Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Wednesday, August 12, 2020

Yahudi Bertawasul Kepada Rasulullah SAW

Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam kitab
Mafahim Yajibu An Tushahhah menjelaskan tentang hakikat tawassul. 

Pertama, Tawassul merupakan salah satu cara untuk Berdoa serta juga sebagai media untuk menuju Allah SWT dan tujuan utamanya adalah Allah bukan yang lainnya.

Kedua, orang yang melakukan tawassul membuktikan cintanya kepada Allah dengan mencintai para kekasih-Nya.

Ketiga, orang yang bertawassul kepada seseorang tak meyakini ia mampu memberi manfaat atau mudharat, tetapi Allah yang memberikan segalanya.

Para Nabi terdahulu juga bertawassul, misalnya Nabi Adam Bertawassul kepada Nabi Muhammad sebelum beliau diutus ke bumi ini.

Nabi terdahulu juga Bertawassul, misalnya Nabi Adam Bertawassul kepada Nabi Muhammad sebelum beliau diutus ke dunia ini.

Umat ​​Yahudi juga Bertawassul kepada Nabi akhir zaman yang bersifat Ummi (tak mampu membaca dan menulis) yaitu Nabi Muhammad SAW.

Hal ini seperti dalam Al-Qur'an, Surat Al-Baqarah ayat 89 artinya:

“Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar.

Menurut Imam Thabari dalam   Tafsirnya menjelaskan bahwa Al-Qur'an yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya, yaitu Taurat dan Injil, orang Yahudi mengingkari kebenarannya Al-Qur'an.

Menurut Imam ar-Razi dalam   Tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan tentang orang-orang Yahudi sebelum Nabi Muhammad diutus dan turunnya Al-Qur'an, mereka meminta pertolongan agar mempersembahkan kemenangan dengan berdoa memakai tawassul kepada Nabi yang berbunyi:

اللهم افتح علينا وانصرنا بالنبي الأمي

Ya Allah berikanlah kemenangan untuk kami, dan tolonglah kami dengan berkahnya Nabi Yang Ummi yaitu Nabi Muhammad.

Ayat ini memberi gambaran kepada kita bahwa Umat terdahulu juga melakukan tawassul kepada Nabi Muhammad sebelum beliau diutus ke dunia ini. Sayangnya sebagian orang Islam ada yang menyalahkan orang yang Bertawassul pada Nabi dengan perbuatan musyrik, yang menjadi pertanyaan adalah dimana letak kemusrikannya? Kita tidak menganggap Nabi Muhammad sebagai Tuhan, Namun kita mencintai orang yang paling disayang oleh Allah. Kecintaan kita kepada Nabi sebagai sarana untuk menuju Allah dengan mengikuti prilakunya sebatas kemampuan kita. Hal itu sebagai sebuah perintah Agama.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan