَأَشْهَدُ أن سَهيِّدَنَع أنَّ سَهيِّدَنَع أن سَهيِّدَنَع المان سَهلا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أما بعد فيا ايها الناس اتقواالله فيما أمر وانتهوا عما نهى واعلموا أن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنى بملآ ئكته المسبحة بقدسه وقال تعالى إن الله وملآئكته يصلون على النبى يآ ايها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وعلى آل سيدنا محمد وعلى انبيآئك ورسلك وملآئكة المقربين وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين أبى بكر وعمر وعثمان وعلي وعن بقية الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم باحسان الى يوم الدين وارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين


اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحيآء منهم والاموات اللهم أعز الإسلام والمسلمين وأذل الشرك والمشركين وانصر عبادك الموحدية وانصر من نصر الدين واخذل من خذل المسلمين و دمر أعداء الدين واعل كلماتك إلى يوم الدين. اللهم ادفع عنا البلاء والوباء والزلازل والمحن وسوء الفتنة والمحن ما ظهر منها وما بطن عن بلدنا اندونيسيا خآصة وسائر البلدان المسلمين عآمة يا رب العالمين. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِ.


 عِبَادَاللهِ! إن الله يأمرنا بالعدل والإحسان وإيتآء ذي القربى وينهى عن الفحشآء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون واذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم ولذكر الله أكبر

Share:

Monday, April 26, 2021

Shalat Tarawih Bulan Ramadhan

 


Sudah menjadi hal yang maklum, bahwa Shalat Tarawih adalah Shalat sunah yang menjadi paket yang tidak terpisahkan dari bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini. waktunya, dikerjakan sesudah Shalat Isya’ sampai terbitnya fajar yang menandakan masuknya waktu Shalat Subuh, sebagaimana yang dikerjakan oleh para sahabat, tabi’in, salaf dan sampai pada masa kini, yang telah dikerjakan dan dianjurkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, sehingga Beliau juga menunjukkan keutamaan dari Shalat Tarawih tersebut sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhori dan Al Imam Muslim dari riwayat Sayyiduna Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, yang mana Beliau berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah bersabda: Barang siapa menghidupkan bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”.


Al Imam Nawawi  berkata : yang di maksud “menghidupkan bulan ramadhan” adalah dengan Shalat Tarawih.


 


PENCETUS SHALAT TARAWIH


Tentulah dapat dipastikan, bahwa pencetus pertama dari Shalat Tarawih adalah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummul Muminin Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu Taala Anha, Beliau berkata: pada suatu malam An Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, mengerjakan Shalat di masjid maka datang sekelompok orang ikut mengerjakan Shalat bersama Nabi sehingga bertambah banyak orang yang ikut Shalat bersamanya, begitu juga hari berikutnya. Pada hari ke tiga dan ke empat banyak orang berkumpul menunggu Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam akan tetapi Beliau tidak keluar ke masjid, sehingga dipagi harinya Nabi  Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda : “Sungguh aku telah tahu apa yang kalian lakukan semalam dan tidak ada yang mencegah aku keluar kecuali aku takut apabila diwajibkan kepada kalian” Berkata Sayyidatuna Aisyah : “dan kejadian itu di bulan Ramadhan”


BERJAMA’AH


Setelah Rasulallah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam meninggal Salat Tarawih selalu di kerjakan dimalam-malam bulan Ramadhan dan dikerjakan sediri-sendiri. ketika di zaman Sayyiduna Umar Radhiyallahu Ta’ala Anhu. Beliau memerintahkan untuk dikerjakan secara berjamaah (seperti dahulu di zaman Nabi) sebagimana yang telah diriwayatkan Sayyiduna Abdurrahman bin Abdul Qari, Beliau berkata: “Ketika aku keluar bersama Sayyiduna Umar bin khattab di malam bulan Ramadhan maka kami mendapati muslimin mengerjakan Shalat Tarawih dengan sendiri-sendiri dan ada juga yang berjamaah dengan sekelompok orang. Berkata Sayyiduna Umar: “saya berpendapat, kalaulah dikerjakan berjamaah maka akan indah”, lalu Beliau mengumpulkan mereka dan dipilihlah Sayyiduna Ubay bin ka’ab menjadi Imam.


Berkata Sayyiduna Abdurrahman bin Abdul Qari, lalu keesokan harinya, aku keluar lagi bersama Beliau (Sayyiduna Umar) dan Shalat Tarawih dikerjakan berjamaah dengan imamnya Sayyiduna Ubay bin ka’ab, lalu berkata : “inilah sebaik-baiknya bid’ah”.


RAKAAT  TARAWIH


Shalat Tarawih, merupakan ibadah sunnah yang muakkad, sebagaimana tertera dalam hadits diawal tulisan ini, dengan jumlah rakaat 20, dengan 10 salam. Jika kita gabungkan dengan 3 rakaat dari Shalat Witir, menjadi 23 rakaat.


Tidak ada satupun yang menentang akan hal ini, semenjak zaman Sayyiduna Umar bin Khattab, lalu zaman para Imam 4 Madzhab sampai saat ini. Hanya saja memang Al Imam Malik disamping berpendapat 23 rakaat, juga memunculkan pendapat, bahwa Shalat Tarawih 36 rakaat di tambah 3 rakaat witir, menjadi 39 rakaat. Pendapat Beliau ini berdasarkan amalan penduduk Kota Madinah Al Munawwaroh.


Para Imam Madzhab mengambil pendapat yang sama, tentang 20 rakaat, sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imam Al Baihaqi dan yang lainnya dengan sanad yang shahih, dari Sayyiduna As Saib bin yazid Radhiallahu Anhu, Beliau berkata: “sesungguhnya dahulu para sahabat mendirikan Shalat Tarawih dizaman Sayyiduna Umar dua puluh rakaat”.


Begitu juga yang diriwayatkan dari Al Imam Malik bin Anas Radhiyallahu Anhu di dalam kitabnya Al Muwaththo’ dari sahabat Yazid bin Rumman Radhiallahu Anhu berkata: “sesungguhnya dahulu para sahabat mendirikan Shalat Tarawih dizaman Sayyiduna Umar dua puluh tiga rakaat”.


Dari Al Imam Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni, Beliau menjelaskan sesungguhnya para ulama sepakat bahwa jumlah rakaat tarawih adalah 20 dan menolak atas pendapat Al Imam Malik  Radhiallahu Anhu dalam riwayatnya yang kedua yaitu tiga puluh enam rakaat.  Al Imam Ahmad bin Hambal, Al Imam Abu Hanifah, Al Imam Asy Syafi’i dan imam Ats-Tsauri Radhiallahu Anhum bersepakat bahwa jumlah rakaat Shalat Tarawih adalah 20 rakaat. Adapun Imam Malik RA mengerjakan tiga puluh enam rakaat karena mengikuti apa yang di kerjakan Ahli Madinah.


Disebutkan di dalam kitab Mukhtasor Almuzani bahwa Al Imam Asy Syafi’I berkata: “Aku telah mendapati Ahli Madinah mengerjakan Tarawih 36 rakaat tetapi Aku lebih suka 20 karena mengikuti apa yang telah di riwayatkan dari Sayyiduna Umar bin Khattab.


Begitu juga, telah menjadi amalan Ahlu Makkah mengerjakan Shalat Tarawih dengan dua puluh rakaat ditambah dengan tiga rakaat witir.


Al Imam At Turmudzi juga meriwayatkan dalam kitab Sunannya, bahwa Shalat Tarawih adalah 20 rakaat. Begitu pula apa yang dikatakan oleh Al Imam Ibn Rusyd dan Al Imam An Nawawi.


Al Imam Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Fatwanya: “Adalah benar bahwa Ubay bin Kaab sebelumnya menjadi imam dalam Shalat Tarawih 20 rakaat dan berwitir dengan 3 rakaat. Dengan inilah banyak ulama sepakat inilah yang tepat, karena dikerjakan ditengah-tengah para Muhajirin dan Anshor, dan tidak ada seorangpun dari sahabat yang teman hal tersebut ”. Dilaksanakan sampai saat ini di Masjidil Haram dan Masjid An Nabawi dan di hampir semua kaum Muslimin.


Bahkan Sayyiduna Ali Radhiallahu Anhu berkata: Semoga Allah menerangi kubur Umar Radhiallahu Anhu sebagai mana beliau telah menerangi masjid-masjid kita ”.


 https://www.alfachriyah.org/ilmu/kajian-ramadhan/jumlah-rakaat-shalat-tarawih

Share:

Saturday, April 24, 2021

Kerjasama Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As

 


Tafsir surat al baqarah ayat 127

وإذ يرفع إبرهۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّيمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ 

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dari dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah yang kami (amalan kami), sebenarnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

 

Orang-orang Arab diingatkan bahwa yang membangun Baitullah itu adalah nenek moyang mereka yang bernama Ibrahim dan putranya Ismail. Ibrahim adalah nenek moyang orang-orang Arab melalui putranya Ismail. Sedangkan orang Israil melalui putranya Ishak. Seluruh orang Arab mengikuti agama Ibrahim.

Dari ayat tersebut dapat mewujudkan bahwa membangun Baitullah ialah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Tujuannya adalah untuk memilih pada Allah bukan untuk yang lain, sebagai peringatan bagi dirinya, yang akan diingat-ingat oleh anak cucunya di kemudian hari. Bahan-bahan untuk membangun Ka'bah itu adalah benda-benda biasa sama dengan benda-benda yang lain, dan bukan benda yang sengaja diturunkan Allah dari langit. Semua riwayat yang menerangkan Ka'bah secara berlebih-lebihan, adalah riwayat yang tidak benar, diduga berasal dari Isra'i1iyat. Mengenai al-hajar al-Aswad) 'Umar bin al-Khatthab ra berkata pada waktu ia telah menciumnya:

 

"Dari Umar semoga Allah meridainya, bahwa dia telah mencium Hajarul Aswad dan berkata: "Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa engkau batu yang tidak dapat memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat. Kalau aku tidak melihat Rasulullah saw mencium engkau, tentu aku tidak akan mencium engkau." (Muttafaq 'Alaih)

 

Menurut riwayat ad-Daraqutni, Rasulullah saw pernah menyatakan sebelum mencium Hajar Aswad bahwa itu adalah batu biasa. Demikian pula halnya Abu Bakar r.a., dan sahabat-sahabat yang lain. Dari riwayat-riwayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Hajar Aswad adalah batu biasa saja. Perintah menciumnya berhubungan dengan ibadah, seperti perintah salat menghadap ke Ka'bah, perintah melempar jamrah di waktu melaksanakan ibadah haji dan sebagainya. Semuanya dilaksanakan semata-mata melaksanakan perintah Allah.

Setelah Ibrahim dan Ismail selesai meletakkan fondasi Ka'bah, mereka berdua berdoa: "Terimalah dari kami", (maksudnya ialah terimalah amal kami sebagai amal yang saleh, ridailah dan berilah pahala ...) "Allah Maha Mendengar" (maksudnya: Allah Maha Mendengar doa kami), dan "Allah Maha Mengetahui" (maksudnya: Allah Maha Mengetahui niat-niat dan maksud kami membangun dan mendirikan Ka'bah ini).

Dari ayat di atas dapat diambil hukum bahwa sunah hukumnya berdoa dan menyerahkan semua amal kita kepada Allah apabila telah selesai mengerjakannya. Dengan penyerahan itu berarti tugas seorang hamba ialah mengerjakan amal-amal yang saleh karena Allah, dan Allah-lah yang berhak menilai amal itu dan memberinya pahala sesuai dengan penilaian-Nya.

Dari ayat di atas juga dapat dimengerti bahwa Ibrahim a.s. dan putranya, Ismail a.s., berdoa kepada Allah setelah selesai mengerjakan amal yang saleh dengan niat dan maksud perbuatan itu semata-mata dilakukan dan dikerjakan karena Allah. Karena sifat dan bentuk perbuatan yang dikerjakannya itu diyakini sesuai dengan perintah Allah, maka ayah dan anak itu yakin pula bahwa amalnya itu pasti diterima Allah. Hal ini berarti bahwa segala macam doa yang dipanjatkan kepada Allah yang sifat, bentuk dan tujuannya sama dengan yang dilakukan oleh Ibrahim a.s. dengan putranya, pasti diterima Allah pula dan pasti diberi pahala yang baik dari sisi-Nya.

Pada ayat berikutnya (128) Ibrahim a.s. melanjutkan doanya, agar keturunannya menjadi umat yang tunduk dan patuh kepada Allah. Di dalam perkataan "Muslim" (tunduk patuh) terkandung pengertian bahwa umat yang dimaksud Ibrahim a.s. itu mempunyai sifat-sifat:

1.             Memurnikan kepercayaan hanya kepada Allah. Hati seorang Muslim hanya mempercayai bahwa yang berhak disembah dan dimohonkan pertolongan hanya Allah Yang Maha Esa. Kepercayaan ini bertolak dari kesadaran Muslim bahwa dirinya berada di bawah pengawasan dan kekuasaan Allah. Allah saja yang dapat memberi keputusan atas dirinya.

2.                             Semua perbuatan, kepatuhan dan ketundukan, dilakukan hanya karena dan kepada Allah saja, bukan karena menurut hawa nafsu, bukan karena ingin dipuji dan dipandang baik oleh orang, bukan karena pangkat dan jabatan, dan bukan pula karena keuntungan duniawi.

Bila kepercayaan dan ketundukan itu tidak murni kepada Allah, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung bagi mereka. Allah berfirman:

 

Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya? (al-Furqan/25:43)

 

Allah membiarkan sesat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan mengunci mati hatinya, karena Allah mengetahui bahwa mereka tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya. Allah berfirman:

 

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? ¦. (al-Jasiyah/45:23)

 

Pada ayat 124 yang lalu, Ibrahim a.s. berdoa agar keturunannya dijadi-kan imam, Allah menjawab, "Keturunan Ibrahim yang zalim tidak termasuk di dalam doa itu." Karena itu pada ayat 128 ini Ibrahim a.s. mendoakan agar sebagian keluarganya dijadikan orang yang tunduk patuh kepada Allah.

Dalam hubungan ayat di atas terdapat petunjuk bahwa yang dimaksud dengan keturunannya itu ialah Ismail a.s. dan keturunannya yang akan ditinggalkan di Mekah, sedang ia sendiri kembali ke Syam. Keturunan Ismail a.s. inilah yang menghuni Mekah dan sekitarnya, termasuk Nabi Muhammad saw. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah.

 

¦. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang Muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini¦ (al-hajj/22:78)

 

Ibrahim dan Ismail memohon kepada Allah agar ditunjukkan cara-cara mengerjakan segala macam ibadah dalam rangka menunaikan ibadah, tempat wuquf, tawaf, sa'i, dan sebagainya, sehingga dia dan anak cucunya dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan yang diperintahkan Allah.

Di dalam ayat ini, Ibrahim a.s. memohon kepada Allah agar diterima tobatnya, padahal Ibrahim adalah seorang nabi dan rasul, demikian pula putranya. Semua nabi dan rasul dipelihara Allah dari segala macam dosa (ma'sum). Karena itu maksud dari doa Ibrahim dan putranya ialah:

1.             Ibrahim a.s. dan putranya Ismail a.s. memohon kepada Allah agar diampuni segala kesalahan yang tidak disengaja, yang tidak diketahui dan yang dilakukannya tanpa kehendaknya sendiri.

2.             Sebagai petunjuk bagi keturunan dan pengikutnya di kemudian hari, agar selalu menyucikan diri dari segala macam dosa dengan bertobat kepada Allah, dan menjaga kesucian tempat mengerjakan ibadah haji.

"Allah Maha Penerima tobat" ialah Allah sendirilah yang menerima tobat hamba-hamba-Nya, tidak ada yang lain. Dia selalu menerima tobat hamba-hamba-Nya yang benar-benar bertobat serta memberi taufik agar selalu mengerjakan amal-amal yang saleh. "Allah Maha Penyayang" ialah Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertobat dengan menghapus dosa dan azab dari mereka.

Selanjutnya Ibrahim a.s. berdoa agar Allah mengangkat seorang rasul dari keturunannya yang memurnikan ketaatan kepada-Nya, untuk memberi berita gembira, memberi petunjuk dan memberi peringatan. Allah swt mengabulkan doa Nabi Ibrahim dengan mengangkat dari keturunannya nabi-nabi dan rasul termasuk Nabi Muhammad saw, nabi yang terakhir. Rasulullah saw bersabda:

Aku adalah doa Ibrahim dan yang diberitakan sebagai berita gembira oleh Isa. (Riwayat Ahmad).

 

Sifat dari rasul-rasul yang didoakan Ibrahim a.s. ialah:

1.             Membacakan ayat-ayat Allah yang telah diturunkan kepada mereka, agar ayat-ayat itu menjadi pelajaran dan petunjuk bagi umat mereka. Ayat-ayat itu mengandung ajaran tentang keesaan Allah, adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, adanya pahala bagi orang yang beramal saleh dan siksaan bagi orang yang ingkar, petunjuk ke jalan yang baik, dan sebagainya.

2.             Mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Al-Kitab ialah Al-Qur'an. Al-Hikmah ialah mengetahui rahasia-rahasia, faedah-faedah, hukum-hukum syariat, serta maksud dan tujuan diutusnya para rasul, yaitu agar menjadi contoh yang baik bagi mereka sehingga mereka dapat menempuh jalan yang lurus.

3.             "Menyucikan mereka" ialah menyucikan diri dan jiwa mereka dari segala macam kesyirikan, kekufuran, kejahatan, budi pekerti yang tidak baik, sifat suka merusak masyarakat dan sebagainya.

Ibrahim a.s. menutup doanya dengan memuji Tuhannya, yaitu dengan menyebut sifat-sifat-Nya, Yang Mahaperkasa, dan Yang Mahabijaksana. "Mahaperkasa" ialah yang tidak seorang pun dapat membantah perkataan-Nya, dan tidak seorang pun dapat mencegah perbuatan-Nya. "Maha-bijaksana" ialah Yang Maha Menciptakan segala sesuatu dan penggunaan-nya sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya.

Dari doa Nabi Ibrahim ini dapat mewujudkan bahwa ia memohonkan agar keturunannya diberi taufik dan hidayah, sehingga dapat melaksanakan dan mengembangkan agama Allah, membina peradaban umat manusia dan mengembangkan ilmu pengetahuan menurut yang diridai Allah.

Share:

Sunday, April 11, 2021

Betulkan Niat Puasa: Romadhona Atau Romadhoni ?



Mari kita betulkan niat puasa mulai tahun ini: 

Kata ROMADHON termasuk Isim Ghairu Munshorif (karena isim alam dan tambahan alif dan nun), yang berdasarkan dalan kondisi i'rob Jer maka alamatnya menggunakan FATHAH menjadi (ROMADHONA), namun kondisi tersebut disandarkan kepada lafadz setelahnya (diidlofahkan) atau kemasukan Alif-Lam ( AL) maka tanda adanya Jernya menggunakan KASROH menjadi ROMADHONI (NI) bukan (NA). 


Imam Ibnu Malik di dalam umpan alfiyahnya berkata


وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَا لاَ يَنْصَرِفْ * مَا لَمْ يُضَفْ أَوْ يَكُ بَعْدَ أَلْ رَدِف


Dan dijerkan dengan FATHAH terhadap isim yang tidak menerima tanwin (Isim Ghairu Munshorif), selama tidak dimudhofkan atau berada setelah AL yang mengiringinya.


Jadi redaksi niat puasa Romadhon yang benar adalah sebagai berikut: 


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ فرضا لِلّه تَعَالَى


NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN ADAA-I FARDHI SYAHRI ROMADHOONI HADZIHIS-SANATI FARDHON LILLAAHI TA'ALA.


Bila doa ini diterjemahkan adalah: aku niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadhon dari tahun ini, karena Allah ta'ala.


Nah, dalam redaksi niat di atas, '' and '' lafadz Romadhon dibaca Fathah (ROMADLONA) bukan (Ni) dengan tidak mengidlofahkan kepada lafadz setelahnya yaitu lafadz (HADZIHIS SANATI) maka lafadz (HADZIHIS SANATI) secara ilmu nahwu (gramatika bahasa arab) menjadi Dzorof, yang harus dibaca HADZIHIS SANATA (TA) bukan (TI), karena status i'robnya adalah Nashob, sehingga redaksi niatnya menjadi sebagai berikut:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ لِلّه تَعَالَى

NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN ADAA-I: FARDHI SYAHRI ROMADHOONA HADHIHIS-SANATA LILLAAHI TA'ALA.


Maka jika redaksinya terjadi di atas ini, secara bahasa arab perubahan makna, menjadi sebagai berikut:


(Aku niat puasa besok, untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadhon, selama setahun ini).


Kenapa begitu?

Karena lafadz HADZIHIS SANATA status sebagai Dzorof yang menunjukkan waktu dilaksanakannya suatu pekerjaan yang dalam hal ini pekerjaannya adalah niat atau puasa, niat padahal hanya membutuhkan waktu beberapa detik, demikian juga puasa hanya butuh beberapa jam tidak sampai satu tahun.


Sehingga bila niat puasa menggunakan redaksi di atas ROMADHONA (NA) dan HADZIHIS SANATA (TA), maka redaksi yang salah.


Oleh karena fakta redaksi niat yang benar adalah yang pertama di atas yaitu:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ فرضا لِلّه تَعَالَى


NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN ADAA-I FARDHI SYAHRI ROMADHOONI HADZIHIS-SANATI FARDHON LILLAAHI TA'ALA.


Di dalam Kitab I'anatu at-Tholibin, juz 2/253, sebagai berikut:


يُقْرَأُ رَمَضَانِ بِالْجَرِّ بِالْكَسْرَةِ لِكَوْنِهِ مُضَافًا إِلَى مَا بَعْدَهُ وَهُوَ إِسْمُ ارْلإِشَا


Romadhoni (ni) dibaca jer dengan KASROH karena statusnya menjadi Mudhof kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh.



ROMADHONI dibaca dengan tanda kasroh, karena dimudhofkan pada lafadz setelahnya yaitu isim isyaroh (HADZIHI).

Keterangan:

Isim ghoiru munsharif that not ditanwin and not dikasroh karena punya illat yang menyebabkan sifat keisimannya lemah, lebih cenderung mirip fi'il. Namun ketika dimudhofkan maka sifat keisimannya menjadi kuat, sehingga tanda itu kembali memakai kasroh.- 


Dalam Kitab Kasyifatussaja hlm 7, bahwa secara redaksi ada juga sebagian kecil ulama 'yang mengatakan bahwa kalau lafadz Romadhon dibaca kasroh (ROMADHONI) maka lafadz hadzihis sanah juga dibaca kasroh (HADZIHIS SANATI), di baca fathah (ROMADHONA) maka lafad setelah juga dibaca fathah (HADZIHIS SANATA), setatusnya tidak sebagai Dhorof tapi dibaca Nashob karena terjadi Qot'u atau pemutusan dari lafadz sebelumnya, dan menurut pendapat ini jika lafadz ROMADHON di idlofahkan kepada lafadz setelahnya sangat menjanggalkan karena 'ALAM tidak bisa diidlofahkan.


Yang lebih salah lagi adalah redaksi niat yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yaitu:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى


Pada lafadz Romadhon dibaca ROMADHONA (NA) sementara pada lafadz Hadzihis sanah dibaca HADZIHIS SANATI (TI), ini secara ilmu gramatika bahasa arab tidak ada jalurnya.


Lalu bagaimana dengan hukum puasanya jika redaksi niatnya salah?


Puasanya tetap sah SAH walaupun terjadi kesalahan dalam membaca harokat di dalamnya, selama yang dikehendaki dengan HADZIHISSANATI adalah bulan Romadlon tahun ini, karena letak niat itu di dalam hati, shalat dhuhur dengan perintah redaksi niat shalat ashar akan tetapi niatnya dalam hati adalah shalat dhuhur maka juga SAH sebagai shalat dhuhur.


Namun niat yang diucapkan, Apalagi bersama-sama, maka hendaknya  tidak salah dalam i'robnya.


Share:

Saturday, April 10, 2021

Terkabulnya Doa Nabi Ibrahim AS

 


Tafsir Al Baqrah Ayat 126:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman:" Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa dan neraka-buruk-buruk tempat kembali ".

 

Doa-doa Nabi Ibrahim telah dikabulkan oleh Allah. Juga ditegaskan tentang sifat doa Ibrahim as, yaitu keamanan bagi tanah Haram dan sifat-sifat orang yang berhak mewarisi, yaitu orang-orang yang baik dan mulia.

Yang dimaksud dengan "negeri ini" yaitu tanah suci Mekah, sesuai dengan firman Allah:

 

Ya Tuhan, sebenarnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ¦ (Ibrahim / 14:37)

 

Tanah suci Mekah didoakan agar keamanannya dari bencana bencana, bencana bencana, bencana bencana, bencana bencana, bencana bencana, bencana bencana, bencana bencana yang telah terjadi umat-umat-umat terdahulu disebabkan oleh keingkaran mereka Allah. Juga didoakan agar yang diberikan rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya.

Doa Nabi Ibrahim tidak diperbolehkan Allah dengan firman-Nya:

 

¦Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al-Qasas/28:57)

 

Terkabulnya doa Ibrahim a.s. itu terbukti dengan datangnya ke tanah Arab segala macam buah-buahan yang dibawa orang dari segala penjuru dunia. Ibrahim a.s. mengkhususkan doanya kepada orang-orang yang beriman, tetapi rahmat Allah itu amat banyak dan tak terhingga, diberikan-Nya kepada orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir. Allah berfirman:

 

Kepada masing-masing (golongan), baik (golongan) ini (yang menginginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami memberikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (a1-Isra '/ 17: 20)

 

Yang dimaksud dengan "golongan ini", yaitu orang-orang kafir yang lebih mengutamakan duniawi dan "golongan itu" adalah orang-orang Mukmin yang lebih mengutamakan kehidupan ukhrawi dibanding dengan kehidupan duniawi, hubungan yang tersebut pada ayat-ayat sebelumnya.

Selanjutnya dijelaskan perbedaan kesenangan yang diberikan kepada orang-orang mukmin dan kesenangan yang diberikan kepada orang-orang kafir. Kesenangan yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah kesenangan yang sementara, rezeki yang sedikit yang mereka terima dan rasakan selama hidup di dunia, kemudian di akhirat nanti mereka masuk neraka.

Manusia diberi pahala dan azab adalah karena perbuatan mereka sendiri. Maksudnya ialah manusia menjadi kafir dan fasik adalah atas kehendak dan kemauan sendiri. Karena siksa yang ditimpakan kepada mereka itu adalah berdasarkan perbuatan yang mereka lakukan atas kehendak dan kemauan mereka sendiri. Kekafiran mereka kepada Allah itu menyebabkan mereka diazab sesuai dengan sunatullah.

Berdasarkan sunatullah ini maka segala macam ilmu pengetahuan dan perbuatan manusia, baik perbuatan yang didorong oleh hawa nafsu atau didorong oleh kehendak jasmani dan rohani mereka, secara langsung pasti akan memberi bekas kebahagiaan atau kesengsaraan, banyak atau sedikit, baik manusia itu rela menerimanya atau tidak. Inilah yang dimaksud dengan ungkapan: Allah telah menjadikan jiwa yang kotor dan perbuatan yang tercela sebagai sasaran kemurkaan-Nya dan sasaran azab-Nya di akhirat nanti, sebagaimana Allah menjadikan tubuh yang kotor dan tidak terpelihara sebagai sasaran dari tempat penyakit yang diadakan-Nya.


Share:

Friday, April 9, 2021

Siapkan Diri Sambut Bulan Ramadhan




Siapkan Diri Sambut Bulan Ramadhan

* (KHUTBAH PERTAMA) *


إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِسنَ شُرِورف


مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,


أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا مقَامًا


 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَ.


 اللهم فصل وسلم على سيدنا محمد كان صادق الوعد وكان رسولا نبيا, وعلى آله وصحبه الذين يحسنون إسلامهم ولم يفعلوا شيئا فريا,


 أما بعد, فيا أيها الحاضرون رحمكم الله, اوصيني نفسي وإياكم بتقوى الله, فقد فاز المتقون.


قَالَ اللهُ تَعَالَى:


أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ


 شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ


 (QS al-Baqarah [2]: 185)


Alhamdulillah, kita sudah berada di akhir bulan Sya'ban, sebentar lagi kita memasuki Ramadhan. Semoga Allah menyampaikan kita semua ke bulan penuh berkah tersebut. Shalawat & salam, semoga senantiasa tercurah kpd junjungan kita Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman yang tlh beri jalan terang benderang kpd kita umat manusia.


Bertakwalah kepada Allah. Ingatlah, takwa kita menentukan derajat kita di hadapan Allah SWT. Mari terus berusaha menaati perintah-Nya & meninggalkan semua larangan-Nya baik yg ringan maupun yang berat.


*Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,*


Rasulullah SAW bersabda menjelang Ramadhan:


ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ


*_Sungguh tlh datang bulan Ramadhan yg penuh keberkahan. Allah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya. Di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup & setan-setan dibelenggu. pada bulan itu terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qadar). Siapa saja yg terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung)_ (HR Ahmad dan an-Nasa’i).*


Imam Ibnu Rajab berkata, “Bagaimana mungkin org yang beriman tidak gembira saat pintu-pintu surga dibuka? Bagaimana mungkin org yg pernah berbuat dosa (dan ingin bertobat serta kembali kpd Allah SWT) tdk gembira saat pintu-pintu neraka ditutup? Bagaimana mungkin org yg berakal tidak gembira saat setan-setan dibelenggu?” (Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathâif al-Ma’ârif, hlm. 174).


*Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,*


Mengapa kita harus gembira menyambut Ramadhan? Setidaknya ada sembilan keutamaan Ramadhan.


*Pertama*: Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diwajibkan puasa agar manusia meraih takwa (QS al-Baqarah [2]: 183).

*Kedua*: Bulan turunnya al-Quran (QS al-Baqarah [2]: 185).

*Ketiga*: Bulan pengampunan dosa. Rasulullah saw. bersabda:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


*_Siapa saja yang berpuasa pada Bulan Ramadhan krn iman dan mengharap pahala akan diampuni dosa-dosanya yg telah lalu_ (HR al-Bukhari dan Muslim).*


*Keempat*: Bulan pembebasan dari neraka. Nabi saw. bersabda:


وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ


*_Bagi Allah banyak orang-orang yang dimerdekakan dari neraka. Hal itu terjadi setiap malam_ (HR at-Tirmidzi dan Ibn Majah).*


*Kelima*: Bulan kedermawanan. Di dalam suatu hadits dinyatakan:


كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ


*_Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Beliau lebih dermawan lagi pd bulan Ramadhan…_ (HR al-Bukhari dan Muslim).*


*Keenam*: Di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Rasulullah SAW bersabda:


إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ


*_Jika Ramadhan tlh tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu_ (HR al-Bukhari dan Muslim).*


*Ketujuh*: Bulan pengabulan doa. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah di sela-sela menjelaskan tentang hukum-hukum puasa_ (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 186).*


*Kedelapan*: Bulan dilipatgandakan pahala. Rasulullah SAW bersabda:


عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ، تَعْدِلُ حَجَّةً


*_Umrah pada bulan Ramadhan setara dengan satu kali haji_ (HR Ibn Majah dan at-Tirmidzi).*


*Kesembilan*: Di dalamnya terdapat Lailatul Qadar. Rasulullah SAW bersabda:


إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ، وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَهَا، فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ، وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ مَحْرُومٌ.


*_Sungguh bulan ini (Ramadhan) tlh hadir di tengah-tengah kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yg terhalangi dari malam itu, sungguh dia telah terhalangi dari kebaikan scr keseluruhan. Tidaklah terhalangi dari kebaikannya kecuali seorang yang rugi_ (HR Ibn Majah).*


*Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,*


*_Karena itu, seharusnya kita siapkan diri sebaik-baiknya menyambut Ramadhan. dengan begitu kita tdk termasuk org yang disabdakan Rasulullah saw., “Betapa banyak org yang berpuasa, namun tdk mendapatkan apa-apa, kecuali lapar & dahaga.”_ (HR Ahmad).*


*Paling tidak, ada empat hal yg perlu disiapkan u menyambut Ramadhan.*


*Pertama*: Bertobat & menyucikan diri dari segala dosa.


*Kedua*: Bersyukur kepada Allah SWT krn kita masih diberi kesempatan untuk berjumpa kembali dg Ramadhan.


*Ketiga*: Meningkatkan kapasitas ilmu, khususnya puasa. Sudah mengetahui rukun dan hal-hal yang dpt merusak ibadah puasa.


*Keempat*: Membulatkan niat & memiliki himmah ‘aliyah (cita-cita tinggi) untuk berusaha memperbaiki perkataan & perbuatan, bersungguh-sungguh dalam ketaatan, menghidupkan bulan Ramadhan dg amal shalih & berpuasa dengan sebenar-benarnya. 


*Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,*


Dan tak kalah penting, karena Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an, sudah menjadi kewajiban kita dekat dengan Al-Qur’an. tdk cukup hanya membaca & menghafalkannya, akan tetapi mengamalkannya scr sempurna.


Sungguh, hal yg paling tercela di bulan ini adalah meninggalkan Al-Qur’an (hajr al-Qur’an), baik dg tidak membaca dan mempelajari Al-Qur’an, apalagi tdk mengamalkan Al-Qur’an.


Inilah yg menjadi tantangan kita sekarang. Bagaimana mengamalkan seluruh isi Al-Qur’an & menempatkan hukum-hukum Al-Qur’an di atas aturan yang lainnya. Bukankah kita meyakini bahwa isi Al-Qur’an benar? Tapi mengapa masih banyak Muslim yang senang dg hukum-hukum kafir penjajah? dan menganggap konstitusi lebih tinggi dari kitab suci?


Karena itu, saatnya kita kembali menjadi Muslim kaffah dalam momentum Ramadhan ini. Taat kpd Allah, tanpa ada keberatan sedikit pun.


[]



بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


 


 


*(((   Khutbah II   )))*


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


 


أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


 


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.


 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Share:

Khutbah Jum'at Akhir Sya'ban Jelang Ramadhan




Khutbah Jum'at Akhir Sya'ban Jelang Ramadhan

. .🕌 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم 🕌


             السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ  


إن الحمد لله أيهاالناس قد أظلكم شهر عظيم, شهر مبارك, شهر فيه ليلة خير من ألف شهر, جعل الله صيامه فريضة, وقيام ليله .. أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله


اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَسِعا


اما بعد: فياا يهاالناس .اتقواالله حق تقاته ولاتموتن إلا وأنتم مسلمون .وقال الله تعالى فى القران الكريم وهو اصدق القائلين, اعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم: .... يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ... صدق الله العظيم ... أَمَّا بَعْدُ


Muslim ma'asiral di rahimakumullah

Pertama-mata marilah kita panjatkan puja dan puji kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas segala nikmat yang telah diberikan kepada Allah terutama nikmat umur, nikmat Iman dan Islam sehingga dengan nikmat tersebut kita masih di beri kesempatan oleh Allah untuk hadir di tempat yang penuh baraqokah ini demi menunaikan kewajiban kita serta sebagai bukti mensyukuri nikmat Allah 


Oleh karena itu marilah kita semua bertaqwa kepada Allah dengan sebenar benar dan sebaik baik bekalan menuju Allah swt firman Allah:


وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ


“Berbekallah, dan sebenarnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197)


Dan tidak lupa pula kita mengirim shalawat, salam dan taslim keatas penghulu para nabi dan rasul Allah yaitu nabi besar muhammad shallallahu alaihi wasallam, kepada keluarganya, kepada para sahabat dan orang orang yang sentiasa setia melaksanakan syariatnya hingga ke akhir zaman.


Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Adapun judul khutbah pada jumaat kali ini adalah khutbah Rasulullah di setiap penghujung atau akhir bulan Sya'ban menghubungkan riwayat dari Salman al-Farisi ra beliau menyatakan bahwa: “Rasulullah menyampaikan khutbah kepada kami pada hari terakhir di bulan Sya'ban Isi khutbah Rasulullah Shallalhu ' Alaihi Wasallam, sebagai berikut:


أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم, شهر مبارك, شهر فيه ليلة خير من ألف شهر, جعل الله صيامه فريضة, وقيام ليله تطوعا, من تقرب فيه بخصلة من الخير, كان كمن أدى فريضة فيما سواه, ومن أدى فيه فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه, وهو شهر الصبر, والصبر ثوابه الجنة, وشهر المواساة, وشهر يزداد فيه رزق المؤمن, من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه, وعتق رقبته من النار, وكان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء,


Artinya: ”Wahai manusia, sungguh telah dekat kepadamu bulan yang agung, bulan yang penuh dengan keberkahan, yang didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik nilainya dari seribu bulan, bulan yang mana Allah tetapkan puasa di siang harinya sebagai fardhu, dan shalat di malamnya sebagai sunah. Barang siapa yang mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan satu (amalan sunnah), maka pahalanya seperti dia melakukan amalan fardhu di bulan-bulan yang lain. Barangsiapa melakukan amalan fardhu di bulan ini, maka pahalanya seperti telah melakukan tujuhpuluh kali amalan fardhu di bulan lainnya.


Inilah bulan kesabaran dan balasan atas kesabaran adalah surga, bulan ini merupakan bulan kedermawanan dan simpati sesama sesama. Dan bulan dimana rizki orang-orang yang beriman ditambah. Barang siapa memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa maka pengampunan atas dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan dia mendapatkan pahala yang sama orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa.


قَالُوْا: لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يفطرُ الصَّائِمُ. فقال: يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على تمرة أو شربة ماء أو مذقة لبن, وهو شهر أوله رحمة, وأوسطه مغفرة, وآخره عتق من النار, من خفف عن مملوكه غفر الله له, وأعتقه من النار, واستكثروا فيه من أربع خصال,: خصلتين ترضون بهما ربكم, وخصلتين لا غنى بكم عنهما, فأما الخصلتان اللتان ترضون بهما ربكم فشهادة أن لا إله إلا الله وتستغفرونه, وأما اللتان لا غنى بكم عنهما فتسألون الله الجنة و تعوذون به من النار, ومن أشبع فيه صائما سقاه الله من حوضي شربة لا يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ.


Mereka para sahabat menyatakan: tidak semua dari kami mempunyai sesuatu yang bisa diberikan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka. ”


Rasulullah menjawab: “Allah akan memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau setetes susu”.


Inilah bulan yang permulaannya (sepuluh hari pertama) Allah menurunkan rahmat, yang pertengahannya (sepuluh hari pertengahan) Allah memberikan ampunan, dan yang terakhirnya (sepuluh hari terakhir) Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka. Barangsiapa yang meringankan hamba sahayanya di bulan ini, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka.


Dan perbanyaklah melakukan empat hal di bulan ini, yang dua hal dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan yang dua hal kamu pasti memerlukannya. Dua hal yang mendatangkan keridhaan Allah yaitu syahadah (Laailaaha illallaah) dan beristighfar kepada Allah, dan dua hal yang pasti kalian memerlukannya yaitu mohonlah kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka. Dan barang siapa memberi minum kepada orang yang berpuasa (untuk berbuka), maka Allah akan menerima dari telagaku, dimana dengan sekali minum ia tidak akan merasakan haus sehingga ia memasuki surga “(HR. Ibnu Khuzaemah, Imam Baihaqi, dan Ibnu Hibban lemah)


Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Para ulama menyebut bahwa meskipun dari riwayatnya dipandang lemah tapi pada makna kalimatnya didukung oleh puluhab hadits-hadits yang shahih.


Jadi pada hakikatnya meskipun hadits ini lemah, namun isinya merupakan perpaduan hadits shahih yang terpisah


Antara lain hadits shahih penyokong:


Dari riwayat Ahmad beliau menyatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


قد جاءكم شهر رمضان شهر مبارك افترض الله عليكم صيامه يفتح فيه أبواب الجنة وتغل فيه الشياطين فيه ليلة خير من ألف شهر 


“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu. di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan ”(HR Ahmad Shahih)


Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam bersabda berbunyi:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaq 'Alaih) 


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ


”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu. (HR Bukhari Muslim)


Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda maksudnya:


Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka potong pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga. ” (HR. Tirmidzi Ibnu Majah dan Ahmad)


Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Demikianlah antara lain keutamaan bulan suci bulan penuh berkah, bulan pembersih dosa, bulan ramalan dan bulan tulisan ketaqwaan tulisan Allah Subhanahu wa ta'ala dalam surah al Baqarah ayat 183.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعلونتكعل


Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa diwajibkan atas orang orang sebelummu agar kamu bertakwa.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ عَظِيْمِ. وَنَفَعْنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلَايَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمَنْكُمْ تَلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْم. اقول قولي هذا واستغفرالله العظيم لي ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه انه هو الغفر الرحيم.


Khutbah Kedua:

 

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشراف الأنبياء والمرسلين نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين .. أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله..يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا


اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْاهِ وَسَلِمُوْ

صل على محمد اللهم وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آبيدم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبرا


اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوة


اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ


اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ


رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنكَّ أَبنها


رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمامُاقِينَ إِ


رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


عباد الله .. إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون, فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم واسألوه من فضله يعطكم ولذكر الله أكبر ...


Share:

Thursday, April 8, 2021

Kita Wajib Menjaga Ka'bah

 


Tafsir surat Al Baqarah ayat 125

وإذ جعلنا ٱلبيت مثابة للناس وأمنا وٱتخذوا من مقام إبرهم مصلى وعهدنا إلى إبرهۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيۡتِيَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلۡعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ 

Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku 'dan yang sujud".

 

Dalam Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Makna kata:

{ ٱلۡبَيۡتَ} al-Bait: Maksudnya adalah Ka'bah yang terletak di dalam Masjidil Haram Mekah al-Mukarramah { مَثَابَةٗ} Matsaabah: Sebagai tempat kembali yang menjadi target tujuan bagi orang yang umrah dan jama'ah haji. { َأَمۡنٗا } Amnan: Tempat yang aman bagi orang yang memasukinya { مَّقَامِ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ} Maqaam Ibraahiim: Batu yang dijadikan pijakan oleh Nabi Ibrahim ketika beliau berdiri ntuk membangun Ka'bah. Itu disebabkan ketika bangunan Ka'bah meninggi maka Ibrahim membutuhkan batu yang tinggi digunakan sebagai pijakan untuk pembangunan dindingnya. Disediakanlah batu itu dan beliau berdiri di atasnya, sehingga dinamakan sebagai maqaam Ibrahim (tempat berdiri). { مُصَلّٗىۖ} Mushalla: Tempat yang digunakan untuk shalat di sekitarnya, di sekitarnya, atau menuju ke arahnya. { عَهِدۡنَآ} 'Ahidnaa: Kami wasiatkan dan perintahkan. { تطهير البيت } Tathiirul bait: Membersihkan Ka'bah dari kotoran yang nampak seperti darah, kencing, dan kotoran maknawi seperti kesyirikan, bi'dah, dan maksiat.

Makna ayat:

Ayat-ayat ini masih dalam konteks pengingat kepada kaum musyrikin dan ahli kitab tentang Ibrahim 'alaihissalam, bapak para nabi dan pemimpin orang-orang yang bertauhid, tentang sejarah perjalanannya yang baik dan terpuji, serta sikap-sikapnya yang menunjukkan tegarnya keimanan, untuk menunjukkan batilnya pengakuan ahli kitab dan kaum musyrikin bahwa mereka mengikuti agama Ibrahim, hanya sekedar kedustaan ​​belaka. Karena Ibrahim 'alahissalam seorang yang bertauhid sedangkan mereka menyekutukan Allah. Beliau seorang yang beriman sedangkan mereka kafir. Allah Ta'ala berkata kepada nabiNya, ”Jelaskan kepada mereka bagaimana Kami jadikan Ka'bah sebagai tempat berkumpulnya manusia, mereka datang secara berbondong-bondong pada setiap waktu untuk berhaji atau melakukan umrah, dan merasakan aman pada jiwa, harta, dan penghargaannya setiap kali mereka memasukinya. ” Kami memerintahkan kepada mereka yang datang untuk berhaji atau melakukan ibadah umrah agar melaksanakan shalat pada bekas pijakan kaki nabi Ibrahim (Maqam Ibrahim). Oleh karena itu bagi setiap orang yang melakukan thawaf, disunnahkan untuk melakukan shalat dua raka'at di belakang maqam Ibrahim. Begitu juga kami wasiatkan sebelumnya kepada Ibrahim dan anaknya Isma'il agar membersihkan Ka'bah dari segala jenis kotoran baik yang bersifat maknawi seperti berhala, dan tepat kepada selain Allah, maupun kotoran yang nampak seperti najis, sampah, air kencing, sehingga orang-orang yang melakukan thawaf, shalat, i'tikaf, melaksanakan ibadah tanpa ada gangguan dan kesulitan apapun. Inilah kandungan ayat (125). Kami memerintahkan kepada mereka yang datang untuk berhaji atau melakukan ibadah agar melaksanakan shalat pada bekas pijakan kaki nabi Ibrahim (Maqam Ibrahim). Oleh karena itu bagi setiap orang yang melakukan thawaf, disunnahkan untuk melakukan shalat dua raka'at di belakang maqam Ibrahim. Begitu juga kami wasiatkan sebelumnya kepada Ibrahim dan anaknya Isma'il agar membersihkan Ka'bah dari segala jenis kotoran baik yang bersifat maknawi seperti berhala, dan tepat kepada selain Allah, maupun kotoran yang nampak seperti najis, sampah, air kencing, sehingga orang-orang yang melakukan thawaf, shalat, i'tikaf, melaksanakan ibadah tanpa ada gangguan dan kesulitan apapun. Inilah kandungan ayat (125). Kami memerintahkan kepada mereka yang datang untuk berhaji atau melakukan ibadah agar melaksanakan shalat pada bekas pijakan kaki nabi Ibrahim (Maqam Ibrahim). Oleh karena itu bagi setiap orang yang melakukan thawaf, disunnahkan untuk melakukan shalat dua raka'at di belakang maqam Ibrahim. Begitu juga kami wasiatkan sebelumnya kepada Ibrahim dan anaknya Isma'il agar membersihkan Ka'bah dari segala jenis kotoran baik yang bersifat maknawi seperti berhala, dan tepat kepada selain Allah, maupun kotoran yang nampak seperti najis, sampah, air kencing, sehingga orang-orang yang melakukan thawaf, shalat, i'tikaf, melaksanakan ibadah tanpa ada gangguan dan kesulitan apapun. Inilah kandungan ayat (125). Oleh karena itu bagi setiap orang yang melakukan thawaf, disunnahkan untuk melakukan shalat dua raka'at di belakang maqam Ibrahim. Begitu juga kami wasiatkan sebelumnya kepada Ibrahim dan anaknya Isma'il agar membersihkan Ka'bah dari segala jenis kotoran baik yang bersifat maknawi seperti berhala, dan tepat kepada selain Allah, maupun kotoran yang nampak seperti najis, sampah, air kencing, sehingga orang-orang yang melakukan thawaf, shalat, i'tikaf, melaksanakan ibadah tanpa ada gangguan dan kesulitan apapun. Inilah kandungan ayat (125). Oleh karena itu bagi setiap orang yang melakukan thawaf, disunnahkan untuk melakukan shalat dua raka'at di belakang maqam Ibrahim. Begitu juga kami wasiatkan sebelumnya kepada Ibrahim dan anaknya Isma'il agar membersihkan Ka'bah dari segala jenis kotoran baik yang bersifat maknawi seperti berhala, dan tepat kepada selain Allah, maupun kotoran yang nampak seperti najis, sampah, air kencing, sehingga orang-orang yang melakukan thawaf, shalat, i'tikaf, melaksanakan ibadah tanpa ada gangguan dan kesulitan apapun. Inilah kandungan ayat (125). maupun kotoran yang nampak seperti najis, sampah, air kencing, sehingga orang-orang yang melakukan thawaf, shalat, i'tikaf, dapat melaksanakan ibadah tanpa ada gangguan dan kesulitan apapun. Inilah kandungan ayat (125). maupun kotoran yang nampak seperti najis, sampah, air kencing, sehingga orang-orang yang melakukan thawaf, shalat, i'tikaf, dapat melaksanakan ibadah tanpa ada gangguan dan kesulitan apapun. Inilah kandungan ayat (125).

 

Pelajaran dari ayat : • Anugerah dari Allah karena menjadikan Ka’bah sebagai tempat kembali dan memberikan jaminan keamanan bagi manusia, wajib untuk disyukuri oleh orang-orang yang beriman. • Salah satu sunnah bagi orang yang thawaf adalah shalat 2 raka’at di belakang maqam Ibrahim • Kewajiban menjaga Ka’bah dan Masjidil Haram dari bahaya yang bisa menimpa orang yang thawaf, i’tikaf, ruku’ dan sujud di dalamnya.


Share:

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan