Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Thursday, July 2, 2020

Cara Melunasi Utang Secara Islami


•  Pengertian Utang

Bila kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata utang pada intinya mempunyai 2 makna, yaitu: (1) uang yang dipinjam dari orang lain; dan (2) kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima. Dalam artikel ini kita batasi pengertian utang sebagai sebuah kewajiban yang harus dibayarkan dari seorang peminjam kepada pihak yang meminjamkan.

•  Bagaimana Islam Memandang Utang

Dalam hidup ini, tak selamanya kita selalu berada dalam kondisi kecukupan.  Sekali waktu kita pasti mengalami kekurangan. Maka utang-piutang (meminjam atau memberi pinjaman) adalah suatu hal yang biasa. Lalu bagaimana Islam memandang soal utang-piutang ini?

Ajaran Islam membolehkan utang-piutang, namun ada ketentuannya yaitu: (1) orang yang berutang adalah orang yang sedang dalam keadaan terpaksa; (2) orang yang berutang memiliki niat yang kuat untuk mengembalikan; (3) transaksi utang-piutang wajib ditulis dan harus ada saksinya; (4) pemberi utang tidak boleh mengambil keuntungan atau manfaat dari orang yang berutang, karena tujuan memberi pinjaman (utang) adalah untuk menolong si peminjam, bukan malah mengambil keuntungan atasnya; (5) bila telah mempunyai uang, maka orang yang berutang harus segera melunasi utangnya.

Ada adab-adab yang harus dijaga agar menjadi kehati-hatian dan mengetahui konsekuensinya, diantaranya yaitu: (1) jangan pernah tidak mencatat transaksi utang-piutang; (2) jangan pernah memiliki niat untuk tidak melunasi utang; (3) jangan menggampangkan utang; (4) jangan pernah menunda membayar utang jika sudah ada uang untuk membayarnya; (5) jangan pernah menunggu ditagih bila memang sudah bisa membayar; (6) jangan pernah mempersulit; (7) jangan pernah berbohong.

•  Penyebab Orang Berutang dan Kesulitan Membayar

Berutang adalah suatu kondisi yang hampir kebanyakan orang pernah mengalaminya. Namun, biasanya akan lahir masalah besar bila tidak mengikuti ketentuan seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Contohnya, orang yang berutang bukan karena dalam kondisi terpaksa. Bukan sedang dalam kondisi kesulitan membeli makanan untuk bertahan hidup misalnya.  Tapi berutang karena untuk sekadar menjaga gengsi dalam pergaulan, tanpa mempertimbangkan kemampuan untuk membayar. Bahkan ada yang sampai terlibat dengan pinjaman riba demi untuk memenuhi keinginannya.

Banyak orang meremehkan hal ini. Ada orang yang merasa nyaman-nyaman saja dengan utang yang melilit dirinya. Sehingga seakan-akan selama hidupnya tidak pernah sedetik pun lepas dari utang. Pinjaman satu belum lunas, sudah melakukan pinjaman yang lain. Begitu seterusnya. Padahal teladan hidup kita, Rasulullah SAW, sangat khawatir dan takut bila berutang sampai menjadi kebiasaan.

Kebiasaan berutang dapat membahayakan akhlaq seseorang. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya seseorang apabila (sering) berutang, maka dia sering berkata lantas berdusta, dan berjanji lantas memungkiri.” (HR. Al-Bukhari).

Hadis di atas menunjukkan bahwa meskipun kebiasaan berutang bukanlah perbuatan dosa, namun dapat menjerumuskan kepada perbuatan-perbuatan dosa. Hadis tersebut menyebutkan dua dosa akibat kebiasaan berutang yaitu: berdusta dan mengingkari janji. Logis, sebab orang-orang yang sering berutang hingga terlilit oleh utangnya biasanya akan suka berbohong dan mengingkari janjinya. Demi untuk menghindar dari utang-utangnya.

•  Ingin Melunasi Utang Tapi Tidak Punya Uang

Orang yang sedang mengalami banyak utang, hatinya pasti tak tenang. Apalagi bila utang telah jatuh tempo dan sang pemberi utang terus-menerus datang untuk menagih. Ingin sekali melunasi utang tersebut, tapi tidak punya uang.

Hal terbaik yang mungkin bisa dilakukan bila Anda mengalami kondisi tersebut adalah, menemui pihak pemberi utang dan mengatakan terus terang kondisi apa adanya saat ini. Katakan bahwa Anda ingin sekali melutasi utang Anda, tapi memang sekarang uangnya belum ada. Kalau uangnya sudah ada Anda pasti akan segera membayarnya.

Bila Anda mengutarakan hal tersebut dengan baik-baik dan disertai dengan kesungguhan hati untuk membayar, kami yakin pihak pemberi utang pasti bisa menerimanya dan mau memberi penangguhan.

Selanjutnya bila masalah Anda terlilit utang adalah karena lebih besar pengeluaran daripada pendapatan, maka Anda harus berupaya lebih keras lagi untuk mengelola keuangan Anda. Potong anggaran belanja yang tidak perlu-perlu amat. Sejalan dengan itu, tingkatkan kemampuan Anda untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Risiko orang yang terbiasa berutang tidak hanya di dunia, namun dapat berlanjut hingga ke akhirat. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang satu dinar atau satu dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah)

Islam memperbolehkan berutang, namun dengan syarat hanya pada keadaan yang benar-benar sangat mendesak saja. Maka lebih baik menghindari berutang. Berusahalah untuk menghindari kebiasaan konsumtif berlebihan. Bila membutuhkan sesuatu (dan itu tidak sangat mendesak) namun belum memiliki cukup uang, janganlah buru-buru berutang. Bersabarlah, lebih baik menahan diri dulu sambil menabung. Setelah cukup uangnya baru membelinya.

•  Melunasi Utang dengan Bantuan Allah

Berikut langkah-langkah yang bisa ditempuh:

1.  Muhasabah (Introspeksi) Diri

Merenungkan berbagai kesalahan terdahulu yang menyebabkan diri sampai terlilit utang. Setelah itu memohon ampun pada Allah atas kesalahan-kesalahan tersebut. Memperbanyak membaca istighfar, contohnya: "Astagfirullah... Astagfirullah" yang artinya "Aku memohon ampun kepada Allah… Aku memohon ampun kepada Allah.”

Mengamalkan istighfar dapat membuka pintu rezeki seseorang. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Nuh ayat 10-12, yang artinya:
"Maka aku katakan kepada mereka 'mohon ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai."

Allah SWT juga menjanjikan akan memberikan jalan keluar dari segala masalah hidup yang terjadi bagi hamba-Nya yang memperbanyak istighfar. Kalimat istighfar pun bisa menambah rezeki seseorang.

Dalam hadis riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: "Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya, dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka."

2.  Memperbaiki Kualitas Ibadah Pada Allah

Salah satu contohnya adalah memperbaiki kualitas shalat, terutama yang yang wajib 5 waktu. Bila ibadah wajib sudah diperbaiki kualitasnya, dapat ditambah dengan ibadah-ibadah yang sunah.

3.  Memperbaiki Kualitas Hubungan dengan Orang Tua

Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899,  HR. al-Hakim : 7249).

Hadis di atas menerangkan betapa agungnya posisi orang tua kita. Karenanya, bila kita menyadari bahwa ada kesalahan yang pernah kita perbuat yang membuat kecewa orang tua kita, segeralah memohon maaf. Memperbaiki kualitas hubungan dengan orang tua insya Allah  akan dapat memperbaiki kualitas rezeki kita juga.

4. Memperbaiki Hubungan Silaturahim dengan Sesama
Rasululullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan menyambung silaturahim”. (HR. Ibnu Hibbaan 2/181-182 no. 439 dengan sanad hasan).

Intinya adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa (takwa). Sesuai janji Allah dalam Al-Qur’an surat Ath Thalaq: 2-3 yang berbunyi, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

•  Doa Melunasi Utang Sesuai Sunah

Berbagai ikhtiar mesti dilakukan agar segera dapat melunasi utang, termasuk dengan ikhtiar doa. Salah satunya adalah dengan doa yang pernah diajarkan Rasulullah SAW kepada seorang sahabat Anshar. Hal ini seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, nomor hadis 1555.

Abu Sa’id al-Khudri menyebutkan, pada suatu hari Rasulullah SAW masuk ke masjid.  Saat itu di masjid ada seorang laki-laki Anshar yang bernama Abu Umamah. Rasulullah lalu menyapanya, “Hai Abu Umamah, ada apa aku melihatmu duduk di masjid di luar waktu shalat?” Abu Umamah menjawab, “Kebingungan dan utang-utangku yang membuatku (begini), ya Rasul.” Beliau kembali bertanya, “Maukah kamu jika aku ajarkan suatu bacaan yang jika kamu membacanya, Allah akan menghapuskan kebingunganmu dan memberi kemampuan melunasi utang?” Umamah menjawab, “Tentu, ya Rasul.” Beliau melanjutkan, “Jika memasuki waktu pagi dan sore hari, maka bacalah: ”Allâhumma innî a‘ûdzu bika minal hammi wal hazan. Wa a‘ûdzu bika minal ‘ajzi wal kasal. Wa a‘ûdzu bika minal jubni wal bukhl. Wa a‘ûdzu bika min ghalabatid daini wa qahrir rijâl.”

Artinya:

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan orang-orang.”

Abu Umamah menuturkan, “Setelah aku mengamalkan doa itu, Allah benar-benar menghilangkan kebingunganku dan memberi kemampuan melunasi utang.”

Begitulah doa yang diajarkan Rasulullah SAW agar kita terlepas dari lilitan utang yang sering kali disertai dengan ketakutan, kesusahan, kelemahan, kekikiran, dan seterusnya. Semoga Allah mengabulkan doa dan permohonan kita. Aamiin.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Blog Archive

Data Kunjungan