(1) Allah mengenalkan sifat-Nya
dengan cara : MEMBERITAKAN, bagi yang belum kenal. MEYAKINKAN, bagi yang masih
ragu. MEMASTIKAN, bagi yang putus asa.
MEMBERITAKAN
: Wahai orang yang berdosa, Dialah غَافِرٌ GHAAFIRUN (Yang Mengampuni). Contohnya di surat Al Mu’min : 3.
MEYAKINKAN
: Wahai orang yang ragu apakah Allah masih mau mengampuni dosa yang sering
berulang? Dialah غُفُوْرٌ GHAFUURUN
(Yang terus menerus mengampuni). Contohnya di surat Az- Zumar : 53.
MEMASTIKAN
: Wahai orang yang masih menganggap tidak mungkin Allah bersedia mengampuni
besarnya dosa, Dialah غَفَّارٌ (GHAFFAARUN
(Yang sangat ahli mengampuni). Contohnya di surat Nuh : 10.
(2)
Seorang dokter berkata kepada orang terakhir yang dijumpainya :
“Anda
mau nggak, saya dorong supaya jatuh, tapi jangan khawatir, pasti saya jamin
mengobati jika anda nanti mengeluh sakit karena terluka".
Orang
tersebut menjawab :
"Nggak
ah, saya nggak mau".
Dokter
bertanya :
"Jika
tidak ada seorangpun yang sakit, lantas kepada siapakah saya mempraktikkan
keahlian saya dalam mengobati?".
Maka
tiba-tiba dokter itu menjatuhkan orang tersebut, akibatnya terluka kesakitan
lantas orang tersebut meminta obat, maka dokterpun mengobatinya.
Hikmahnya
:
Jika
manusia yang berbuat DOSA tidak mau berhenti (alias bertobat) meminta ampun
kepada Allah, lantas kepada siapakah Allah mempraktikkan keahlian mengampuni?.
(3)
Jika kita berdosa ringan,
maka
Allah memperingatkan dengan pelan.
Jika
kita berdosa besar,
maka
Allah memperingatkan dengan kasar.
Jika
kita tidak suka peringatan-Nya, maka semakin panjang diulur-ulur umur kita agar
bertambah jauh dari-Nya. (Hikmah dari surat Maryam : 75 dan Az-Zukhruf : 36)
(4)
Definisi dosa adalah rasa bersalah, diistilahkan ذَنْبٌ DZANBUN.
Menurut
bahasa, lafad ذَنْبٌ DZANBUN
artinya adalah EKOR yang mengikuti.
Jika
manusia berbuat dosa, ibarat membuat ekor yang menempel dibelakang dirinya,
Semakin
banyak dosanya maka semakin panjang ekornya. Semakin besar dosanya maka semakin
berat beban ekor yang harus diseret olehnya.
Bukankah
yang paling membedakan antara manusia dengan binatang adalah ekornya?
Allah
melarang kita berbuat dosa agar unsur kemanusiaan dalam diri kita tetap terjaga
sehingga tetap menjadi makhluk yang dimulyakan-Nya (hikmah dari surat Al Isra'
: 70).
Sedangkan
jika kita tidak mau bertobat alias tetap berbuat dosa, maka tampaklah ekornya
sebagai simbol unsur kebinatangan dalam diri kita, maka dikategorikan makhluk
yang dihinakan-Nya.
(5)
رَمَضَانُ =) رَمْضَانُ =) رَمَضَ =) شِدَّةُ الْحَرِّ
Ramadhan
artinya pembakaran yang sangat / pembakaran yang penghabisan.
Karena
Ramadhan sebagai areal pembakaran, ketika kita melewatinya dengan seluruh badan
/ panca indera berpuasa sebagai bukti beriman, maka badan tidak terbakar sebab
dalam kondisi basah oleh air keimanan. Istilah iman ibarat air adalah hikmah
dari surat An-Nur : 45.
Sedangkan
ekornya (sebagai wujud dosa) tidak ada unsur basahnya maka itulah yang
terbakar.
(6)
Dalam hal waktu, orang yang benar-benar puasa Ramadhan tidak mementingkan apa
yang telah lewat (tidak menghitung sudah berapa hari puasanya)
dan
tidak mementingkan apa yang akan tiba dalam waktunya (tidak menghitung kurang
berapa hari puasanya).
Tetapi
lebih mementingkan apa yang ada pada saat itu, yakni bagaimana caranya agar
puasa hari ini menjadi puasa yang terbaik di sepanjang hidupnya.
(7)
Di Al Quran ada 2 lafad yg artinya BEBERAPA HARI YANG DIHITUNG, yakni lafad
Ayyaaman Ma'duudatan artinya beberapa hari yg jumlah hitungannya PULUHAN,
dan
Ayyaaman Ma'duudaatin artinya beberapa hari yg jumlah hitungannya SATUAN alias
kurang dari sepuluh hari. Contohnya di surat Al Baqarah : 80 dan surat Ali
Imran : 24.
(8)
Hikmah dari kedua istilah tersebut adalah bahwa alokasi waktu puasa, jumlah
harinya yakni SATUAN, yang Allah sembunyikan dalam PULUHAN hari.
Maka
jika seseorang benar-benar puasa penuh satu bulan, lantas BEBERAPA HARI saja ia
berpaling dari kebenar-benaran puasanya,
maka
segala sesuatu yang telah hilang dari BEBERAPA HARI itu nilainya lebih banyak
dibanding yang diperolehnya selama satu bulan.
Karena
kemungkinan hanya di BEBERAPA HARI yang hilang itulah Allah mengadakan sidak
penilaian puasanya. Sebagaimana terlewatnya Lailatul Qadar yang hanya satu
malam, yang Allah sembunyikan dalam BEBERAPA HARI.
0 comments:
Post a Comment