Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Monday, September 21, 2020

Manusia Paling Loba


 

Tafsir Surat Al- Baqarah Ayat 94 96:

Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian (mu), jika kamu memang benar.

Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka sendiri, dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya.

Dan benar-benar kamu akan menemukan mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya sama siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

 

Sepanjang sejarah, Yahudi menganggap diri mereka sebagai bangsa yang paling mulia dan berkeyakinan bahwa surga diciptakan untuk mereka dan api neraka tidak akan memenuhi mereka, serta menganggap diri mereka sebagai anak-anak dan kekasih Allah. Prasangka-prasangka batil ini, dari satu sisi penyebab mereka bebas melakukan berbagai bentuk kezaliman, kejahatan, perbuatan dosa dan kebejatan, dari sisi lain mereka menjadi sombong, ujub dan merasa lebih baik dari yang lain.



Ayat ini ajakan mereka untuk menilai dengan naluri dan berkata, jika kalian, aku itu memang benar, dan surga dikhususkan bagi kalian, lalu mengapa kalian tidak mengharap kematian sehingga lebih cepat masuk ke surga? Mengapa kalian takut terhadap kematian dan lari mengalahkan?



Takut terhadap kematian bagaikan ketakutan pengemudi terhadap perjalanan. Seorang pengemudi kadang takut karena tidak ada alarm jalan, atau karena tidak memiliki bensin, takut melanggar, atau khawatir memuat barang selundupan atau takut karena tinggal tempat tujuan, ia tidak memiliki tempat.



Sementara itu, seorang mukmin sejati melihat jalan, siapkan perjalanan bekal dengan amal saleh, menutupi-dugaannya dengan taubat, tidak memuat barang selundupan yaitu dosa dan kezaliman. Pada Hari Kiamat ia mempunyai tempat tinggal, yaitu Surga. Kebanyakan ketakutan terhadap kematian, dilatar-belakangi oleh satu diantara dua hal:

Pertama, karena ia menganggap kematian sebagai ketiadaan dan kebinasaan. Dan secara alamiah setiap maujud akan ketakutan terhadap kebinasaannya.

Kedua, mungkin saja seseorang memiliki keyakinan terhadap Hari Kiamat. Tetapi takut kepada kematian, perbuatan buruk yang perbuatan buruk dan perbuatan yang mereka lakukan. Sebab mereka menggangap kematian sebagai permulaan hisab dan balasan amal perbuatan. Oleh karena itu mereka berharap kematian mereka selama mungkin.


Adapun Nabi dan auliya Allah, yang dari satu sisi, tidak menganggap kematian sebagai ketiadan, bahkan menganggapnya sebagai permulaan kehidupan lain, dari sisi lain mereka tidak menunjukkan sesuatu dari diri mereka selain kesucian dalam berpikir dan memikirkan. Oleh karena itu, bukan hanya tidak takut kematian, bahkan mereka merindukannya.


Sebagaimana Amirul mukminin Imam Ali as menyangkut permasalahan ini mengatakan, "Demi Allah, kerinduan putera Abu Thalib kepada kematian lebih besar dari pada kerinduan anak bayi kepada air susu ibunya." 


Surat Al-Baqarah ayat ke 96 mengatakan kepada Nabi, orang-orang Yahudi yang mengklaim bahwa Surga hanya diperuntukkan bagi mereka, bukan hanya tidak mengharapkan kematian hingga lebih cepat berada di Surga. Bahkan mereka rakus terhadap kehidupan dunia melebihi orang-orang musyrik yang tidak meyakini kiamat dan menganggap kematian sebagai akhir kehidupannya. Mereka sedemikian mencintai dunia, hingga ingin hidup seribu tahun di dunia. Meski memiliki bentuk kehidupan yang paling hina di puncak kesengsaraan, bagi mereka yang terpenting terjauh dari siksa ilahi di akherat, dan dapat berjerih payah mengumpulkan kekayaan dan hiasan dunia.



Tetapi Allah Swt berfirman, andaikan umur seribu tahun diberikan kepada mereka, maka hal itu tidak menyebabkan mereka selamat dari siksa Allah. Sebab seluruh amal perbuatan mereka berada di bawah pengawasan Allah dan harapan yang bersifat kekanak-kanakan ini tidak bermanfaat bagi mereka.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan