Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Monday, July 13, 2020

Golongan Manusia Susah Diatur


Tafsir Al-Baqarah ayat 75-76 artinya: “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?"

Makna kata : { أَفَتَطۡمَعُونَ } A fatathma’uuna : Hamzah di sini berperan sebagai kata tanya untuk pengingkaran dan menunjukkan sesuatu itu tidak akan terjadi. Thoma’ adalah terkaitnya diri pada sesuatu karena menginginkannya. { يُؤۡمِنُواْ لَكُمۡ } yu’minuu lakum : Mereka mengikuti kalian dalam beragama Islam. { كَلَٰمَ ٱللَّهِ } kalaamallah : Firman Allah dalam kitab-kitab-Nya seperti Taurat, Injil, dan al-Qur’an. { يُحَرِّفُونَهُۥ } yuharrifuunahu : at-Tahrif adalah memelintir perkataan sehingga tidak sesuai dengan makna aslinya sebagaimana yang mereka katakan mengenai karakteristik Rasulullah dalam kitab Taurat : Tajam pandangan matanya, perawakannya tinggi semampai, rambutnya keriting, dan tampan rupanya. 

Diganti menjadi : Tinggi perawakannya, dua matanya berwarna hijau, dan lurus rambutnya. Makna ayat : Allah Ta’ala mengingkari ambisi orang-orang mukmin yang menginginkan orang Yahudi untuk beriman kepada Nabi dan agama mereka, dan mengingatkan orang mukmin ketidakmungkinan itu dengan berbagai penjelasan mengenai watak orang Yahudi dahulu maupun sekarang, seperti berbuat curang, suka menipu dan rekayasa, melencengkan firman Allah, mengelabui, menyesatkan orang lain, sampai-sampai mereka tidak mendapat petunjuk kepada jalan yang benar. Maka orang yang begini keadaannya berat untuk diharapkan untuk bersih dari kemunafikan, berdusta, dan menyembunyikan kebenaran.

Pelajaran dari ayat: Golongan manusia yang paling susah untuk tunduk dan menerima kebenaran adalah orang-orang Yahudi.

Makna kata : { لَقُواْ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ } Laquu ladziina aamanuu : Jika orang-orang munafik kalangan Yahudi bertemu dengan orang-orang mukmin mereka mengatakan,”Kami beriman dengan nabi dan agama kalian.” { أَتُحَدِّثُونَهُم } Atuhadditsuunahum : Hamzah disini merupakan kata tanya untuk pengingkaran. Pembicaraan yang dimaksud adalah memberitahukan kepada orang-orang mukmin mengenai sifat dan karakteristik Nabi dalam kitab Taurat. { بِمَا فَتَحَ ٱللَّهُ عَلَيۡكُمۡ } Bima fatahallahu ‘alaikum : Yaitu saat orang-orang munafik dari kalangan Yahudi bertemu dengan pembesar-pembesarnya mereka mengingkari telah memberitahukan sifat dan karakter Nabi Muhammad dalam Taurat kepada orang-orang mukmin. Ini adalah suatu hal yang Allah bukakan ilmunya kepada orang Yahudi secara khusus, bukan untuk bangsa lainnya. { لِيُحَآجُّوكُم بِهِۦ } Liyuhaajjuukum bihi : Para pembesar itu mengatakan,”Jangan kalian beritahukan orang-orang mukmin dengan hal yang dikhususkan ilmunya kepada kalian oleh Allah, sampai orang-orang mukmin itu tidak berhujjah atas kalian dengan hal yang kalian beritahukan. Sehingga kalian akan kalah dan hujjah tegak atas kalian dan Allah akan mengadzab kalian.” 

Makna ayat : { وَإِذَا لَقُواْ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا } “Ketika mereka bertemu dengan orang-orang beriman mengatakan kami beriman.” Sejujurnya mereka hanya berdusta, jika mereka berkumpul dengan para pembesarnya, mereka akan saling mengingkari apa yang sudah diucapkan kepada kaum muslimin tentang benarnya kenabian Rasulullah dan benarnya agama Islam, beralasan bahwa apa yang mereka katakan itu akan menjadi hujjah bagi kemenangan kaum muslimin terhadap orang Yahudi di sisi Allah. Maha suci Allah, betapa rusaknya perasaan mereka dan buruknya pemahaman bahwa mereka menyangka apa yang disembunyikan tidak mungkin diketahui oleh Allah.

Pelajaran dari ayat : Buruknya mengingkari kebenaran setelah mengetahuinya. [Sumber: Tafsir Assa’di ]
Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Blog Archive

Data Kunjungan