Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Dr. KH. Abduh Al-Manar, M.Ag.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah. Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

PAUD Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MI Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MTS Al-Iryadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Monday, December 28, 2020

Tindakan Orang-Orang Zalim



Tafsir surat Al-Baqarah ayat 114 menjelaskan:

 

ومن أظلم ممن منع مسجد ٱلله أن يذكر فيها ٱسمه وسعى في خرابهآ أولئك ما كان لهم أن يدخلوهآ إلا خآئفين لهم في ٱلدنيا خزي ولهم في ٱلأخرة عذاب عظيم 

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalanghalangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.

Di antara tindakan orang yang paling zalim ialah:

1.         Menghalang-halangi orang menyebut nama Allah di dalam masjid-masjid-Nya. Termasuk di dalamnya menghalang-halangi segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan agama, seperti belajar dan mengamalkan agama, iktikaf), salat, zikir dan lain sebagainya.

2.          Merobohkan masjid-masjid Allah (tempat ibadah). Termasuk di dalamnya perbuatan, usaha, atau tindakan yang bertujuan merusak, merobohkan, serta menghalang-halangi pendirian masjid dan sebagainya.

Kedua macam perbuatan itu merupakan perbuatan zalim, karena mengakibarkan hilangnya syiar agama Allah. Para mufasir sependapat bahwa ayat di atas mengisyaratkan "tindakan yang umum" dan "tindakan yang khusus".

"Tindakan yang umum" adalah segala macam tindakan yang berhubungan dengan menghalang-halangi manusia dalam masjid dan tindakan merobohkan masjid-masjid Allah (tempat ibadah). "Tindakan yang khusus" adalah bahwa ayat atas diturunkan untuk menjelaskan atau mengisyaratkan bahwa telah terjadi suatu peristiwa dalam sejarah yang sifatnya sama dengan sifat-sifat tindakan atau perbuatan yang disebut dalam ayat. Para mufasir berbeda pendapat tentang peristiwa yang dimaksud ayat ini.

Pendapat pertama: Ayat di atas mengisyaratkan tindakan orang-orang musyrik Mekah yang menghalang-halangi keinginan Rasulullah saw beserta para sahabatnya yang akan digunakan untuk ibadah umrah pada bulan Zulhijah tahun ke 6 Hijriah (bulan Maret 628 M). Sikap kaum Musyrik itu akhirnya melahirkan Perjanjian Hudaibiah). Timbulnya keinginan itu kembali karena dalam Perjanjian Hudaibiah Nabi Muhammad saw dan para sahabat dibolehkan memasuki kota Mekah pada tahun setelah perjanjian itu ditanda-tangani. Tindakan mereka inilah yang dimaksud dengan Allah dengan menghalang-halangi manusia menyebut nama Allah di dalam Masjidilharam dan usaha merobohkan masjid. )

Pendapat golongan pertama ini selanjutnya bahwa pada lanjutan ayat terdapat perkataan:

¦Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). ¦ (al-Baqarah / 2: 114)

Ayat ini menggambarkan bahwa akan tiba saatnya kaum Muslimin memasuki kota Mekah dengan aman dan tenteram dan orang musyrik Mekah akan memasuki Masjidilharam dengan penuh rasa takut. Hal ini terbukti di kemudian hari dengan bekerja di kota Mekah oleh kaum Muslimin dan orang musyrik Mekah meninggalkan agama mereka dan masuk agama Islam.

Pendapat kedua: Ayat di atas mengisyaratkan tindakan raja Titus (70 M) dari bangsa Romawi, anak dari kaisar Vespacianus, yang menghancurkan Haikal Sulaiman dan tempat-tempat ibadah orang-orang Yahudi dan Nasrani di Yerusalem.

Tindakan orang musyrik Mekah menghalang-halangi Rasulullah saw dan kaum Muslimin memasuki kota Mekah untuk melaksanakan ibadah dan tindakan raja Titus menghancurkan Baitulmakdis, termasuk di dalam "tindakan yang umum". Sedang yang dimaksud "tindakan khusus" yang sesuai dengan ayat ini karena adanya perkataan "merobohkan masjid" Allah di dalam ayat. Kaum musyrik Mekah tidak pernah merobohkan Masjid Allah dalam arti yang sebenarnya; mereka hanya mengotori Baitullah dan yang menghalangi kaum Muslim dalam pembatasan. Sedang Titus dan tentaranya benar-benar telah merobohkan Baitullah di Yerusalem dan membunuh orang-orang yang tepat kepada Allah.

Ayat menerangkan sifat-sifat yang harus dilakukan oleh manusia ketika memasuki masjid Allah, dengan kepatuhan, Lanjutan, dan memurnikan ketaatannya hanya kepada Allah semata. Ayat ini dapat diterapkan bahwa manusia memasuki masjid Allah dengan sikap-angkuh dan ria). Dilarang memasuki masjid orang yang membatasi manusia di dalamnya, dan orang-orang yang menentukan atau merobohkannya.

Pada ayat akhir, Allah mengancam orang yang melakukan tindakan-tindakan di atas dengan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Kehinaan di dunia mungkin berupa malapetaka, kehancuran dan segala macam kehinaan baik yang langsung atau tidak dirasakan oleh manusia. Bentuk azab di akhirat hanya Allah yang lebih mengetahuinya.

Allah melarang manusia melakukan segala macam tindakan yang berhubungan dengan menghalang-halangi manusia berdoa, salat, iktikaf, belajar agama, perilaku dan perbuatan yang lain dalam menegakkan syiar agama Allah di dalam masjid-masjid-Nya serta usaha merusak dan merobohkannya.

Perbuatan itu zalim dalam pandangan Allah, karena langsung atau tidak langsung berakibat lenyapnya agama Allah di bumi. Perbuatan itu demikian zalimnya sehingga Allah mengancam para pelakunya dengan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Yang diperintahkan Allah yaitu agar manusia memakmurkan masjid-masjid Allah, yang berdedikasi dan memeliharanya dengan baik, masuk ke dalamnya dengan rasa tunduk dan berserah diri kepada Allah.


Share:

Sunday, December 20, 2020

7 Cara Merawat Cinta



Islam meletakkan koridor agar cinta tak keluar dari Al-Qur'an dan Sunnah.  


Cinta itu ibarat mata air yang selalu mengalirkan kesegaran kepada jiwa yang dahaga. 


Oleh karena itu, agar cinta selalu terjaga kesuciannya, tumbuh dengan baik, dilihatnya seseorang sedang merawatnya. 


Dr Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan bahwa cinta merupakan perasaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri, dan terpautnya hati orang yang mencintai pada pihak yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang menampilkan keceriaan.


Adapun cara merawat cinta itu adalah:


* Pertama, niat meluruskan. *


Agar cinta berbuah ibadah, sucikan niat dalam bercinta karena Allah Subhana Wa Ta'ala semata-mata.


* _ “Segala amal itu tergantung niatnya dan setiap orang hanya memiliki niat yang sesuai. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya itu kepada Allah dan rasul-Nya.Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya. ”_ * (Muttafaq alaih).


* Kedua, Mencintai Secara Proporsional. *


_ “.... Boleh jadi kamu hates sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu suka sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah melihat, sedangkan kamu tidak melihat. ”_ (QS Al Baqarah [2]: 216).


Nabi shalallahu alaihi wasallam pernah berpesan, * _ “Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau benci; dan bencilah sesuatu yang tidak disukai sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau cintai. ”_ * (HR Bukhari).


* Ketiga, memproklamirkan cinta. * 


Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, * _ “Jika seseorang mencintai saudaranya perlulah memberitahukan bahwa ia mencintainya.” _ * (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).


* Keempat, Memandang dengan Penuh Cinta. *

 

Dalam sebuah telah dikatakan, “Barang siapa yang memandang saudaranya dengan pandangan cinta (kasih sayang), maka Allah mengampuninya.”


* Kelima, Kunjungan Cinta. *

 

Agar tanaman cinta tumbuh subur, kunjungilah kunjungan ke. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, * _ “Berkunjung secara berkala maka cinta pun akan bertambah.” _ * (HR Baihaqi). Zur ghiban, yazid hubban. "


* Keenam, merawat tanaman secara berkala, taburkan pupuk secara merata, pasti akan menuai buah cinta *, yaitu dengan mendahuluinya dalam pesan salam, memanggilnya dengan nama yang paling disukainya, dan melapangkan tempat duduk yang ada.


* Ketujuh, mengokohkan cinta dengan doa. *


Nabi shalallahu alaihi wasallam mengajarkan, _ * “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon anugerah cinta-Mu, dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu, serta usaha yang dapat mengantarkan aku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu sesuatu yang paling aku senangi. ”* _ (HR Ahmad).


Dengan demikian, jika cinta terawat dengan baik, kesucian cinta seseorang akan tetap terjaga sehingga ia terbebas dari kungkungan cinta yang menyengsarakan.  


Share:

Wednesday, December 16, 2020

Solusi Spiritual: Menjemput Rezeki Diusahakan Jangan Tidur

 


DIUSAHAKAN JANGAN TIDUR:


1. Setelah shubuh sampai keluarnya matahari (menarik rezeki dzohir)


Jangan tidur, meskipun cuma cuma di luar kamar atau sambil menyapu (kan bisa buat untuk baca sholawat, syukur-syukur kalau wiridan)


Dawuhnya Sayyid Haddad: "Jangan tertipu orang yang rezekinya banyak namun tidur setelah shubuh, rezekinya tidak berkah",


Tandannya apa? Digunakan untuk teater baik sulit rezekinnya.


Makanya Mbah Moen dawuh: "Mending shubuhannya mepet (akhir waktu) tapi setelah itu tidak tidur, set shubuh awal namun setelah itu tidur".


2. Setelah Ashar (Menarik rezeki bathin)


Makanya orang kalau tidur setelah ashar itu kebingungan, kalau sampai 40 hari bisa gila, sebab salah satu rezeki bathin itu akal dan ilmu,


Ini sabdannya Ulama-ulama di dalam kitab banyak keterangannya ..


📝 Dawuh Romo Yai Ahmad Ali Khidlir, Pengasuh PP. An-Najah Denanyar Jombang.

Share:

Thursday, December 10, 2020

Menjaga Lisan

 


Akhlak mulia seorang manusia tercermin dalam sikap, perkataan, dan perbuatan. Akhlak mulia tak lain adalah takaran dari iman. Semakin genapnya iman seseorang akan semakin baik ia berakhlak kepada sesama. Dan ciri orang beriman adalah senantiasa memelihara lisannya. Semoga kita termasuk orang yang semakin terampil mengelola lisan kita agar terhindar dari ucapan yang mengandung dosa, menyakiti orang lain atau tiada berguna...


Rasulullaah SAW bersabda : “Muslim yang sejati adalah muslim yang menyelamatkan orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya..” 


(HR. Bukhari-Muslim)


Mari kita lebih berhati-hati dalam menjaga lisan dan perbuatan. Salah dalam berkata atau pun bertindak bisa fatal akibatnya. Kita sangat tahu orang-orang yang dikatakan sumber masalah, orang seperti itu sangat sulit mengendalikan lisannya. Bahkan sebuah keberhasilan yang akan kita dapatkan bukan semata karena usaha namun akhlak mulia jadi penopangnya...


Kualitas seseorang salah satu tolak ukurnya adalah menjaga lisannya. Orang yang cerdas, dia pandai memilih kata yang 'berkelas'. Orang cerdik dia pandai memilih mana kata-kata yang baik. Orang yang paham adab tentu kata-kata yang dipilih pun kata yang beradab. Bukan kata penuh prasangka, bukan kata penuh angkara, bukan kata berbumbu dusta dan bukan kata yang dipenuhi kebencian pada sesama...


Kita lihat seperti apa perpecahan umat di negeri ini, semua bermula dari lisan dan tulisan. Menisbatkan manusia dengan hal yang tak sepantasnya. Menghina, menyindir hingga merendahkan seseorang dengan serendah-rendahnya... 


Ucapan itu seperti anak panah yang direntangkan pada busurnya. Sebelum dilepaskan maka tahan dulu, sebelum diucapkan maka pikirkan dulu. Sebelum dilepaskan maka bidik dulu, sebelum dikatakan maka pastikan dulu. Supaya ucapan kita tepat sasaran, yaitu ucapan kita diridhai Allaah Ta'ala...


Orang yang cerdas lagi bijak adalah orang yang mampu memilah kata yang layak untuk diucapkan. Sekiranya akan timbul persengketaan maka kita perlu menahan sehingga ketika kalimat itu meluncur tak melukai orang lain. Luka fisik mudah diobati tapi luka hati bisa dibawa hingga mati...


Ibnu Mas’ud mengatakan, “Tidak ada yang lebih pantas dipenjara dalam waktu yang lama melainkan lisanku ini.” 


(Mukhtashar Minhajil Qashidin, hlm. 165, Maktabah Darul Bayan)


Saat ini, kita sedang berjuang melawan ketidakadilan. Kita ingin apa yang kita citakan meraih keberhasilan. Untuk terwujudnya harapan mari kita berkata yang baik sebagai cerminan akhlak mulia. Kalimatpun penuh simpati hingga Allah Ta'ala berkenan memberikan berbagai kemudahan...


Semoga kita bisa terus istiqamah senantiasa bertutur, berfikir, dan berbuat baik, beribadah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sebagai perbuatan yang dicintai Allah Azza wa Jalla.

Salamah bin Dinar rahimahullah berkata:


‏شيئان إذا عمِلت بهما أصَبْت بهما خير الدنيا والآخرة:

تعمل ما تكره إذا أحبَّه اللَّه، وتترك ما تحب إذا كرهه اللَّه.


"Ada dua perkara yang jika engkau lakukan maka engkau akan meraih kebaikan dunia dan akhirat; Engkau melakukan apa yang tidak engkau sukai jika Allah Azza wa Jalla mencintainya,

Dan engkau tinggalkan apa yang engkau sukai jika Allah Azza wa Jalla membencinya."


(Al Ma’-rifah wat Tarikh, jilid 1 hlm. 381)


Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjaga lisan kita untuk meraih ridha-Nya, mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.

Aamiin Ya Rabb. 

Share:

Monday, December 7, 2020

Permusuhan Yahudi Dan Nashrani


 

وقالت ٱليهود ليست ٱلنصرى على شيء وقالت ٱلنصرى ليست ٱليهود على شيء وهم يتلون ٱلكتب كذلك قال ٱلذين لا يعلمون مثل قولهم فٱلله يحكم بينهم يوم ٱلقيمة فيما كانوا فيه يختلفون 

Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengucapkan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya. [Al-Baqarah ayat 113].

 

Asbabun Nuzul ayat ini adalah: “Bahwa ketika orang-orang Nasrani Najran menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang pulalah pandeta-pendeta Yahudi. Mereka bertengkar di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkatalah Rafi' bin Khuzaimah (Yahudi): 'Kamu tidak berada pada jalan yang benar karena pernyataan kekufuran kepada Nabi Isa dan Kitab Injilnya.' Seorang dari kaum Nasrani Najran membantahnya dengan mengatakan: 'Kamu pun tidak berada di atas jalan yang benar, karena menetang kenabian Musa dan kufur kepada Taurat.' Maka Allah Ta'ala menurunkan ayat ini sebagai jawaban yang sesuai dengan pertengkaran mereka. ” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id atau Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas)

 

Allah Ta'ala menjelaskan mengenai pertentangan, kebencian, permusuhan dan keingkaran di antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Kemudian Ibnu Abbas berkata: “Masing-masing kelompok itu membaca dalam kitabnya sesuatu yang membenarkan orang yang mereka ingkari. Orang-orang Yahudi kufur terhadap Isa padahal di tangan mereka terdapat kitab Taurat yang di dalamnya Allah Ta'ala telah mengambil janji melalui Musa 'alaihi as-salam untuk membenarkan Isa' alaihi as-salam terdapat perintah untuk membenarkan Musa dan kitab Taurat yang diturunkan dari sisi Allah Ta'ala. Masing-masing kelompok mengingkari kitab yang ada di tangan mereka sendiri. Mereka itu Ahlul Kitab yang hidup pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa masing-masing dari kedua kelompok membenarkan apa yang mereka tuduhkan kepada kelompok lain. Namun secara lahiriyah redaksi ayat di atas mengandung kebalikan dari apa yang mereka ucapkan, padahal mereka melihat kebalikan dari apa yang mereka kemukakan tersebut.

 

Firman-Nya ( وهم يتلون الكتابmaksudnya, mereka melihat syariat Injil dan Taurat. Kedua kitab tersebut telah disyariatkan pada waktu tertentu, tetapi mereka saling mengingkari karena membangkang dan kufur serta menghadapkan suatu kebatilan dengan kebatilan yang lain.

 

Firman-Nya ( كذلك قال الذين لا يعلمون مثل قولهم), dengan ayat ini Allah Ta'ala menjelaskan kebodohan orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka saling melempar ucapan. Dan ini adalah ucapak yang bernada isyarat. Para ulama masih berbeda pendapat mengenai siapa yang dalam firman Allah Ta'ala ( الذين لا يعلمون)). Mengenai ayat ini, Ar-Rabi’ bin Anas dan Qatadah mengatakan: “Orang-orang Nasrani mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan orang-orang Yahudi.” As-Suddi mengatakan, “Mereka itu adalah orang-orang Arab yang mengatakan bahwa Muhammad itu tidak memiliki pegangan apa pun.” Sedangkan Abu Ja’far bin Jarir berpendapat bahwa hal itu bersifat umum berlaku bagi semua umat manusia. Dan tidak ada dalil pasti yang menetapkan salah satu dari beberapa pendapat tersebut. Maka membawa makna untuk semua pendapat di atas adalah lebih tepat.

 

Firman-Nya (فالله يحكم بينهم يوم القيامة فيما كانوا فيه يختلفون) artinya, Allah Ta'ala mengumpulkan mereka pada hari kiamat kelak serta memutuskan hukum di antara mereka melalui keputusan-Nya yang adil yang tidak ada kezaliman dan mereka tidak akan dizalimi sedikit pun.


Share:

Saturday, December 5, 2020

2 Nikmat Yang Sering Dilalaikan Oleh Manusia

 


Ada 2  nikmat yang sering  dilalaikan oleh manusia. Nabi Muhammad SAW bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu 'Abbas)

Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat) hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu. ”

Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Jika terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya). ”

Intinya, dunia adalah ladang beramal untuk menuai hasil di akhirat kelak. Dunia adalah tempat kita menjajakan barang dagangan, berapa keuntungannya akan diraih di akhirat nanti. Barangsiapa yang memanfaatkan waktu luang dan nikmat sehat dalam rangka melakukan ketaatan, maka dialah yang akan berbahagia. Barangsiapa memanfaatkan keduanya dalam maksiat, dialah yang betul-betul tertipu. Sesudah waktu luang akan datang waktu yang penuh kesibukan. Begitu pula sesudah sehat akan datang kondisi sakit yang tidak menyenangkan. ”

Umar bin Khattab mengatakan,

َنِّي أَكْرَهُ الرَّجُلَ أَنْ أَرَاهُ يَمْشِي سَبَهْلَلًا أَيْ: لَا فِي أَمْرِ الدُّنْيَا أمشَا فيا .

 

“Aku tidak suka melihat seseorang yang berjalan seenaknya tanpa mengindahkan ini dan itu, yaitu tidak peduli penghidupan dunianya dan tidak pula sibuk dengan urusan akhiratnya.”

Ibnu Mas'ud mengatakan,

إنِّي لَأَبْغَضُ الرَّجُلَ فَارِغًا لَا فِي عَمَلِ دُنْيَا وَلَا فِي عَمَلِ الْآخِرَةِ

“Aku sangat tahu siapa yang menganggur, yaitu tidak punya amalan untuk penghidupan dunianya atau akhiratnya.”

Semoga Allah selalu memberi kita taufik dan hidayah-Nya untuk memanfaatkan dua nikmat ini dalam ketaatan. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang tertipu dan terperdaya.

Share:

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan