Pada tanggal 8 Dzul Hijjah [Bulan Haji] kita mengenalnya sebagai
hari tarwiyah, kenapa demikian, apa alasannya, ada dua alasan, yaitu :
Pertama : Pada malam 8 Dzul Hijjah, Nabi Ibrahim bermimpi mendapat
perintah untuk menyembelih putranya yang bernama Nabi Ismail alaihissalam.
Setelah beliau mimpi di malam hari itu, maka beliau berfikir secara terus –
menerus dengan sungguh – sungguh apakah mimpinya tersebut dari Allah SWT ?
proses berfikir itu dengan berbagai pertanyaan dalam diri beliau disebut dalam
bahasa arab dengan kata “ Yurawwi “. Karena itu tanggal 8 Dzul Hijjah disebut
dengan hari tarwiyah yang artinya hari berfikir.
Kemudian pada malam Arafah, Nabi Ibrahim kembali mengalami mimpi
yang sama, bahwa diperintahkan untuk menyembelih putranya tercinta Nabi Ismail.
Setelah mimpi kedua kalinya, maka pada tanggal 9 Dzul Hijjah siang hari itu
beliau meyakini [‘arafa] bahwa mimpinya itu adalah datangnya dari Allah SWT. Makna
arafa adalah mengetahui [meyakini sesuatu], karena itu pada tanggal 9 Dzul Hijjah
disebut Arafah.
Kemudian beliau kembali bermimpi yang sama pada malam ke-sepuluh
Dzul Hijjah, pada esok hari tepatnya tanggal sepuluh zul hijjah, beliau dan
putra tercintahnya melaksanakan perintah Allah SWT yaitu menyembelih putra tercinta
yaitu Nabi Ibrahim, maka hari kesepuluh Dzul Hijjah disebut dengan hari Nahar (Iedul
Adha ). Akhirnya Allah SWT yang menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba
besar dan sehat sebagai Kurban yang diberkahi.
Allah SWT menyebutkan di dalam Al-Qur’an kisah yang penuh dengan
makna ini dalam surat Ash-Shaffat: 102 – 107 artinya:
“Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).Dan Kami panggillah
dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”, sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.”
Kedua, Alasan lain bahwa pada Haji Wada’, dimana pada hari kedelapan Dzul
hijjah mereka yang akan berhaji menuju Mina dalam keadaan berihram dan bermalam
di sana mereka mengumpulkan air sebagai bekal Wuquf di Arafah karena saat itu
tidak ada air. Proses mengumpulkan air [mempersiapkan air] dalam bahasa Arab
disebut dengan “Yatarawwauna /tarwiyah”. Jadi hari tanggal 8 Dzul Hijjah merupakan
hari persiapan air atau disebut juga dengan hari tarwiyah. Setelah mereka
mengumpulkan air, maka pada pagi hari tanggal 9 Dzul Hijjah mereka berangkat
menuju pada Arafah untuk mengikuti prosesi haji yang diawali pada waktu Dzuhur
tiba.
Alangkah indah dan nikmatnya kita malaksanakan puasa hari
Tarwiyah sebagai perwujudan cinta kepada Allah sekaligus cinta kepada Nabi
Ibrahim sebagai Datuk Nabi Muhammad SAW.
0 comments:
Post a Comment