Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Dr. KH. Abduh Al-Manar, M.Ag.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah. Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

PAUD Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MI Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MTS Al-Iryadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Monday, September 28, 2020

4 Sifat Nabi Muhammad SAW dan Kompetensi Guru

 





Dalam undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan “Kompetensi guru yang dimaksud dalam Pasal 8 termasuk kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Kompetensi tersebut perlu dikembangkan guru agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan terarah.

Proses pendidikan akan berjalan efektif, bila guru mempunyai kompetensi tersebut. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang mumpuni karena sebagai penyampai materi dan pesan pembelajaran. Jika kita menelisik lebih banyak di masa lampau, dalam Islam sebenarnya kompetensi tersebut sudah ada dalam diri Rasul sebagai seorang Utusan Allah. Jauh sebelum peraturan pemerintah dan undang undang tentang guru dibuat, maka Islam telah mengajarkan bahwa dalam diri Rasulullah ada keteladanan yang diambil. Rasulullah sebagai pendidik pertama umat Islam sepatutnya dicontoh perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kita mengacu pada peraturan-undang-undang-undang tentang kompetensi guru, maka akan dapat ditarik benang merah bahwa kompetensi yang ada dalam undang undang tersebut sebenarnya ada pada sifat wajib yang dimiliki Rasulullah, yaitu siddiq, amanah, tabligh, fathonah.

Rasulullah memunyai sifat siddiq yang artinya benar. Sifat siddiq ini menjadi dasar dalam menjalankan aktifitas. Dan ucapan seorang guru haruslah benar adanya, sesuai dengan perilaku. Dalam menjalankan profesinya, guru dituntut untuk senantiasa memiliki kepribadian yang benar yaitu sebuah rasa kebanggaan terhadap apa yang dijalani selama ini. Kepribadian yang jujur, akhlak mulia, norma, etika, ajaran agama harus dipegang erat oleh seorang guru. Guru dengan kepribadian yang baik akan berpengaruh pula terhadap perilaku siswa. 

Sifat Rasulullah selanjutnya adalah amanah. Sejak kecil Muhammad SAW sudah memiliki sifat amanah, bahkan dia dijuluki oleh masyarakat dengan al-Amin. Dengan sifat al-Amin masalah masyarakat Arab menghormati Muhammad SAW. Sifat amanah bisa dianalogikan dengan kompetensi sosial. Kemampuan tersebut menjadikan guru akan mudah bergaul dengan orang tua murid, antara sekolah dan masyarakat akan berjalan harmonis karena dijembatani oleh seorang guru yang berkompeten.

Tabligh adalah salah satu sifat seorang rasul. Tabligh artinya menyampaikan. Risalah dan perintah Allah SWT akan disampaikan kepada umatnya, segala perintah dari Allah tidak ada yang disembunyikan. Sifat tabligh bisa kita sesuaikan dengan kompetensi profesional. Seorang guru ketika menyampaikan materi perlu menggunakan metode pembelajaran dengan tepat. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. 

Sifat selanjutnya adalah fathonah artinya cerdas. Kecerdasan dimiliki oleh seorang Nabi ini bisa diibaratkan dengan kompetensi pedagogik. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang terprogram dan terarah untuk mengembangkan potensi siswa. Kecerdasan untuk mengaplikasikan kurikulum dibarengi dengan kecermatan dalam memilih metode pembelajaran. Karena itu pemahaman terhadap karakter kepribadian, kejiwaan, sifat dan minat siswa, penguasaan tentang teori belajar dan prinsip pembelajaran yang diperlukan agar siswa dapat mengaktualisasikan kemampuan dalam kegiatan belajar.

Share:

Wednesday, September 23, 2020

Memusuhi Malaikat Berarti Memusuhi Allah SWT

 


Surat Al Baqarah ayat 97-98 menjelaskan Memusuhi Malaikat Berarti Memusuhi Allah:

Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.

Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sebenarnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.

 

Ayat ke 97.     Dalam satu riwayat bahwa orang-orang Yahudi berkata, Kami benci Jibril karena ia membawa bencana dengan menyampaikan wahyu bukan kepada golongan kami. Ia juga membongkar rahasia kami. Menjawab pernyataan itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, Barang siapa menjadi musuh Jibril maka ketahuilah bahwa dia hanya akan mendapatkan keburukan, karena sebenarnya dialah, Jibril, yang telah menurunkan Al-Qur'an ke dalam hatimu dengan izin Allah, bukan atas kehendaknya sendiri dan bukan atas kehendakmu. Dengan demikian, memusuhi Jibril sama dengan memusuhi Allah. Sungguh aneh kalau kamu memusuhinya padahal wahyu-wahyu yang disampaikannya membenarkan apa yang terdahulu, yakni kitab-kitab suci termasuk Taurat, dan wahyu-wahyu itu juga menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.

Memusuhi Jibril berarti memusuhi Allah, dan memusuhi Allah berarti memusuhi semua makhluk-Nya yang taat. Bila seseorang memusuhi Allah, maka Allah pun akan memusuhi nya dan menjauhkan rahmat darinya.  Barang siapa menjadi musuh Allah dengan memusuhi salah satu makhluk-Nya yang taat, atau memusuhi salah satu dari malaikat-malaikat-Nya, atau salah seorang dari rasul-rasul-Nya, atau Jibril yang membawa wahyu dan Mikail yang pembawa rezeki, maka sesungguhnya dia           telah    kafir     dan      mengantar       dirinya menuju kebinasaan.   

Ayat ke 98.   Barang siapa menjadi musuh Allah dengan memusuhi salah satu makhluk-Nya yang taat, atau memusuhi salah satu dari malaikat-malaikat-Nya, atau salah seorang dari rasul-rasul-Nya, atau Jibril yang membawa wahyu dan Mikail yang pembawa rezeki, maka sesungguhnya dia telah       kafir     dan      mengantar       dirinya            menuju            kebinasaan.

            Sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir. Dua ayat di atas menegaskan dua hal.

Pertama, Allah  tidak membedabedakan para rasul dan malaikat-Nya. Kepercayaan, ketaatan, dan kecintaan kepada mereka adalah satu paket. Siapa pun yang memusuhi mereka atau salah seorang dari mereka, maka ia akan menjadi musuh Allah.

Kedua, sanksi kepada pelanggar tidak hanya diterapkan kepada orang        Yahudi,           tetapi kepada   siapa   saja            yang    kafir     dan      memusuhi-Nya Konteks ayat ini adalah bagian dari bantahan Allah terhadap orangorang Yahudi.

Namun demikian, siapa pun yang berperilaku seperti disebut dalam ayat ini, maka mereka disebut fasik. Dan demi Tuhan, tidaklah wajar bila orang-orang Yahudi itu atau siapa pun menolak kebenaran Al-Qur'an karena sungguh Kami, dengan menugaskan Jibril, telah menu runkan ayat-ayat yang jelas kandungannya serta bukti-bukti kebenarannya dan kebenaranmu sebagai rasul kepadamu, Muhammad. Dan tidaklah ada yang mengingkarinya, baik dari golongan manusia yang hidup pada masamu atau sesudahmu, selain orang-orang fasik. Bukti-bukti kebenaran Al-Qur'an sudah sangat jelas; tidak ada yang mengingkarinya selain mereka yang tertutup mata hatinya. Mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang fasik.

Share:

Monday, September 21, 2020

Manusia Paling Loba


 

Tafsir Surat Al- Baqarah Ayat 94 96:

Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian (mu), jika kamu memang benar.

Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka sendiri, dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya.

Dan benar-benar kamu akan menemukan mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya sama siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

 

Sepanjang sejarah, Yahudi menganggap diri mereka sebagai bangsa yang paling mulia dan berkeyakinan bahwa surga diciptakan untuk mereka dan api neraka tidak akan memenuhi mereka, serta menganggap diri mereka sebagai anak-anak dan kekasih Allah. Prasangka-prasangka batil ini, dari satu sisi penyebab mereka bebas melakukan berbagai bentuk kezaliman, kejahatan, perbuatan dosa dan kebejatan, dari sisi lain mereka menjadi sombong, ujub dan merasa lebih baik dari yang lain.



Ayat ini ajakan mereka untuk menilai dengan naluri dan berkata, jika kalian, aku itu memang benar, dan surga dikhususkan bagi kalian, lalu mengapa kalian tidak mengharap kematian sehingga lebih cepat masuk ke surga? Mengapa kalian takut terhadap kematian dan lari mengalahkan?



Takut terhadap kematian bagaikan ketakutan pengemudi terhadap perjalanan. Seorang pengemudi kadang takut karena tidak ada alarm jalan, atau karena tidak memiliki bensin, takut melanggar, atau khawatir memuat barang selundupan atau takut karena tinggal tempat tujuan, ia tidak memiliki tempat.



Sementara itu, seorang mukmin sejati melihat jalan, siapkan perjalanan bekal dengan amal saleh, menutupi-dugaannya dengan taubat, tidak memuat barang selundupan yaitu dosa dan kezaliman. Pada Hari Kiamat ia mempunyai tempat tinggal, yaitu Surga. Kebanyakan ketakutan terhadap kematian, dilatar-belakangi oleh satu diantara dua hal:

Pertama, karena ia menganggap kematian sebagai ketiadaan dan kebinasaan. Dan secara alamiah setiap maujud akan ketakutan terhadap kebinasaannya.

Kedua, mungkin saja seseorang memiliki keyakinan terhadap Hari Kiamat. Tetapi takut kepada kematian, perbuatan buruk yang perbuatan buruk dan perbuatan yang mereka lakukan. Sebab mereka menggangap kematian sebagai permulaan hisab dan balasan amal perbuatan. Oleh karena itu mereka berharap kematian mereka selama mungkin.


Adapun Nabi dan auliya Allah, yang dari satu sisi, tidak menganggap kematian sebagai ketiadan, bahkan menganggapnya sebagai permulaan kehidupan lain, dari sisi lain mereka tidak menunjukkan sesuatu dari diri mereka selain kesucian dalam berpikir dan memikirkan. Oleh karena itu, bukan hanya tidak takut kematian, bahkan mereka merindukannya.


Sebagaimana Amirul mukminin Imam Ali as menyangkut permasalahan ini mengatakan, "Demi Allah, kerinduan putera Abu Thalib kepada kematian lebih besar dari pada kerinduan anak bayi kepada air susu ibunya." 


Surat Al-Baqarah ayat ke 96 mengatakan kepada Nabi, orang-orang Yahudi yang mengklaim bahwa Surga hanya diperuntukkan bagi mereka, bukan hanya tidak mengharapkan kematian hingga lebih cepat berada di Surga. Bahkan mereka rakus terhadap kehidupan dunia melebihi orang-orang musyrik yang tidak meyakini kiamat dan menganggap kematian sebagai akhir kehidupannya. Mereka sedemikian mencintai dunia, hingga ingin hidup seribu tahun di dunia. Meski memiliki bentuk kehidupan yang paling hina di puncak kesengsaraan, bagi mereka yang terpenting terjauh dari siksa ilahi di akherat, dan dapat berjerih payah mengumpulkan kekayaan dan hiasan dunia.



Tetapi Allah Swt berfirman, andaikan umur seribu tahun diberikan kepada mereka, maka hal itu tidak menyebabkan mereka selamat dari siksa Allah. Sebab seluruh amal perbuatan mereka berada di bawah pengawasan Allah dan harapan yang bersifat kekanak-kanakan ini tidak bermanfaat bagi mereka.

Share:

Friday, September 18, 2020

Pegang Teguhlah Janji

 


Surat Al Baqarah Ayat 93 Artinya

: Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat)".

Kita telah mengatakan bahwa etnis Yahudi tidak mengimani Nabi Muhammad Saw karena beliau bukan dari Bani Israil. Sedangkan mereka hanya beriman kepada nabi yang dari etnis mereka dan hanya mau menjalankan ajaran-ajaran kitab Nabi Musa, yaitu Taurat. Akan tetapi, pada ayat-ayat sebelumnya, al-Quran telah menerangkan beberapa contoh, untuk membuktikan bahwa mereka bukan hanya tidak beriman kepada Nabi mereka, yaitu Musa, tetapi juga menolak kitab Taurat dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kitab mereka.

Ayat ini juga mengingatkan salah satu dari contoh tersebut. Di gunung Tsur, Allah Swt telah mengambil janji dari Bani Israil dalam sebuah masalah dan meminta-minta agar konsisten mengerjakannya. Namun, walaupun mereka mendengarkannya, tetapi mengingkarinya. Karena syirik dan cinta dunia dalam kasus kecintaan anak sapi emas buatan Samiri, telah memasuki hati mereka sehingga tidak ada tempat lagi untuk berpikir dan beriman. Yang mengherankan adalah walaupun mereka telah mengingkari semua janji mereka, tetapi mereka masih mengaku beriman.

Dalam membantah pengakuan mereka itu, al-Quran memaparkan sebuah pertanyaan kepada mereka sebagai berikut, apakah iman kalian itu menginstruksikan kalian melanggar perjanjian Allah? Kalian menyembah anak sapi, dan kalian membunuhi nabi-nabi ilahi. Jika demikian, berarti iman kalian memberi perintah-perintah buruk kepada kalian.

Dari ayat Tadi Terdapat lima poin Pelajaran Yang DAPAT dipetik:
1. Mengambil Janji DAPAT creates Motivasi untuk review berbuat.
2. Mempertahankan revolusi ilahi sekalipun mampu menghadapi ancaman.
3. Melaksanakan hukum dan perintah Allah membutuhkan kekuatan, keseriusan, cinta dan tekad kuat.
4. Cinta yang bersifat ekstrim sangat berbahaya. Karena manusia cinta kepada sesuatu, sulit untuk menerima kebenaran.
5. Prilaku manusia penjelas pemikiran dan akidah seseorang.

Share:

Wednesday, September 16, 2020

Kezaliman Umat Nabi Musa AS

 


Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian) nya, dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim. (Al Baqarah Ayat 92).



Rasulullah SAW etnis Arab alasan satu-satunya orang-orang Yahudi yang menolak Muhammad SAW.
Mereka menyebut Nabi Musa datang dari mereka dan memberikan sejumlah mukjizat yang jelas bagi mereka. Tetapi ketika Nabi Musa pergi ke gunung Tsur, Bani Israil menyembah anak sapi dan menyia-nyiakan jerih payah Nabi Musa AS. Dengan demikian, pada selain menzalimi diri sendiri, mereka juga menzalimi pemimpin mereka.

Dari ayat ini terdapat pelajaran yang dapat  dipetik:
1. Menyebutkan Latar Belakang dapat membantu untuk mengambil Keputusan yang Benar.
2. Kembali pada kesyirikan dan jahiliyah merupakan kezaliman terhadap dirinya dan menciptakan yang akan datang.



Share:

Tuesday, September 15, 2020

Orang-orang Durhaka


 

Surat Al-Baqarah ayat 91:

وإذا قيل لهم ءامنوا بمآ أنزل ٱلله قالوا نؤمن بمآ أنزل علينا ويكفرون بما ورآءه وهو ٱلحق مصدقا لما معهم قل فلم تقتلون أنبيآء ٱلله من قبل إن كنتم مؤمنين 

“Dan dikatakan kepada mereka:" Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah, "mereka berkata:" Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami ". Dan mereka kafir kepada Al Quran yang sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"

Apabila dikatakan kepada mereka, Berimanlah kepada apa yang diturunkan Allah, yakni Al-Qur'an, melalui Nabi Muhammad, mereka menjawab, Kami hanya akan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami, yaitu Taurat. Dan mereka ingkar kepada apa yang setelahnya, yaitu Al-Qur'an dan kitab-kitab lain yang sesudah Taurat, padahal Al-Qur'an itu adalah kitab yang benar-benar mencapai puncak hak, yaitu kebenaran dalam segala seginya. Al-Qur'an itu adalah kitab yang membenarkan apa yang ada pada mereka yang pernah disampaikan oleh Nabi Musa dan nabi-nabi sebelumnya. Untuk pernyataan mereka, Allah berfirman, Katakanlah kepada mereka, Nabi Muhammad, Jika benar kamu hanya percaya kepada apa yang diturunkan kepada kamu, mengapa kamu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang beriman? Secerdik apa pun orang-orang yang berargumen dalam rangka Yahudi kebenaran, tetap saja kedok mereka akan terungkap. Ketika diajak mengikuti ajaran Al-Qur'an mereka menolak dan datang hanya akan mengikuti ajaran Taurat. Faktanya, mereka bukan orang-orang yang taat dan patuh kepada para nabi mereka, bahkan beberapa dari nabi-nabi itu mereka bunuh.

 

Berikut adalah argumen lain untuk membantah orang-orang yang mengaku beriman kepada kitab yang diturunkan kepada mereka. Dan sesunggunya, Musa telah datang kepada mu dengan bukti-bukti yang sangat jelas tentang kebenaran yang dia ajarkan, seperti turunnya al-mann dan as-salwa, terpancarnya air dari batu, berubahnya tongkat menjadi ular, dan lain-lain. Meski begitu, kamu tidak menerimanya dengan baik, bahkan kemudian kamu mengambil patung anak sapi sebagai sembahan setelah kepergian-nya meninggalkan kamu untuk sementara waktu menuju Bukit Tursina, dan kamu menjadi orang-orang zalim karena kamu tetap melakukan hal itu, meskipun kamu tahu itu salah .

Share:

Monday, September 14, 2020

Obyek Dalam Bahasa Arab (Maf'ul)



Obyek didalam bahasa Arab ada 5 (lima) macam dan semuanya mempunyai i'rab nashab.


1. AL MAF'UL BIH, adalah obyek yang menunjukkan sesuatu yang dikenai oleh perbuatan faa'il (subyek / pelaku), contoh QS. Al Kahfi ayat 76: 


قَالَ ن سَأَلْتُكَ عَن شَىْءٍۭ بَعْدَهَا فَلَا تُصَٰحِبْنِى ۖ قَدْ بَلَغْتَ مِن لَّدُنِّى عُذْرًا

"Musa berkata:" Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sebenarnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku ".


Kata عذرا sebagai maf'ul bih


2. AL MAF'UL FIIH, adalah obyek yang menunjukkan kata keterangan waktu (dharaf zamaan) atau keterangan tempat (dharaf makaan), contoh QS. Al Isra '1:


سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam


Kata ليلا sebagai maf'ul ma'ah


3. AL MAF'UL LI AJLIH, adalah obyek yang menunjukkan kejadian suatu perbuatan (fi'il), contoh QS. Al Isra 'ayat 31:


وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ


"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan"


Kata خشية sebagai maf'ul li ajlih


4. AL MAF'UL AL MUTHLAQ, adalah obyek yang menunjukkan penguatan (taukid), jenis (nau '), dan bilangan (' adad). Maf'ul jenis ini berbentuk mashdar dari fi'il sebelumnya, contoh untuk fungsi penguat dalam QS. Al Qamar ayat 2: 


كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا كُلِّهَا فَأَخَذْنَٰهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍ مُّقْتَدِرٍ


Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya, lalu Kami azab mereka sebagai azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa


Kata أخذا sebagai maf'ul muthlaq fungsi jenis (nau ')


5. AL MAF'UL MA'AH, adalah obyek yang menunjukkan kebersamaan, contoh dalam sebuah ungkapan : 


النسرطائر والسحابَ

"Burung bangkai itu terbang bersama awan"


Kata السحابَ sebagai maf'ul ma'ah


Contoh QS. Yunus ayat 71 :


فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ

"Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku)"


Kata شركاءَ sebagai maf'ul ma'ah


www.darulilmiarabiccourse.com


Semoga bermanfaat.

Share:

Sunday, September 13, 2020

Perbaikilah Kesalahan Dengan Melakukan Kebaikan

Rasulullah mengalaminya jika kita melakukan kesalahan atau keburukan maka kita segera menggantinya dengan melakukan kesalahan dalam kitab Arbain,  Hadits ke-18

عن أبي ذر جندب بن جنادة وأبي عبد الرحمن معاذ بن جبل رضي الله عنهما عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: اتق الله حيثما كنت, وأتبع السيئة الحسنة تمحها, وخالق الناس بخلق حسن "[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح ]

Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu 'Abdurrahman, Mu'adz bin Jabal radhiyallahu' anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau dan susullah yang melakukan dosa dengan, pasti akan melaksanakankannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik ”.
(HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih)  [Tirmidzi no. 1987]

 

Riwayat hidup Abu Dzar itu banyak. Ia masuk Islam ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam masih di Makkah dan beliau memerintahkannya kembali kepada kaumnya. Namun ketika Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menyaksikan tekadnya untuk tinggal di Makkah bersama beliau, maka Rasulullah Shalallahu' alaihi wasallam tidak mampu lagi mencegahnya. Sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam kepada Abu Dzar “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan, pasti akan memenuhikannya”. Hal ini sejalan dengan firman Allah: “Sesungguhnya segala amal kebajikan kesalahan perbuatan dosa”. (QS. Huud: 114)

 


 
Sabda beliau “bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik” maksudnya bergaullah dengan manusia dengan cara-cara yang kamu merasa senang bila diperlakukan oleh mereka dengan cara seperti itu. Ketahuilah bahwa yang paling berat timbangannya di akhirat kelak adalah akhlaq yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kamu dan yang paling dekat kepadaku posisinya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaqnya diantara kamu”.
 
Akhlaq yang baik adalah sifat para nabi, para rasul dan orang-orang mukmin pilihan. Perbuatan buruk hendaklah tidak di balas dengan keburukan, tetapi dimaafkan dan diampuni serta dibalas dengan kebaikan.

Share:

Wednesday, September 9, 2020

Tanda Tanda Kemunafikan



Orang munafik selalu ada di sepanjang zaman, sebagai ujian bagi orang-orang beriman. Diantara tanda-tandanya:

• Lidahnya tajam dan nyinyir terhadap orang Mukmin:

“Mencaci kamu dengan lidah yang tajam”. (al-Ahzab: 19)


• Lemah lembut kepada orang kafir:

"Sungguh, jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-tidak akan patuh kepada siapa pun demi kamu” (Al-Hasyr: 11)


• Lebih Semangat Orang Yahudi Berbelanja Islam dan kaum Muslimin:


"Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudaranya yang kafir di antara Ahli Kitab, Sungguh, jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-tidak akan patuh kepada siapa pun demi kamu, dan jika jika kamu diperangi pasti kami akan membantumu. Dan Allah menyaksikan, bahwa mereka benar-benar pendusta. " (Al-Hasyr: 11)


• Kadang-kadang mengeluarkan perkataan yang benar dan memukau:


"Dan di antara percakapannya ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras." (Al-Baqarah: 204)


• Tetapi jika dicermati perbuatannya, terbukti perkataannya itu hanya untuk menyediakan alasan bahwa dirinya tidak seburuk apa yang dituduhkan:


"Dan kepatuhan dia berpaling (dari kamu), berusaha untuk kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak ada kerusakan." (Al-Baqarah: 205)


• Selalu mencari keridhaan manusia, bukan keridhaan Allah dan Rasul-Nya:

"Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk menyenangkan kamu, padahal Allah dan Rasul-Nya lebih pantas untuk mereka cari keridaan-Nya jika mereka orang mukmin." (At-Taubah: 62)


• Sekalipun demikian, orang-orang munafik tidak berhasil mencapai sebagian besar tujuan makar mereka:


“... dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya ..”. (at-Taubah: 74)


• Semoga Allah membersihkan hati kita dari sifat munafik.

Share:

Wednesday, September 2, 2020

8 Ciri Orang Baik



"MEMANG BAIK MENJADI ORANG PENTING, TAPI JAUH LEBIH PENTING MENJADI ORANG YANG BAIK"  ada 8 ciri orang baik yaitu :

1. Orang Baik cenderung * LEBIH BANYAK TERSENYUM. * Percaya atau tidak, seseorang bisa ditunjukkan dari cara dia tersenyum. Mengapa? Karena semakin banyak orang tersenyum, maka * Hawa Positif akan bertebaran disekitarnya * .Selain itu, dengan tersenyum, orang akan * lebih ramah & tidak bisa dipercaya *


2. Pikiran-pikiran negatif seperti iri hati & dengki jarang menghinggapi orang baik.Orang Baik akan selalu * MENANAMKAN PIKIRAN POSITIF * dalam hidupnya. Bahkan saat dia mengalami masa-masa sulit sekalipun akan menciptakan suasana yang nyaman.


3. Orang Baik biasanya lebih sering * MENYAPA DULUAN. * Orang baik tidak akan menolak untuk menyapa semua orang, bahkan terhadap orang yang jahat sekalipun. Orang baik selalu terhindar dari rasa * menjadi orang penting *, ingin dicari dan dibutuhkan. Dia biasanya tidak membutuhkan pengakuan orang atas kinerjanya selama ini.


4. Orang Baik * TIDAK INGIN MENUNJUKKAN BAHWA DIA BAIK. * Tapi orang jahat akan selalu membangun citra baik untuk (kekurangan) dirinya.


5. Orang Baik selalu * PINTAR MENGENDALIKAN EMOSI. * Mereka terlihat sangat sabar & toleran. Tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri.


6. Orang Baik akan bercerita atau * MEMBAGIKAN HAL-HAL YANG BERMANFAAT * dengan tujuan memberi tahu. Bukan untuk menggiring opini publik bahwa hanya dirinyalah yang benar.


7. Orang Baik selalu menghafal 3 kata sakti. Yaitu * MAAF, TOLONG, dan TERIMA KASIH. *


8. Orang Baik tidak akan bersedia untuk mengakui kelebihan orang lain. Apalagi jika dia menganggapnya. Mereka tidak akan segan-segan untuk * MEMINTA MAAF DAN MEMPERBAIKI KESALAHAN. * Berbeda dengan orang jahat yang memiliki gengsi tinggi & menganggap dirinya selalu benar. Jangan mengaku salah, menganggap orang lain berprestasi saja gengsi, Ada saja alasan untuk mencari kesalahan serta untuk menjatuhkan orang lain.Semoga kita bisa melatih diri menjadi orang yang sabar dalam menghadapi setiap kejahatan dan perilaku orang jahat. 


Menjadi orang yang baik karena itu untuk kita sendri

Share:

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan