Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Dr. KH. Abduh Al-Manar, M.Ag.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah. Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

PAUD Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MI Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MTS Al-Iryadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Tuesday, June 30, 2020

Manusia Kera


Tafsir Al-Baqarah ayat 65-66, artinya “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: 'Jadilah kamu kera yang hina'. “Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”

Ayat ini menjelaskan tentang sikap dan keingkaran Bani Israil. Sejalan dengan hal itu, Allah menegur dan memurkai mereka. Sungguh, kamu, wahai Bani Israil, telah mengetahui hukuman yang diterima oleh orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu dengan tetap mencari ikan pada hari Sabat, yakni hari Sabtu, hari khusus untuk beribadah bagi orang Yahudi, padahal kamu semua sudah sepakat untuk menjadikannya sebagai hari ibadah dan tidak melakukan pekerjaan lain. Karena itu lalu Kami katakan kepada mereka, Jadilah kamu kera yang hina. Pada saat itu berubahlah fisik mereka menjadi kera atau sikap mereka seperti kera atau bisa saja keduanya fisik dan sikapnya seperti kera.

Selanjutnya untuk menimbulkan efek jera, maka Kami jadikan yang demikian itu, yaitu hukuman atau kutukan menjadi kera, sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu, yaitu orang-orang Yahudi, dan bagi mereka yang datang kemudian, termasuk juga umat Nabi Muhammad, serta secara khusus menjadi pelajaran penting dan mesti diperhatikan bagi orang-orang yang bertakwa. [Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI]
Share:

Monday, June 29, 2020

Menepati Perjanjian


Tafsir Surat Al-Baqarah ayat  63-64 artinya :Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa".“Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.”

Makna Kata :

 { الميثاق } al-Miitsaaq : Perjanjian yang diperkuat dengan sumpah { ٱلطُّورَ } ath-Thuur : Sebuah bukit yaitu bukit yang menjadi tempat Nabi Musa bermunajat kepada Allah Ta’ala. { بِقُوَّةٖ } biquwwatin : Dengan sungguh-sungguh, serius, teguh Makna ayat : Allah Ta’ala menceritakan kejadian yang menimpa generasi Yahudi terdahulu mengenai kejadian yang terjadi, mudah-mudahan mereka dapat mengambil pelajaran. 

Allah Ta’ala mengingatkan orang-orang Yahudi tentang kejadian tatkala mereka tidak mau untuk mengambil tanggung jawab mengamalkan kitab Taurat dan terus menerus seperti itu sampai Allah mengangkat gunung Tursina di atas mereka, gunung itu seakan-akan siap dijatuhkan di atas kepala mereka.

Pelajaran Ayat :

Pertama, kewajiban menepati pernjanjian dan kesepakatan.  Kedua, kewajiban mengambil hukum syariat dengan penuh keteguhan, mengingatnya, serta tidak melupakan atau pura-pura lupa. [Sumber : Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di].

Share:

Sunday, June 28, 2020

Hikmah Dibalik Peristiwa


Segala sesuatu ada nilai hikmah dibalik semua peristiwa kehidupan ini. Imam Ahmad meriwayatkan:

في مسند الإمام أحمد... قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : *"لا تَتَّهِمِ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي شَيْءٍ قَضَى لَكَ بِهِ".*

Disebutkan dalam musnad Imam Ahmad... Rasulullah SAW bersabda :"Janganlah berburuk sangka pada Allah SWT pada sesuatu yang telah IA tentukan untukmu."

فقد قال السندي: *(أي: لا ترَ أنه أساء إليك فيما قضى به عليك، بل اعتقد أن كلَّ ذلك مما هو مقتضى الحكمة).

Syekh As Sanadi berkata dalam menafsirkan hadis ini : "artinya : janganlah engkau mengira bahwa Allah SWT telah berbuat buruk padamu pada apa yang telah IA tetapkan atasmu, akan tetapi yakinilah bahwa semua itu mengandung hikmah."

Keburukan yang menimpa seorang muslim tidak ditujukan untuk menyakitinya tetapi pada hakekatnya justru untuk kebaikannya. Semua perbuatan Allah SWT adalah hikmah yang berputar antara keutamaan dan keadilan, segala sesuatu yang menurut pandangan manusia adalah keburukan karena secara zahir menyakitinya tetapi hal itu dalam pandangan Allah SWT adalah sebuah kebaikan, karena Allah SWT tidak mentakdirkannya kecuali untuk sebuah hikmah.

Al Imam Al Ghazali rahimahullah berkata dalam kitab "IHYA' nya :

*(فحكمة الله واسعة، وهو بمصالح العباد أعلمُ من العباد، وغدًا يشكره العباد على البلايا إذا رأَوا ثواب الله على البلايا، كما يشكر الصبيُّ بعد العقل والبلوغ أستاذَه وأباه على ضربه وتأديبه؛ إذ يدرك ثمرة ما استفاده من التأديب، والبلاءُ من الله تعالى تأديب، وعنايته بعباده أتمُّ وأوفر من عناية الآباء بالأولاد).*

Hikmah Allah SWT luas, Allah SWT lebih mengetahui kemaslahatan para hamba daripada hamba itu sendiri, esok (di akhirat) hamba akan bersyukur pada Allah SWT atas musibah-musibah (yang menimpa mereka) tatkala mereka melihat pahala yang diberikan oleh Allah SWT atas musibah-musibah tersebut. Sebagaimana anak kecil akan berterima kasih pada guru dan orang tuanya setelah ia berakal dan baligh atas pukulan dan didikan mereka, karena ia dapat memahami buah dari pendidikan itu. Dan musibah dari Allah SWT adalah sebuah pendidikan, dan perhatian Allah SWT pada hamba-hamba-NYA lebih sempurna dan lebih besar daripada perhatian orang tua terhadap anak-anaknya.

Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radliyallahu 'anhu: Rasulullah SAW bersabda :

*(عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ)* مسند الإمام احمد.

"Aku kagum pada seorang mu'min sesungguhnya Allah SWT tidak menentukan pada seorang mukmin satu ketentuan kecuali ketentuan itu adalah kebaikan baginya."(Musnad Imam Ahmad)

وقال أبو الدرداء رضي الله عنه: *"إن الله -تبارك وتعالى- إذا قضى قضاء أحب أن يُرضى به.*

Sahabat Abu Darda' radliyallahu 'anhu berkata : "Sesungguhnya Allah SWT apabila menentukan satu ketentuan suka agar ketentuan itu diterima dengan ridha."

Mari biasakan ucapan Alhamdulillah atas segala sesuatu.
Share:

Saturday, June 27, 2020

Hadapi Virus Dengan Sujud


Dalam musim virus Covid-19 sekarang ini, berbagai cara ditempuh oleh masyarakat agar terhindar dari virus yang sudah menjadi pandemik dunia. 


Mulai cara tradisional seperti jamu-jamuan, empon-empon, sampai obat-obat medis modern. Kondisi ini dapat kita pahami karena masyarakat dihinggapi rasa kecemasan, kekhawatiran, kegaulauan, sempit dada, ketidakpastian kapan wabah ini berakhir, dan berbagai macam kegelisahan lainnya.

Ajaran Islam menawarkan metode praktis untuk menolak virus yang dapat dilakukan oleh siapa pun, kapan pun, dan dimana pun dengan cara memperpanjang durasi saat sujud. 

Para pakar menjelaskan bahwa gravitasi bumi dalam posisi sujud mampu mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dalam tubuh, sehingga menembus seluruh bagian-bagian penting dari organ tubuh yang rawan infeksi virus hidung, tenggorokan, dan seluruh pernafasan.

Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah SAW dalam Al-Qur’an untuk sujud ketika ada rasa sesak dalam dada, pernafasan sebagai pertolongan emergensi. 

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hijir ayat 97-98 artinya:
“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat).

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa shalat malam mampu menolak penyakit dari tubuh manusia: “Hendaklah kalian melakukan Qiyamul Lail [ shalat malam ] merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian dan sesungguhnya Qiyamul Lail pendekatan kepada Allah, menghindari diri dari dosa, menghapuskan kesalahan-kesalahan dan membersihkan penyakit dari tubuh” (Hadis Riwayat Al-Hakim, I/308, Al-Baihaqi dalam Al-Sunan Al-Kubra, 2/205 ).

Dengan demikian, shalat malam dapat mencegah virus apalagi desertai dengan durasi sujud yang panjang sesuai dengan kemampuan fisik kita masing-masing. Semoga Allah memberikan hidayah dan taufik sehingga kita ringan untuk melakukan sujud yang panjang saat shalat sendiri, maupun pada saat shalat malam yang penuh dengan kekhusyuan, kedamaian dan ketenteraman pikiran dan hati.

Share:

Friday, June 26, 2020

Jiwa Yang Tenang dan Senang


Diceritakan bahwa suatu hari Syekh Syaqiq Al Balkhi rahimahullah menyaksikan seorang budak yang bersuka ria sambil bernyanyi-nyanyi di sebuah daerah yang sedang ditimpa krisis dan peceklik.

Orang-orang saat itu berada dalam musibah besar, mereka kelaparan dan kesusahan, badan mereka lemah, wajah mereka pucat dan tak terlihat senyuman dan canda tawa di wajah mereka.

Lalu Syekh Syaqiq mendekati budak yang sedang bersuka ria seraya berkata : "Wahai hamba Allah,  kenapa kamu bersuka ria sementara orang-orang sedang kelaparan dan kesusahan seperti yang kau lihat?"

Budak: "Aku tidak merasakan seperti yang dirasakan oleh orang-orang itu, aku punya seorang tuan yang memiliki banyak kebun, aku bisa makan dari hasil kebun itu. Aku bersandar pada seorang yang kaya sehingga aku tak merasa susah dan tak khawatir kelaparan.

Setelah mendengar ucapan si budak, Al 'Alim As Syekh Syaqiq rahimahullah berkata, kemudian aku paham dan mengerti.

Pelajaran yang dapat di petik dari kisah ini adalah:

Bahwa seandainya seorang hamba beriman dan yakin pada sang Tuhan Yang Maha Esa yang tiada Tuhan selain Allah, niscaya ia tidak akan terguncang oleh rasa khawatir dan takut dalam situasi apa pun. Karena sesungguhnya Allah SWT adalah zat yang maha kaya yang maha mengatur segalanya. Seperti cerita seorang budak diatas, ia percaya dan yakin pada tuannya yang kaya bahwa tuannya pasti akan memperhatikan dan mencukupi segala kebutuhannya sehingga ia senantiasa merasa tenang dan gembira tanpa ada rasa takut sedikitpun.

Mudah-mudahan cerita ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita agar tetap semangat, optimis dan tetap tenang dalam menjalani hidup yang fana ini.
Share:

Thursday, June 25, 2020

Jauhi Perbuatan yang Meresahkan


Hadis Arba’in An Nawawi ke-27:

عَنْ النَّوَّاسِ بنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ . [رَوَاهُ مُسْلِم] .
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جِئْتَ تَسْألُ عَنِ الْبِرِّ قُلْتُ : نَعَمْ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ “
[حديث حسن رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل والدارمي بإسناد حسن]

Terjemah hadis:
Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui  manusia “
(Riwayat Muslim)

Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu beliau bersabda: Engkau datang untuk menanyakan kebaikan?, saya menjawab : Ya. Beliau bersabda : Mintalah pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.
(Hadis hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :

1. Tanda perbuatan dosa adalah timbulnya keragu-raguan dalam jiwa dan tidak suka kalau hal itu diketahui orang lain.

2. Siapa yang ingin melakukan suatu perbuatan maka hendaklah dia menanyakan hal tersebut pada dirinya .

3. Anjuran untuk berakhlak mulia karena akhlak yang mulia termasuk unsur kebaikan yang sangat besar.

4. Hati seorang mu’min akan tenang dengan perbuatan yang halal dan gusar dengan perbuatan haram.

5. Melihat terlebih dahulu ketetapan hukum sebelum mengambil tindakan. Ambillah yang paling dekat dengan ketakwaan dan kewara’an dalam agama.

6. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam  ketika menyampaikan sesuatu kepada para shahabatnya selalu mempertimbangkan kondisi mereka.

7. Perhatian Islam terhadap pendidikan sisi agama yang bersifat internal dalam hati orang beriman dan meminta keputusannya sebelum mengambil tindakan.
Share:

Wednesday, June 24, 2020

Beriman dan Beramal Salih


Tafsir Al-Baqarah ayat 62 : Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.


{ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ } Aladziina aamanuu : Mereka adalah orang-orang muslim yang beriman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya serta beriman kepada Rasul-Nya dan mengikuti petunjuknya. { ٱلَّذِينَ هَادُواْ

Aladziina haaduu : Mereka adalah orang-orang Yahudi. Dinamakan dengan Yahudi berasal dari ucapan mereka أنا هدنا إليك innaa hudnaa ilaika yang maknanya kami kembali kepada-Mu. { ٱلنَّصَٰرَىٰ } an-Nashoro : Mereka kaum pembawa salib. 

Penamaan Nashoro memiliki dua pendapat, bisa dikarenakan mereka saling tolong menolong (يتناصرون) atau diambil dari nama tempat an-Naashiroh dimana Maryam dan putranya Isa sempat singgah di sana. Bentuk tunggalnya adalah Nashraan atau Nashrani, yang kedua ini adalah yang paling masyhur diucapkan. { ٱلصَّٰبِ‍ِٔينَ } ash-Shoobi’uun : Mereka adalah suatu kaum yang berada di Mosul, meyakini tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah (Laa ilaha illallah) serta membaca kitab Zabur. Mereka tidak termasuk kelompok Yahudi atau Nasrani. Bentuk tunggalnya adalah Shaabi’. Oleh karena itu orang-orang Quraisy menjuluki orang yang megatakan Laa ilaha illallah sebagai shaabi’, yaitu orang yang melenceng dari agama nenek moyangnya kepada agama baru yang mentauhidkan Allah Ta’ala.

Ayat ini masih dalam konteks dakwah kepada kaum Yahudi agar masuk Islam, sehingga masih cukup relevan untuk diketahui bahwa penamaan atau sebutan tidaklah berarti. Akan tetapi yang dinilai adalah keimanan yang benar serta amalan shalih yang dapat menyucikan dan membersihkan jiwa manusia. 

Oleh karena itu kaum Muslimin, Yahudi, Nasrani, dan Shaabi’un serta yang lainnya seperti Majusi dan pemeluk agama lain, barang siapa yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari akhir dengan sebenar-benarnya iman serta beramal shalih berdasar syariat Allah ta’ala dalam peribadahan, maka tidak ada ketakutan bagi mereka setelah bertaubat serta tidak ada kesedihan saat kematiannya dikarenakan urusan duniawi yang ditinggalkan, karena negeri akhirat lebih baik dan kekal. 

Keimanan yang benar tidak dapat dimiliki oleh seseorang sampai dia beriman kepada penutup para nabi yaitu Muhammad . Beramal salih tidak dapat dilakukan kecuali dengan tuntunan yang diberikan oleh Nabi yang terangkum dalam Al-Qur’an maupun yang diwahyukan kepadanya. Karena dengan syariatnya Allah telah menghapus syariat-syariat sebelumnya, sehingga tidak dapat digunakan lagi untuk menyucikan jiwa dan membersihkannya. Karena kebahagiaan di akhirat tergantung pada kesucian jiwa.

Pelajaran dari ayat ini :

• Suatu penilaian didasarkan pada hakikat sebenarnya, bukan hanya melihat kepada pengakuan atau penamaan. Seperti halnya orang munafik yang menyatakan sebagai mukmin ataupun muslim, padahal tidak beriman di dalam hatinya dan berislam pada fisiknya maka hal itu tidak bermanfaat sedikitpun baginya. Orang Yahudi, orang Nasrani maupun orang Shabi’ dan para pemeluk agama yang lain, keterkaitan mereka terhadap agamanya yang telah di naskh (dihapus). Maka amalan salih yang dilakukan tidak dianggap dan tidak dapat menyucikan dirinya. Penyandaran mereka terhadap agamanya tidak bermanfaat, karena yang bermanfaat baginya hanyalah keimanan yang benar dan amalan shlih.

• Seorang yang benar-benar beriman dan istiqamah dalam menjalankan syariat Allah yang lurus diberikan kabar gembira berupa hilangnya rasa takut dan sedih dari mereka. Jika tidak ada rasa takut maka akan merasa aman dan jika hilang kesedihan akan mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan. [Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H ].
Share:

Tuesday, June 23, 2020

Jangan Tinggalkan Empat Perkara

Selama hidup kita jangan meninggalkan empat perkara berikut ini:
‏أربعة أمور لا تتركها مدى الحياة :
١-لا تترك الشكر حتى لا تُحرَم الزيادة: 
لئن شكرتم لأزيدنكم
٢- ولا تترك ذكر الله فتُحرمَ ذِكر الله لك: فاذكروني أذكركم
٣- ولا تترك الدعاء فتُحرم الاستجابة: 
ادعوني أستجب لكم
٤- ولا تترك الاستغفار فتُحرم النجاة:
وما كان الله معذبهم وهم يستغفرون.                                    
Empat perkara jangan pernah kita tinggalkan sepanjang hidup ini :

1- Jangan tinggalkan SYUKUR sehingga engkau tidak diharamkan dari tambahan nikmat. Allah SWT berfirman :

"Jika kalian bersyukur niscaya akan KU tambahkan nikmat kalian."

2- Jangan tinggalkan DZIKRULLAH (Berzikir kepada Allah SWT) sehingga engkau akan diharamkan dari ingat(perhatian) Allah swt padamu... Allah SWT berfirman :

"Maka ingatlah kalian pada-KU niscaya AKU akan ingat pada kalian."

3- Jangan tinggalkan DOA sehingga engkau akan diharamkan dari pengabulan (karena Allah SWT akan mengabulkan setiap doa). Allah SWT berfirman :

"Berdoalah kalian pada-KU niscaya AKU akan mengabulkan (doa) kalian."

4- Jangan tinggalkan ISTIGHFAR sehingga engkau akan diharamkan dari kesuksesan. Allah swt berfirman :

"Dan Allah SWT tidak akan menyiksa mereka selama mereka beristighfar."
Share:

Monday, June 22, 2020

Perbuatan Baik itu Sedekah

Hadits ke-26 
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ . [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Setiap anggota badan manusia diwajibkan bershadaqah setiap hari selama matahari masih terbit. Kamu mendamaikan antara dua orang (yang berselisih) adalah shadaqah, kamu menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah shadaqah, berkata yang baik itu adalah shadaqah, setiap langkah berjalan untuk shalat adalah shadaqah, dan menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah ”. [Bukhari no. 2989, Muslim no. 1009]
Dalam shahih Muslim disebut jumlah anggota badan ada tiga ratus enam puluh. Qadhi ‘Iyadh berkata : “Pada asalnya kata “sulaama” bermakna tulang, telapak tangan, jari-jari dan kaki, kemudian kata tersebut biasa dipakai dengan arti seluruh anggota badan”.

Sebagian ulama berkata : “Yang dimaksud di sini adalah shadaqah anjuran atau peringatan, bukan berarti shadaqah yang wajib. Sabda beliau “kamu mendamaikan antara dua orang (yang berselisih) adalah shadaqah” yaitu mendamaikan keduanya secara adil.

Pada Hadits lain riwayat Muslim disebutkan :
“Setiap anggota badan dari seseorang di antara kamu dapat berbuat shadaqah. Setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, amar ma’ruf adalah shadaqah, tetapi semuanya itu bisa dicukupkan dengan (melakukan) dua raka’at shalat Dhuha”.

Maksudnya, semua shadaqah yang dilakukan oleh anggota badan tersebut dapat diganti dengan dua raka’at shalat Dhuha, karena shalat merupakan kerja dari semua anggota badan. Jika seseorang shalat, maka seluruh anggota badannya menjalankan fungsinya masing-masing.  
Share:

Sunday, June 21, 2020

Murka Allah Kepada Kaum Durhaka


Murka Allah kepada kaum durhaka. Tafsir Surat Al Baqarah ayat 61. Disebutkan dalam Tafsir Jalalain sebagai berikut: 

(Dan ketika kamu berkata, "Hai Musa! Kami tidak bisa tahan dengan satu makanan saja!") maksudnya satu macam saja, yaitu manna dan salwa. (Oleh sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami) sesuatu (dari apa yang ditumbuhkan bumi berupa) sebagai penjelasan (sayur-mayur, ketimun, bawang putih) (kacang adas dan bawang merah, maka jawabnya) yaitu jawab Musa kepada mereka, ("Maukah kamu mengambil sesuatu yang lebih rendah atau lebih jelek sebagai pengganti) (dari yang lebih baik) atau lebih utama?" 

Pertanyaan ini berarti penolakan, tetapi mereka tidak mau menarik permintaan itu hingga Musa pun berdoa kepada Allah, maka Allah Taala berfirman, ("Turunlah kamu) pergilah (ke salah satu kota) di antara kota-kota (pastilah kamu akan memperoleh) di sana (apa yang kamu minta") dari tumbuh-tumbuhan itu. (Lalu dipukulkan) ditimpakan (atas mereka kenistaan) kehinaan dan kenistaan (dan kemiskinan) yakni bekas-bekas dan pengaruh kemiskinan berupa sikap statis dan rendah diri yang akan selalu menyertai mereka walaupun mereka kaya, tak ubahnya bagai mata uang yang selalu menurut dan tidak akan lepas dari cetakannya, (dan kembalilah mereka) (membawa kemurkaan dari Allah, demikian itu), yakni pukulan dan kemurkaan Allah itu (disebabkan mereka) (mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi) seperti Nabi Zakaria dan Yahya (tanpa hak) hanya karena keaniayaan semata. (Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat kedurhakaan dan karena mereka melanggar batas) artinya batas-batas peraturan hingga jatuh ke dalam maksiat. Kalimat pertama diulangnya untuk memperkuatnya.

Pelajaran bagi kita bila Allah telah memberikan nikmat maka hendaklah kita pandai bersyukur jangan durhaka dan membangkan ingin mendapatkan nikmat yang berlebihan padahal nikmat yang belum dinikmati secara maksimal.
Share:

Saturday, June 20, 2020

Kata-Kata Indah Mempesona


Kata-kata indah mempesona menggugah perasaan, hati dan akal pikiran kita. Mari simak dengan tenang:

 لا نعلم بعد رحمة الله ما الذي سيدخلنا الجنة ؟؟ 
أهي ركعة ، أو صدقة ، أو سقيا ماء ، أو حاجة مؤمن قضيناها ، أو دعوة ، أو ذكر !!!!
فاعمل ولا تستصغر !!!!!!

Kita tidak tahu setelah Allah merahmati kita, apalagi yang bisa membuat kita masuk surga?? apakah itu ruku', atau sedekah, atau air yang kita berikan, atau kebutuhan orang beriman yang kita tunaikan, atau doa, ataukah zikir kita?? maka beramal lah dan jangan menyepelekan !

 ضع قليلاً من العاطفة على عقلك حتى يلين
  وضع قليلاً من العقل على قلبك كي يستقيم .

Letakkan sedikit perasaan pada akalmu agar dia lembut, dan letakkan sedikit akal pada perasaanmu agar dia lurus.

تعجبني القلوب التي تستقبل الألم بصمت و تبرر أخطاء الآخرين بحسن نيه .

Aku takjub kepada hati yang menerima kesakitan dengan diam, dan menilai kesalahan orang lain dengan niat yang baik.

 عندما تظن بأن بعد الشقاء سعاده ، وبعد دموعك إبتسامة فقد أديت عبادة عظيمه ألا وهي حسن الظن بالله

Ketika kau meyakini bahwa setelah  kesengsaraan adalah sebuah kebahagiaan dan setelah air mata yang mengalir adalah senyuman, maka sesunggunhnya kau telah melaksanakan ibadah yang amat agung yaitu berprasangka baik kepada Allah.

Share:

Friday, June 19, 2020

Mukjizat Nabi Musa: Air Memancar


Tafsir Al-Baqarah Ayat 60:
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”

Pada ayat ini diingatkan pula tentang nikmat lain yang merupakan mukjizat Nabi Musa, yaitu ketersediaan air yang sangat diperlukan semua makhluk hidup. Sejalan dengan hal ini, ingatlah kamu sekalian ketika Musa memohon air untuk kaumnya pada saat mereka sedang kehausan di gurun Sinai, lalu Kami berfirman kepadanya, Pukullah batu yang ada di hadapanmu itu dengan tongkatmu yang merupakan mukjizatmu Maka seketika itu memancarlah daripadanya, yaitu dari batu yang dipukul itu, dua belas mata air, sesuai dengan jumlah suku yang ada pada Bani Israil, yang merupakan keturunan dari dua belas anak Nabi Yakub. 

Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. Seperti yang disebutkan dalam Surah Al-A'raf (7) : 160, yaitu bahwa setiap suku dari 12 suku dari Bani Israil mengetahui mata air mana yang menjadi bagian mereka. Karena itu wahai Bani Israil, makan-lah dari anugerah Allah yang berupa al-mann dan as-salwa, dan minumlah air yang memancar dari batu sebagai rezeki yang diberikan Allah kepada kamu semua, dan janganlah kamu berkeliaran di bumi dengan tanpa tujuan yang jelas, apalagi dengan berbuat kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian dan hal-hal negatif bagi makhluk lainnya.

Dan ingatlah pula sikap-sikap yang tidak menyenangkan, yaitu ketika kamu berkata kepada Nabi Musa, Wahai Musa! Kami sudah tidak tahan lagi bila hanya makan dengan satu macam makanan saja yang tetap dan tidak berubah-ubah yaitu al-mann dan as-salwa, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu Yang Maha Pemurah untuk kami, agar Dia memberi kami yang sudah jenuh dengan makanan yang sama, apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah. 

Dia, Nabi Musa, dengan nada marah, menjawab, Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik dengan menukar al-mann dan as-salwa  yang merupakan anugerah Allah dengan jenis-jenis makanan yang disebutkan itu? Bila itu yang kamu kehendaki, tinggalkanlah tempat ini dan pergilah ke suatu kota yang kamu inginkan, pasti kamu di tempat itu akan memperoleh apa saja sesuai yang kamu minta. 

Akibat tidak adanya rasa syukur itu, kemudian mereka ditimpa kenistaan dalam hidup dan kemiskinan dari rezeki atau harta, dan mereka selanjutnya kembali mendapat kemurkaan dari Allah yang tidak senang dengan keingkaran mereka. 

Hal itu, yakni kenistaan dan kemiskinan dapat terjadi karena mereka tidak mau mensyukuri nikmat yang dianugerahkan, bahkan sering mengingkari ayat-ayat Allah yang ada di sekitarnya dan membunuh para nabi tanpa hak atau alasan yang benar. Yang demikian itu sebagai akibat dari sikap dan tingkah laku yang tidak terpuji, selain karena mereka juga selalu durhaka dan melampaui batas dalam segala tindak-tanduknya. [Sumber: Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI].

Share:

Thursday, June 18, 2020

Aku Tidak Peduli


Jangan sampai kau pesimis lantaran banyak dosa. Seandainya dosamu sebanyak buih di lautan, Allah tidak peduli dan tetap memberikan ampunan selama kau mendekat dan menghampiri-Nya. 

Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman: "Wahai anak Adam selama kau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku mengampunimu atas apa yang telah kau lakukan dan Aku tidak peduli".

Ibnu Athaillah berkata janganlah berputus asa terhadap rahmat Allah dengan mengatakan sudah beberapa kali aku bertaubat tetapi selalu gagal. Sebab orang sakit tetap berharap hidup selama ruh di kandung badan. 

Ini adalah keadaan sebagian besar kita, bertaubat dan kembali berbuat dosa. Berjanji kepada Allah untuk meninggalkan maksiat tetapi kemudian kembali melakukan dosa. Mungkin dalam keadaan seperti itu ia merasa taubatnya tidak berguna. Sehingga ia berputus asa dari rahmat Allah. Akhirnya ia terus berkubang dalam kemaksiatan dan dosa. Namun, janganlah berputus asa. Orang yang sakit tentu akan tetap berharap hidup selama dikandung badan. (Ibnu Athaillah Tajul Arus).

Untaian kata-kata mutiara indah menjadi penyejuk hati bagi kita agar selalu optimis dalam hidup ini dan tidak berputus asa dari rahmat Allah yang maha luas.
Share:

Wednesday, June 17, 2020

Bertaubat itu Nikmat


Taubat yang tulus ibarat sabun yang dapat menghilangkan kotoran yang menempel pada wadah sehingga ia kembali bersih cemerlang.  

Seperti itulah taubat yang membersihkan hati dari segala noda maksiat dan dosa. Sehingga hati kembali cemerlang memancarkan cahaya iman.

Keberhasilan bertaubat menjadi bukti kecintaan Allah kepada hamba. Karena itu itu setiap hamba seharusnya mengharapkan nikmat tersebut. Betapa banyak hamba yang tidak mendapat taufik untuk bertaubat sehingga jauh dari jalan Allah. (Sumber: Ibnu Athaillah, Tajul Arus).

Untaian hikmah ini menjadi penyejuk generasi milenial agar sejak dini membiasakan bertaubat bila melakukan kesalahan. Semoga hidup kita sehat lahir dan batin.
Share:

Tuesday, June 16, 2020

Akibat Perbuatan Fasik


Tafsir Surat Al-Baqarah  : 59,  artinya :  Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik.

Setelah mengenyam berbagai kenikmatan itu, ternyata Bani Israil tetap ingkar kepada Allah. Sebagai balasan dari beragam anugerah tersebut, lalu orang-orang yang zalim itu bahkan mengganti perintah Allah  yang disyariatkan untuk kebaikan mereka dengan mengerjakan sesuatu yang justru tidak diperintahkan kepada mereka. 

Di antara perbuatan yang mereka lakukan adalah mengganti perintah sujud dengan mengangkat kepala, tunduk sebagai bukti ketaatan dengan pembangkangan, dan rendah hati dengan sikap angkuh serta sombong. 

Maka, akibat dari keingkaran dan kesombongan ini, Allah menegaskan, Kami, melalui para malaikat atau bencana, turunkan malapetaka yang merupakan siksa yang amat pedih dari langit yang datangnya tidak terduga kepada orang-orang yang zalim itu. Hal yang sedemikian ini karena mereka selalu berbuat fasik, yaitu tidak pernah bersyukur dan selalu melakukan pembangkangan dan kesombongan.

Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan tentang beragam anugerah yang dilimpahkan kepada Bani Israil. Selanjutnya pada ayat ini diingatkan pula tentang nikmat lain yang merupakan mukjizat Nabi Musa, yaitu ketersediaan air yang sangat diperlukan semua makhluk hidup. 

Sejalan dengan hal ini, ingatlah kamu sekalian ketika Musa memohon air untuk kaumnya pada saat mereka sedang kehausan di gurun Sinai, lalu Kami berfirman kepadanya, Pukullah batu yang ada di hadapanmu itu dengan tongkatmu yang merupakan mukjizatmu! Maka seketika itu memancarlah daripadanya, yaitu dari batu yang dipukul itu, dua belas mata air, sesuai dengan jumlah suku yang ada pada Bani Israil, yang merupakan keturunan dari dua belas anak Nabi Yakub. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing, seperti yang disebutkan dalam Surah al-Araf  (7) : 160, yaitu bahwa setiap suku dari 12 suku dari Bani Israil mengetahui mata air mana yang menjadi bagian mereka. 

Karena itu, wahai Bani Israil, makanlah dari anugerah Allah yang berupa al-mann dan as-salwa, dan minumlah air yang memancar dari batu sebagai rezeki yang diberikan Allah kepada kamu semua, dan janganlah kamu berkeliaran di bumi dengan tanpa tujuan yang jelas, apalagi dengan berbuat kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian dan hal-hal negatif bagi makhluk lainnya. [Sumber: Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI].
Share:

Monday, June 15, 2020

Nasihat dan Peringatan

Tafsir Surat Al-Baqarah : 58
“Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".

Makna kata : ٱلۡقَرۡيَةَ Al-Qaryah : yang dimaksud adalah Baitul Maqdis (Yerussalem) رَغَدٗا Raghadan : Kehidupan yang lapang lagi nyaman سُجَّدٗا Sujjadan : Maknanya agar mereka masuk pintu gerbang dengan ruku’ merendahkan diri di hadapan Allah dengan tunduk penuh kesyukuran kepada Allah atas keselamatan yang diberikan setelah kejadian berputar-putar di gurun Sinai. حِطَّةٞ Khittatun : Mengikuti wazan fi’latun seperti kata riddatun. Allah menyuruh mereka untuk mengatakan khitthah yang artinya adalah ampuni dosa-dosa kami. Kata khittah berharakat akhir dhammah (marfu’) karena kedudukannya sebagai khabar dari mubtada’ yang dihapus, aslinya : دُخُولُنَا البَابَ سُجَّدًا حِطَّةٌ لِذُنُوبِنَا Masuknya kami ke pintu dengan cara bersujud menjadi ampunan bagi dosa-dosa kami. نَّغۡفِرۡ Naghfir : Kami hapus dan Kami tutupi. خَطَٰيَٰكُمۡۚ Khathayaakum : al-Khathaaya merupakan bentuk plural dari Khatiah, artinya adalah dosa yang diakui oleh seorang hamba. 

Makna ayat : Ayat 58 mengandung pengingat kepada orang Yahudi tentang kejadian besar yang terjadi pada pendahulu mereka akan nikmat Allah yang diberikan kepada Bani Israil yang wajib untuk disyukuri. Yaitu setelah selesai mereka berputar-putar di gurun Sinai, Nabi Musa dan Harun telah wafat, dan digantikan oleh murid Nabi Musa yang bernama Yusya’ bin Nun. 

Yusya’ memimpin mereka untuk menyerang kaum ‘Amaliqah dan Allah membukakan Baitul Maqdis (Yerusalem) untuk mereka. Kemudian Allah memerintahkan Bani Israil sebagai pemuliaan,”Masuklah alian ke Baitul Maqis kemudian makanlah dari hasil buminya yang banyak lagi enak dari apa-apa yang kalian sukai. Dan bersyukurlah kepada-Ku atas kenikmatan yang kalian peroleh dengan memasuki pintu gerbang kota dalam posisi ruku’ dengan khusyu’ seraya mengatakan,”Kami memasuki pintu gerbang denga ruku’ sebagai ampunan bagi kami dari apa yang kami perbuat, yaitu meninggalkan berjihad bersama Musa dan Harun. Apabila kalian mengucapkan itu, maka Kami akan mengampuni dosa-dosa kalian dan kami tambahkan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik di antara kalian sebagaimana terkandung dalam ayat selanjutnya. 

Pelajaran dari ayat: 
• Mengingatkan generasi sekarang terhadap kejadian yang dialami oleh generasi pendahulu sebagai nasihat dan peringatan. 
• Meninggalkan jihad jika sudah wajib akan menyebabkan kehinaan dan kerugian bagi umat.

[Sumber: Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H]


Share:

Sunday, June 14, 2020

Hati Yang Sakit

Mari kita simak hati yang sakit. Menurut Al-Qur'an ada 12 macam hati yang sakit dan harus kita sehatkan. Apa saja hati yang sakit menurut Al-Qur'an ?

1. Hati yang Berpenyakit
Yaitu hati yang tertimpa penyakit seperti keraguan, kemunafikan dan suka memuaskan syahwat dengan cara yang haram.
"Sehinggga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya."(QS. Al-Ahzab:32).

2. Hati yang Buta
Yaitu hati yang tidak dapat melihat dan menemukan kebenaran.
"Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada."(QS. Al-Hajj:46).

3. Hati yang Alpa 
Yaitu hati yang lalai dari Al-Qur'an. Karena terlalu disibukkan dengan hal-hal duniawi dan syahwat yang menyesatkan.
"Hati mereka dalam keadaan lalai."(QS.Al-Anbiya:3).

4. Hati yang Berdosa
Yaitu hati yang menutupi kesaksian atas sebuah kebenaran.
"Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan kesaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya." (QS. Al-Baqarah: 283).

5. Hati yang Sombong
Yaitu hati yang congkak dan enggan mengakui Ke-Esaan Allah. Ia semena-mena melakukan kedzaliman dan permusuhan.
"Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang." (QS. Ghafir:35)

6. Hati yang Kasar
Yaitu hati yang tidak memiliki kasih sayang dan belas kasihan.
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu."(QS.Ali Imran:159)

7. Hati yang Terkunci
Yaitu hati yang tidak mau mendengarkan hidayah dan enggan merenungkannya.
"Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya."(QS. Al-Jatsiyah:23)

8. Hati yang Keras
Yaitu hati yang tidak dapat diluluhkan oleh keimanan. Tak dapat terpengaruh oleh nasihat dan peringatan. Dan ia berpaling dari mengingat Allah.
"Dan Kami jadikan hati mereka keras membatu."(QS. Al-Maidah:13).

9. Hati yang Lalai
Yaitu hati yang menolak untuk mengingat Allah dan mendahulukan hawa nafsu dibanding ketaatan kepada-Nya.
"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami."(QS. Al-Kahfi:38).

10. Hati yang Tertutup
Yaitu hati yang tertutup rapat sehingga  tidak dapat ditembus oleh ayat-ayat Allah dan sabda-sabda Nabi.
Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup"(QS. Al-Baqarah:88).

11. Hati yang Jauh (dari Kebenaran)
Yaitu hati yang melenceng jauh dari cahaya kebenaran.
"Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan."(QS. Ali Imran:7).

12. Hati yang Ragu
Yaitu hati yang selalu diombang-ambingkan oleh keraguan.
"Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya."(QS. At-Taubah:45).

Semoga Allah memberikan kesehatan hati kita sehingga selalu berada dalam hidayah-Nya. Ya Allah yang membolak-balikkan hati. Tetapkan hati kami dalam agama-Mu.
Share:

Saturday, June 13, 2020

Hidangan Langit: Manna dan Salwa


Manna dan Salwa merupakan hidangan langit sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 57 artinya:

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Generasi tersisa Bani Israil yang dibangkitkan itu diriwayatkan tersesat selama 40 tahun di padang pasir dataran Sinai yang sangat panas. Mereka tersesat karena enggan memerangi orang-orang yang durhaka di Syam. Dan Kami menaungi kamu dengan awan, sehingga kamu tidak merasa kepanasan lagi di tengah padang pasir yang terik itu, dan Kami menurunkan kepadamu mann, makanan sejenis madu, dan salwa , burung kecil sejenis puyuh yang dapat dibakar untuk dimakan. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sehingga kamu tidak perlu lagi bersusah-payah mencari bahan makanan di padang pasir itu. Kedurhakaan yang dilakukan oleh Bani Israil itu sedikit pun tidak mencederai Allah. Mereka tidak menzalimi Kami, dan bahkan sedikit pun tidak menodai keagungan Allah. Ditaati atau tidak ditaati, didurhakai atau tidak didurhakai, Allah tetap Allah dengan Kemahaagungan-Nya. Oleh sebab itu, bukan Allah yang teraniaya, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri karena merekalah yang akan menanggung akibat kedurhakaan mereka itu.

Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan beragam anugerah yang terlimpah kepada Bani Israil, sedangkan ayat ini menerangkan nikmat-nikmat yang lain. Dan selain anugerah yang telah dilimpahkan, ingatlah juga ketika Kami berfirman kepada Bani Israil, Masuklah ke negeri ini, yaitu Baitulmaqdis setelah dapat mengalahkan lawan-lawanmu. Sesudah itu maka makanlah dengan nikmat berbagai makanan yang ada di sana sesukamu. Dan selanjutnya masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk sebagai tanda kerendahan hati dan penyesalan atas semua dosa yang telah diperbuat masa lalu, dan kemudian katakanlah dengan penuh harap, 'Bebaskanlah kami dari dosa-dosa kami yang demikian banyak.' Bila hal ini kamu lakukan dengan penuh kesadaran, niscaya Kami ampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahanmu. Dan selain dari yang telah dianugerahkan, Kami juga akan menambah karunia dan nikmat, baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak, bagi orang-orang yang benar-benar selalu berbuat kebaikan. 

[ Sumber : Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI ]
Share:

Friday, June 12, 2020

Lima Nasihat Penting

Berikut ini lima nasihat penting dari Sulthanul Ulama, Habib Salim bin Abdullah bin Umar Asy-syathiri dari beberapa ceramahnya:

1. Durhaka pada orangtua itu bernasab, turun-temurun, pasti akan dibalas melalui keturunannya kelak.

2. Seorang yang menghormati ulama besar tapi ia meninggalkan orangtuanya, artinya ia mementingkan sunnah dan melalaikan yang wajib. Sama seperti orang memakai imamah tapi auratnya justru terbuka, sungguh tidak pantas.

3. Berkata Imam Ahmad bin Hanbal :
“Orangtua ada 3 : yang melahirkan, yang memberi ilmu (guru), dan yang menikahkanmu dengan anaknya (mertua).”

4. Pada saat kita kecil, orangtua mencintai kita, bersabar dengan keadaan dan tangisan kita, menghadapi berbagai tingkah pola kita, berdo'a supaya kita panjang umur dan sehat sampai dewasa.
Maka wajib bagi kita bersabar terhadapnya ketika mereka sudah tua dan memiliki banyak kekurangan.

5. Syafa'at Rasulullah SAW. pun tak dapat menolong orang yang durhaka kepada orangtuanya dari siksa neraka kecuali orangtuanya sendiri yang memberi kesempatan padanya untuk diberi rahmat oleh Allah.

Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk melaksanakan nasihat ini.
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞

Share:

Thursday, June 11, 2020

Ada Anak Bertanya Pada Kakeknya

Kakek, apa gunanya aku membaca Al-Qur’an, sementara aku tidak mengerti arti dan maksud dari Al Qur’an yang kubaca “. Lalu si kakek menjawabnya dengan tenang,“Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku dengan sekeranjang air. “

Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tapi semua air yang dibawanya habi sebelum ia sampai di rumah. 

Kakeknya berkata,“ Kamu harus berusaha lebih cepat !“ Kakek meminta cucunya kembali ke sungai. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong (tanpa air) sebelum sampai di rumah.

Dia berkata kepada kakeknya:“ tidak mungkin bisa membawa sekeranjang air. Aku ingin menggantinya dengan ember “

“ Aku ingin sekeranjang air, bukan dengan ember “ Jawab kakek:

Si anak kembali mencoba, dan berlari lebih cepat lagi. Namun tetap gagal juga. Air tetap habis sebelum ia sampai di rumah. Keranjang itu tetap kosong.

“ Kakek…ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja. Air pasti akan habis di jalan sebelum sampai di rumah “
Kakek menjawab:“ Mengapa kamu berpikir ini tidak ada gunanya? Coba lihat dan perhatikan baik-baik apa yang terjadi dengan keranjang itu “

Anak itu memperhatikan keranjangnya, dan ia baru menyadari bahwa keranjangnya yang tadinya kotor berubah menjadi sebuah keranjang yang BERSIH, luar dan dalam.

“Cucuku, apa yang terjadi ketika kamu membaca Al-Qur’an? Boleh jadi kamu tidak mengerti sama sekali. Akan Tetapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu sadari kamu akan berubah, luar dan dalam. Itulah pekerjaan Allah dalam mengubah kehidupanmu..

Subhanallah..Tidak ada yang sia-sia ketika kita membaca Al-Qur’an.  Mari kita lebih sering lagi membacanya. Meskipun tanpa tahu maknanya, namun tetap berusaha untuk memahami maknanya.

Semoga Allah memberikan rahmatnya kepada kita dengan keberkahan Al-Qur'an.

Share:

Wednesday, June 10, 2020

7 Manfaat Bersedekah

Islam adalah agama yang peduli kepada sesama dan berbagi kebahagiaan kepada sesama manusia, itulah yang dinamakan sedekah. Berikut ini adalah 7 Manfaat Bersedekah:

1. Menyucikan Diri
Dengan menyedekahkan harta yang dimiliki, dosa-dosa orang yang bersedekah akan dihapuskan.

2. Pahala Berlipat Ganda
Imbalan bersedekah yang paling utama adalah mendapatkan pahala. Setelah melakukan sedekah, pahala yang sudah kamu miliki akan dilipatgandakan.

3. Mendapat Imbalan yang Berlipat-Lipat
Tidak perlu takut kehabisan harta atau jatuh miskin setelah bersedekah, karena Allah SWT sudah menjanjikan balasan rezeki yang berlipatganda—baik dalam bentuk uang atau rezeki lainnya yang tidak bisa dinilai dengan materi.

4. Terhindar dari Marabahaya
Terdapat dua sabda dari Rasulullah SAW, yaitu sedekah dapat menutup 70 pintu kejahatan dan bencana atau musibah tidak dapat mendahului sedekah.

5. Memberi Ketenangan Hati
Sedekah dapat menciptakan ketenangan hati. Ketika bersedekah, pasti akan muncul rasa senang karena telah memberi kepada mereka yang membutuhkan.

6. Sebagai Jaminan Hari Akhir
Orang-orang yang bersedekah merupakan orang yang masuk ke dalam golongan yang akan mendapatkan naungan di hari akhir.

7. Terbebaskan dari Siksa Kubur
Sedekah yang pernah dan sering kamu lakukan bisa menyelamatkanmu dari siksa kubur. Seperti apa yang Rasulullah SAW katakan dalam HR Thabrani: “Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur”.

Semoga Allah memberikan kita hidayah sehingga kita mudah untuk bersedekah. Aamiin.
Share:

Tuesday, June 9, 2020

Sekilas Kisah Sayid Muhammad Al Maliki

Pada suatu malam di bulan Ramadan, Abuya Sayyid Muhammad Almaliki sangat sibuk dengan banyak hal, sehingga beliau baru siap untuk beristirahat pada pukul 02.00 dini hari. Ketika beliau siap untuk beristirahat tiba-tiba beliau berkata, "Andai saja ada nasi biryani yang masih panas". Saya pun tersenyum karena menganggap kalimat Abuya tersebut hanya sebuah candaan. Tetapi sepertinya Abuya memang sedang membayangkan nasi biryani, mungkin dikarenakan kesibukan beliau sejak selesai tarawih tadi membuat beliau merasa lapar lebih cepat.

Beberapa saat kemudian terdengar suara bel pintu gerbang berbunyi, kami pun terkejut karena ada tamu tengah malam begini. Tak lama kemudian penjaga pintu gerbang datang memberi tahu bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengan Abuya. Saya lupa siapa orang tersebut, yang pasti dia orang Makkah murid Abuya. 

Dengan perasaan aneh Abuya mengizinkan tamu itu masuk. Tamu tersebut masuk membawa nampan besar yang tertutup, nampan itu diletakkan di hadapan Abuya yang sedang duduk di kursi. Setelah basa-basi sebentar, tamu tersebut pamit untuk pulang. Suasana masih sedikit tegang karena kami merasa tidak wajar seorang murid Abuya berani menemui beliau di tengah malam hanya untuk memberikan makanan. Abuya menyuruh seorang dari kami untuk membuka nampan besar tersebut, ternyata isinya adalah nasi biryani yang masih panas. Kami tersenyum dan tiba-tiba sadar kalau sepuluh menit yang lalu Abuya menginginkan nasi biryani.

Tiba-tiba Abuya beristighfar berulang-ulang, wajah beliau nampak sangat sedih. Beliau kemudian berkata,"Andai saja tadi aku menginginkan ampunan Allah saja, andai saja tadi aku tidak menginginkan nasi biryani." Abuya merasa Allah mengabulkan keinginan beliau, maka beliau sangat menyesal karena keinginan itu adalah kenikmatan dunia, yaitu nasi biryani. Penyesalan itu membuat Abuya menjadi tidak selera makan. Beliau nampak sedih seperti kehilangan sesuatu yang amat berharga.

Kisah memberikan pelajaran bahwa mendapatkan ampunan Allah melebihi dari segala urusan dunia.
Share:

Konsultasi dengan Gus Abduh

Blog Archive

Data Kunjungan