Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Dr. KH. Abduh Al-Manar, M.Ag.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah. Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

PAUD Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MI Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MTS Al-Iryadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Sunday, May 31, 2020

Amazing Pesan Mbah Moen

Amazing pesan-pesan Mbah Moen yang diterjemahkan dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia, sangat berguna untuk generasi milenial, pesan-pesan tersebut yaitu : 

1. Tidak semua “orang yang pintar/cerdas/intelektual” itu adalah orang yang “benar/lurus”.

2.Tidak semua orang yang “benar/lurus” adalah orang “pintar/cerdas/intelektual”.

3.Banyak orang “pintar/cerdas/intelektual” tapi tidak “benar/lurus”.

4. Dan banyak “orang benar/lurus” meski pun dia tidak/bukan “orang pintar/cerdas/intelektual”.

5. Namun, daripada jadi “orang pintar/cerdas/intekektual” tapi tidak “benar/lurus”.

6. Lebih baik menjadi orang "benar/lurus" meskipun dia tidak “pintar/cerdas/intelektual.

7. Ada yang lebih hebat/bagus, yaitu menjadi orang yang “pintar/cerdas/intelektual” yang selalu berbuat “benar/lurus”.

8. Membuat “pintar/cerdas/intelektual” orang yang “benar/lurus” itu lebih mudah dari pada membuat “orang pintar/cerdas/intelektual” menjadi orang yang “benar/lurus”.

9. Membuat orang “cerdas/pintar/intelektual” menjadi orang yang “benar/lurus”, itu membutuhkan kejernihan/kebeningan hati dan keluasan jiwa.

Semoga bermanfaat,  menjadi inspirasi dan  motivasi buat kita semua khususnya generasi milenial, aga dapat tumbuh menjadi generasi yang tangguh dan handal.
Share:

Saturday, May 30, 2020

Pembaca Al-Qur'an Masuk Neraka ???

Umat Islam Indonesia saat ini banyak yang gemar membaca Al-Qur'an bahkan rumah tahfidz begitu semarak. Mari kita mawas diri dan mari kita waspadai peringatan dari Nabi Muhammad bahwa para pembaca Al-Qur'an bisa masuk neraka. Kenapa bisa begitu? Ayo simak hadis Nabi Muhammad berikut ini:

Rasulullah ﷺ bersabda:
….. وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا. قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ. ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ

“Dan didatangkan pula seseorang yang mempelajari ilmu dan membaca Al-Qur’an, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan, sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. اَللّهُ bertanya: "Apa yang telah kamu perbuat?"
Dia menjawab, "Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur’an demi Engkau."
Lalu اَللّهُ berfirman: "‘Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu agar dikatakan “seorang ‘alim” dan kamu membaca Al Qur’an agar dikatakan seorang “Qari’” , dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka." (HR Muslim : 1905).

```Dari hadits tersebut, kita mengetahui ada orang-orang yang membaca al-quran tapi hal tersebut tidak mendekatkan dirinya kepada اَللّهُ, malahan membuat اَللّهُ murka kepadanya.
Mereka adalah : orang yang membaca Al-Qur'an karena ingin mendapatkan pujian manusia, tidak ikhlas karena اَللّهُ, bukan untuk memahami dan mengamalkan isi Qur'an, tapi untuk medapatkan gelar seorang ‘alim atau qari’ sehingga dia dimurkai dan dicampakkan اَللّهُ kedalam neraka.```

Semoga اَللّهُ senantiasa melimpahkan Rahmat Taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua ,  tetap istiqamah  dalam kebaikan & meningkatkan amal ibadah.

Aamiin ya Allah.
                      
Share:

Friday, May 29, 2020

Puasa Syawal Istimewa

Puasa Sunah yang dilakukan setelah Ramadan adalah Puasa Syawal. Puasa sunah ini amatlah istimewa. Berikut keterangan hadisnya :

"Siapa yang berpuasa Ramadan; maka terhitung berpuasa sepuluh bulan. Dan puasa enam hari di bulan Syawal menyempurnakan jadi puasa setahun penuh." (HR. Ahmad, 2412 dan Shahih Al-Jami', 3094)

Kandungan Hadis

1. Dengan menjalankan puasa enam hari setelah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan, seseorang akan mendapatkan pahala berpuasa setahun penuh. Dalam hadisnya, Rasulullah saw bersabda:

"Siapa saja yang telah menjalankan puasa Ramadan, lalu dia susulkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka seolah dia telah berpuasa setahun penuh lamanya."
(HR. Muslim)

2. Dianggap setahun penuh karena Allah SWT melipatgandakan satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat. Satu hari berpuasa sama dengan sepuluh hari berpuasa, tiga hari berpuasa sama dengan tiga puluh hari (satu bulan). Maka tiga puluh [ dari puasa Ramadan ] + enam hari × 10 = tiga ratus enam puluh hari (setahun).

3. Puasa enam hari boleh dilakukan di sepanjang bulan Syawal, dari tanggal dua hingga akhir bulan Syawal. Boleh diakukan berturut-turut dan boleh juga memilih hari sesukanya selama bulan Syawal. Boleh juga  melakukannya selang-seling, yaitu  sehari puasa dan sehari tidak.

4. Tentang apakah di bulan Syawal ini mengqadha puasa Ramadan terlebih dahuu ataukah mendahulukan puasa Syawal.  Ada dua pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini. Dan nampaknya, keterangan Al 'Allamah Muqbil bin Hadi Al Wadi'i rahimahullah berikut bisa menjadi penjelas yang menenangkan hati kita.

"Bila seseorang mampu mengqadha puasa ramadhan yang dia tinggalkan lebih dulu baru setelah itu melaksanakan puasa Syawaal enam hari,  maka tentu ini yang terbaik. Namun bila dia tidak mampu; maka boleh baginya untuk melaksanakan puasa enam lebih dulu. Mengapa demikian? Karena waktu qadha' puasa bersifat luas. Berbeda dengan puasa enam yang waktunya hanya pada bulan Syawal. Terkait waktu qadha' yang panjang, ditunjukkan dalam hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menyatakan, 'Tidaklah aku mengqadha' puasa melainkan di bulan Sya'ban.' Ini terjadi, lantaran kesibukan beliau melayani Rasulullah saw. Dalam riwayat Muslim disebutkan,

“Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban karena kesibukan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Dari Abu Salamah, ia mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

“Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban.”

 (HR. Bukhari, no. 1950; Muslim, no. 1146)
Share:

Thursday, May 28, 2020

Akibat Caci Maki Ahlul Bait Nabi

Dalam kitab “Makrifatu Muhammad” saya mendapati sebuah kisah menarik tentang kisah nyata yang dikisahkan oleh para ulama.

Terkisahlah pada zaman dahulu ada seorang ulama yang memiliki kharisma, berilmu luas, serta memiliki murid yang banyak.

Namun sayangnya dibalik jubah keulamaannya, dia tidak memiliki kebersihan hati. Sehingga tidak mampu membedakan kemuliaan ahli bait Rasulillah.

Pada saat yang sama di kawasan tempat tinggal ulama itu terdapat seorang habib zuriat Rasulullah yang senang berbuat maksiat, mabuk-mabukkan, serta berjudi.

Si ulama yang sedemikian tidak menyenangi keturunan para habaib itu semakin menjadi-jadi kebenciannya.

Dalam setiap kesempatan ceramah maupun bertemu dengan siapa pun si ulama besar itu selalu mencela dan memaki si habib yang senang mengerjakan maksiat itu. Si ulama mengajak dan menyerukan para murid-muridnya untuk membenci dan menjauhi si habib tersebut.

Sampai pada suatu malam, si habib bermimpi bertemu dengan baginda Rasulullah al-Musthafa. Dalam mimpinya memang diyakini beliau adalah Rasulullah. Dikuatkan dengan suara, “Inilah Rasulullah yang mulia!”

Namun sayang seribu kali sayang, mimpi mulia yang seharusnya menjadi anugerah terbesar dan idaman semua orang yang beriman, justru mimpi buruk bagi sang ulama yang berbuah kekecewaan dan kesedihan. Apa pasalnya?

Dalam mimpi itu baginda Rasulullah shallahu alaihi wassalam tidak berkenan menampakkan wajah mulianya. Baginda berpaling punggung.

Si ulama pun bermohon dalam mimpinya,
“Wahai Rasulillah yang mulia, mohon kiranya saya diperkenankan untuk menatap wajah mulia engkau Rasulullah! Berilah syafaat padaku” pintanya.

Lantas apa jawaban Rasulullah dalam mimpi tersebut?

“Wahai fulan! Bagaimana mungkin aku memperlihatkan wajahku padamu, sedangkan engkau tak mengenali anak cucuku? Bagaimana mungkin aku menatapmu, sedangkan engkau memalingkan wajahmu dari menatap anak cucuku? Bagaimana mungkin aku memberimu syafaat, sedangkan engkau memusuhi anak cucuku dan engkau mengajak orang lain untuk membenci dan menjauhi anak cucuku?!”

Demi mendengar jawaban itu, sang ulama menangis sejadi-jadinya, hingga ia terbangun dari tidurnya.

Keesokan harinya, si ulama bergegas mencari seorang habib yang sering dicapnya sebagai ahli maksiat.

Namun, si habib tidak didadapi keberadaannya di tempat ia biasa berada. Si habib seperti menghilang di telan bumi.

Berselang beberapa minggu kemudian, tepatnya 40 hari, semenjak peristiwa mimpi itu, sang ulama mendengar kabar bahwa si habib itu meninggal dunia di sebuah masjid dalam keadaan bersujud. Si habib telah bertaubat atas bimbingan kakeknya, Rasulullah al-Mustahafa shallahu alaihi wasallam.

Masya Allah tabarakallah.

Tinggal si ulama itu dengan penuh penyesalan.

Akhir dari kisah itu, Allah mencabut keberkahan ilmu dari ulama itu. Murid-muidnya satu persatu berhenti dari majlis pengajiannya. Si ulama terfitnah dan dipenjarakan. Dan akhir dari perjalanan hidupanya si ulama meninggal dalam keadaan su'ul khatimah.

IBROH

Kisah ini bukan sebuah legitimasi dan pembenaran bahwa para ahli bait Rasulillah boleh melakukan kemaksiatan serta melanggar hukum ketentuan Allah.

Namun, kisah ini mengajarkan kepada kita tentang sebuah pengajaran adab dan akhlak menghormati dan memuliakan ahli bait dzuriat Rasulullah. Sebab keberkahan ilmu, keberkahan amal shaleh, keberkahan syafaat tidak akan diperoleh, melainkan dari kecintaan dan keridhaan Rasulullah.

Salah satu jalan mencapai keridhaan tersebut adalah mencintai dan menghormati ahli bait zuriat Rasulillah

Kata guru kami Syaikhuna Al-Alimul al-Allamah Syekh Zaini Abdul Ghani Guru Sekumpul beliau mengatakan :
 “Seseorang masih terhalang memperoleh kecintaan Rasulullah, selama masih ada permasalahan dengan ahli bait Rasulullah.”

Para habaib, para syarif, para syarifah bukanlah manusia suci yang terbebas dari dosa dan kemaksiatan. Mereka sama seperti kita. Namun membedakan antara mereka dengan kita, di dalam aliran darah dan daging mereka mengalir darah daging manusia teragung dan termulia, Rasulullah al-Musthafa.

Biarlah soal dosa dan kesalahan yang mereka lakukan menjadi urusan mereka dengan Allah dan kakeknya. Tugas kita mendoakan agar mereka mendapatkan petunjuk hidayah.

Oleh karena itulah, adab dan sikap terbaik kita ketika menemui mereka yang melakukan maksiat, janganlah kita ikut-ikutan memusuhi dan membenci mereka. Buru-buru memvonis mereka, menjauhi mereka.

Jangan sampai mencela dan memaki mereka. Apalagi memfitnah dan mempolitisasi mereka atas dasar dugaan yang belum pasti hingga menginginkan mereka celaka atau masuk penjara.

Hukum tetaplah hukum yang tetap dijunjung tinggi, baik hukum syariat maupun hukum konstitusi.

Biarkan para pakar ahli hukum dan pihak pengadilan yang berwenang memutuskan bersalah atau tidaknya.

Sikap terbaik kita adalah mendoakan jika mereka memang benar bersalah agar Allah segera mengampuni dan memberikan hidayah.
Dan jika mereka berada di jalan yang benar, semoga Allah melindungi mereka atas kejahatan dan makar dari orang-orang yang membenci mereka.

Hal ini kita lakukan semata-mata atas dasar kecintaan kita kepada Rasulullah shallahu alaihi wassalam.

Sekali lagi, sikap ini bukan pengkultusan terhadap ahli bait keturunannya, namun sebuah sikap adab cara menghormati dan memuliakan Rasulullah shallahu alaihiwasallam.

Bukankah Rasulullah tidak pernah meminta apapun dari perjuangan beliau? melainkan agar kita umatnya menyanyangi dan memuliakan anak cucu keturunannya yang pada hakikatnya mencintai kakeknya baginda Rasulullah shallahu alaihiwasallam.

Jelas di dalam al-Qur’an secara eksplisit Allah menyebutkan keutamaan para ahli bait Rasulillah serta menyucikan mereka.

Dan bagi dzuriat Rasulillah, alangkah bagusnya menjadi figur yang mengajarkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah. Jika mereka mengamalkan kebaikan, maka mereka akan memperoleh pahala dan keutamaan berganda lipat.

Sebaliknya jika dengan posisi mereka sebagai ahli bait Rasulullah mengerjakan kemaksiatan tentu dosanya juga berkali lipat. Allah Maha Adil.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan kecintaan Baginda Rasulullah serta menjadi bagian orang yang mencintai ahli keluarga dzuriat beliau bukankah di setiap shalat ketika bershalawat kepada Rasulullah dan kepada ahli dzuriat aali Muhammad shallahu alaihi wassalam.

Semoga bermanfaat.

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد
وعلى اله وصحبه وسلم تسليما كثيرا
يا كريم يا كريم يا كريم يا تريم واهلها
Share:

Wednesday, May 27, 2020

Mengenal Allah Maha Pengampun

(1) Allah mengenalkan sifat-Nya dengan cara : MEMBERITAKAN, bagi yang belum kenal. MEYAKINKAN, bagi yang masih ragu. MEMASTIKAN, bagi yang putus asa.

MEMBERITAKAN : Wahai orang yang berdosa, Dialah غَافِرٌ GHAAFIRUN (Yang Mengampuni). Contohnya di surat Al Mumin : 3.

MEYAKINKAN : Wahai orang yang ragu apakah Allah masih mau mengampuni dosa yang sering berulang? Dialah غُفُوْرٌ GHAFUURUN (Yang terus menerus mengampuni). Contohnya di surat Az- Zumar : 53.

MEMASTIKAN : Wahai orang yang masih menganggap tidak mungkin Allah bersedia mengampuni besarnya dosa, Dialah غَفَّارٌ (GHAFFAARUN (Yang sangat ahli mengampuni). Contohnya di surat Nuh : 10.

(2) Seorang dokter berkata kepada orang terakhir yang dijumpainya :

“Anda mau nggak, saya dorong supaya jatuh, tapi jangan khawatir, pasti saya jamin mengobati jika anda nanti mengeluh sakit karena terluka".

Orang tersebut menjawab :
"Nggak ah, saya nggak mau".

Dokter bertanya :
"Jika tidak ada seorangpun yang sakit, lantas kepada siapakah saya mempraktikkan keahlian saya dalam mengobati?".

Maka tiba-tiba dokter itu menjatuhkan orang tersebut, akibatnya terluka kesakitan lantas orang tersebut meminta obat, maka dokterpun mengobatinya.

Hikmahnya :
Jika manusia yang berbuat DOSA tidak mau berhenti (alias bertobat) meminta ampun kepada Allah, lantas kepada siapakah Allah mempraktikkan keahlian mengampuni?.

(3) Jika kita berdosa ringan,
maka Allah memperingatkan dengan pelan.

Jika kita berdosa besar,
maka Allah memperingatkan dengan kasar.

Jika kita tidak suka peringatan-Nya, maka semakin panjang diulur-ulur umur kita agar bertambah jauh dari-Nya. (Hikmah dari surat Maryam : 75 dan Az-Zukhruf : 36)

(4) Definisi dosa adalah rasa bersalah, diistilahkan ذَنْبٌ DZANBUN.

Menurut bahasa, lafad ذَنْبٌ DZANBUN artinya adalah EKOR yang mengikuti.

Jika manusia berbuat dosa, ibarat membuat ekor yang menempel dibelakang dirinya,

Semakin banyak dosanya maka semakin panjang ekornya. Semakin besar dosanya maka semakin berat beban ekor yang harus diseret olehnya.

Bukankah yang paling membedakan antara manusia dengan binatang adalah ekornya?

Allah melarang kita berbuat dosa agar unsur kemanusiaan dalam diri kita tetap terjaga sehingga tetap menjadi makhluk yang dimulyakan-Nya (hikmah dari surat Al Isra' : 70).

Sedangkan jika kita tidak mau bertobat alias tetap berbuat dosa, maka tampaklah ekornya sebagai simbol unsur kebinatangan dalam diri kita, maka dikategorikan makhluk yang dihinakan-Nya.

(5)
رَمَضَانُ =) رَمْضَانُ =) رَمَضَ =) شِدَّةُ الْحَرِّ
Ramadhan artinya pembakaran yang sangat / pembakaran yang penghabisan.

Karena Ramadhan sebagai areal pembakaran, ketika kita melewatinya dengan seluruh badan / panca indera berpuasa sebagai bukti beriman, maka badan tidak terbakar sebab dalam kondisi basah oleh air keimanan. Istilah iman ibarat air adalah hikmah dari surat An-Nur : 45.

Sedangkan ekornya (sebagai wujud dosa) tidak ada unsur basahnya maka itulah yang terbakar.

(6) Dalam hal waktu, orang yang benar-benar puasa Ramadhan tidak mementingkan apa yang telah lewat (tidak menghitung sudah berapa hari puasanya)
dan tidak mementingkan apa yang akan tiba dalam waktunya (tidak menghitung kurang berapa hari puasanya).

Tetapi lebih mementingkan apa yang ada pada saat itu, yakni bagaimana caranya agar puasa hari ini menjadi puasa yang terbaik di sepanjang hidupnya.

(7) Di Al Quran ada 2 lafad yg artinya BEBERAPA HARI YANG DIHITUNG, yakni lafad Ayyaaman Ma'duudatan artinya beberapa hari yg jumlah hitungannya PULUHAN,

dan Ayyaaman Ma'duudaatin artinya beberapa hari yg jumlah hitungannya SATUAN alias kurang dari sepuluh hari. Contohnya di surat Al Baqarah : 80 dan surat Ali Imran : 24.

(8) Hikmah dari kedua istilah tersebut adalah bahwa alokasi waktu puasa, jumlah harinya yakni SATUAN, yang Allah sembunyikan dalam PULUHAN hari.

Maka jika seseorang benar-benar puasa penuh satu bulan, lantas BEBERAPA HARI saja ia berpaling dari kebenar-benaran puasanya,

maka segala sesuatu yang telah hilang dari BEBERAPA HARI itu nilainya lebih banyak dibanding yang diperolehnya selama satu bulan.

Karena kemungkinan hanya di BEBERAPA HARI yang hilang itulah Allah mengadakan sidak penilaian puasanya. Sebagaimana terlewatnya Lailatul Qadar yang hanya satu malam, yang Allah sembunyikan dalam BEBERAPA HARI.
Share:

Monday, May 25, 2020

Cara Lebaran Keluarga Nabi

Pada saat malam Takbiran (Malam 1 Syawal), menantu yang juga sahabat Rasulullah yaitu sayidina Ali bin Abi Thalib KWJH terlihat sibuk membagi-bagi gandum dan kurma.


Bersama istrinya, yaitu Sayidah Fatimah Az-Zahra RHA, Sayidina Ali menyiapkan 3 karung gandum dan 2 karung kurma.


Terihat, Sayidina Ali bin Abi Thalib KWJH memanggul gandum dan kurma, sementara istrinya menuntun kedua putra mereka yaitu Al-Hasan dan Al-Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni.


Esok harinya tiba salat 'Idul Fitri, mereka sekeluarga khusyuk mengikuti Shalat 'Ied dan mendengarkan khutbah.
Selepas khutbah 'Ied selesai, keluarga Rasulullah SAW itu pun pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.


Sahabat Rasulullah yg bernama Ibnu Rafi'i RA bermaksud untuk mengucapkan selamat 'Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah. ‎Sampai di depan pintu rumah, alangkah tercengang sahabat Ibnu Rafi'i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu.


Sayidina Ali, Sayidah Fatimah, Sayidina Hasan dan Sayidina Husein yang masih balita, dalam Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium oleh sahabat Ibnu Rafi'i itu.


Seketika sahabat Ibnu Rafi'i berucap Istighfar, sambil mengusap-usap dadanya seolah-olah ada yang nyeri di sana.‎


Mata Ibnu Rafi’i berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes di pipinya.
Berkecamuk dalam dada Ibnu Rafi'i sangat kuat. Setengah berlari ia pun bergegas menghadap Rasulullah.


Tiba di depan Rasulullah, dengan terengah-engah ia berkata, "Yaa Rasulullah, yaa Rasulullah, yaa Rasulullah.. Putra baginda, putri baginda dan cucu baginda.."


"Ada apa wahai sahabatku?" tanya Rasulullah.


"Tengoklah ke rumah putri baginda, yaa Rasulullah.. Tengoklah cucu baginda Hasan dan Husein.."

"Kenapa keluargaku..?"


"Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya.."


Rasulullah pun bergegas menuju rumah putri beliau. Tiba di teras rumah, terdengar oleh Rasulullah tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayidina Ali, Sayidah Fatimah dan kedua putranya.


Mata Rasulullah SAW pun berlinang.
Butiran mutiara bening menghiasi wajah Rasulullah nan suci.   Air mata beliau berderai, melihat kebersahajaan putri beliau bersama keluarganya.


Di hari yang Fitri, di saat semua orang berbahagia, di saat semua orang makan yang enak-enak, keluarga Rasulullah ‎SAW penuh tawa bahagia dengan GANDUM YANG BAUNYA TERCIUM TAK SEDAP, DENGAN MAKANAN YANG SUDAH BASI..!!

"Yaa ALLAH, Allahumma Isyhad... Yaa ALLAH saksikanlah, saksikanlah.. Di hari 'Idul Fitri, keluargaku makanannya adalah gandum yang basi.


Di hari 'Idul Fitri keluargaku berbahagia dengan makanan yang basi. Mereka membela kaum papa dan lemah, yaa ALLAH Yaa Rabb.
Mereka mencintai kaum fuqara dan miskin.


Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi asalkan kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang lezat.
Allahumma Isyhad, saksikanlah yaa ALLAH, saksikanlah..." bibir Rasulullah berbisik lembut.


Sayyidatuna Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, ayahandanya sedang berdiri tegak.


"Wahai Ayah, ada apa gerangan Ayah menangis...?" Rasulullah tak tahan mendengar pertanyaan itu.
Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berkata, "Syurga untukmu wahai putriku.. Surga untukmu...!"


Demikianlah, menurut sahabat Ibnu Rafi'i, keluarga Rasulullah pada hari ‘Idul Fitri senantiasa menyantap makanan yg basi dan berbau apek..!


Sahabat Ibnu Rafi'i RA berkata, "Aku diperintahkan oleh Rasulullah agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap 'Idhul Fitri. Aku pun simpan kisah itu dalam hatiku..
Namun, selepas Rasulullah wafat, aku takut dituduh menyembunyikan hadits, maka aku ceritakan agar jadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin.."
(Musnad Imam Ahmad, Jilid 2, Halaman 232).

Yaa Rasulullah, begitu mulianya hati baginda bersama keluarga..
Siapa gerangan yang tak malu..?
Siapa orangnya yang tak kelu..?
Kami di hari nan fitri, makanan kami lezat-lezat, makanan kami enak-enak.
Harus kami apakan diri ini, yaa Rasulullah...? Kami malu...

Yaa Rasulullah, teteskanlah kemuliaan jiwa baginda kepada kami, teteskan walau hanya setitik, agar jiwa kami semua tiada tandus dari kasih dan sayang.
Agar kami mampu mencintaimu dengan bukti, bukan hanya pengakuan belaka....

آمِيـنَ يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْن

اللهم صل على سيدنا و حبيبنا و شفيعنا و قرة أعيننا و مولانا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

رَبِّ فَانْفَعْنَا بِبَرْكَتِهِمْ ... وَاهْدِنَا الْحُسْنَى بِحُرْمَتهِمْ
Share:

Saturday, May 23, 2020

Ayo Kita Silaturahmi

Berakhirnya bulan Ramadan kita merayakan kemenangan di hari raya Idul Fitri dengan silaturahmi sesama saudara famili kerabat tetangga dan sesama umat Islam juga kepada saudara sebangsa setanah air Indonesia. Kita rajut persaudaraan dan persahabatan.

Ada dialog menarik terakait hakikat silaturahmi :
Seorang pria berkata pada Sidi Uwais Al Qarni rodliyallahu 'anhu :

Bersilaturrahmilah pada kami wahai Uwais dengan berziarah.

Sidi Uwais berkata : aku telah bersilaturrahmi padamu dengan silaturrahmi yang lebih baik dari berziarah dan bertemu. Yaitu do'a dari kejauhan, karena ziarah dan bertemu bisa terputus sedangkan do'a pahalanya akan terus mengalir.

Silaturrahmi tidak harus dengan saling ziarah dan saling bertemu akan tetapi silaturrahmi juga bisa dilakukan dengan saling mendo'akan dari kejauhan meski tak saling bertemu bahkan silaturrahmi ini lebih baik dari silaturrahmi dengan saling ziarah dan bertemu, karena silaturrahmi ini tidak akan terputus, pahalanya akan terus mengalir.

Hari Raya Idul Fitri kental dengan nuansa saling bersilaturahmi antar keluarga, kerabat dekat maupun jauh, teman terutama pada para guru dan orang tua. Akan tetapi di musim pandemi covid 19 yang sedang melanda dunia saat ini, dimana silaturrahmi dengan saling ziarah dan bertemu tidak memungkinkan dan tidak bisa dilakukan oleh sebagian orang, maka kita masih bisa tetap melakukan silaturrahmi yang lebih baik dengan cara saling mendoakan.

Ayo silaturahmi jaga persaudaraan jaga persahabatan jaga persatuan umat dan bangsa Indonesia.
Share:

Friday, May 22, 2020

Ramadan Pergi Kami Rindu

Kami rindu Ramadan, kami cinta Ramadan, kami selalu berharap dapat bertemu  Ramadan  tahun berikutnya. Ya Allah panjangkan umur kami, sehatkan kami kuatkan kami dan berkahi rizki kami. Aamiin ya Allah ya Kariim ya Mujiib. 

Imam Ibnu  -rahimahullah- berkata :_*

عباد الله إن شهر رمضان قد عزم على الرحيل ولم يبق منه إلا القليل، فمن منكم أحسن فيه فعليه التمام، ومن فرط فيختمه بالحسنى فالعمل بالختام، فاستمتعوا منه بما بقي من الليالي النيرة والأيام.

"Wahai para hamba Allah, sesungguhnya bulan Ramadan itu jelas akan berlalu, dan (sekarang) tidak tersisa kecuali tinggal sedikit. Maka barang siapa diantara kalian telah berbuat baik padanya, hendaknya ia menyempurnakannya. Dan barang siapa yang meremehkan, hendaknya ia menutupnya dengan kebaikan. Maka amalan itu tergantung akhirnya. Maka bersenang-senanglah kalian dengan yang masih tersisa dari malam-malam yang penuh cahaya dan siangnya."

واستودعوه عملاً صالحاً يشهد لكم به عند الملك العلام، وودعوه عند فراقه بأزكى تحية وسلام.

_"Sampaikanlah ucapan perpisahan dengan Amalan Saleh, yang akan bersaksi untuk kalian di sisi Zat Yang Maha Raja, Yang Maha Mengetahui. Dan sampaikanlah pelepasan ketika berpisah dengan Ramadan dengan sesuci-suci Penghormatan dan Salam."_
(Kitab Lathoif al-Ma’arif 1/209).

Ramadan Pergi Kami Rindu Ramadan ya Allah terimalah segala amal ibadah kami selama Ramadan tahun ini. Pertemukan kembali kami dengan Ramadan tahun depan ya Rahman ya Rahim.

Share:

Thursday, May 21, 2020

Malam 29 Lailatul Qadar

Malam Ini, Malam Jum'at Bertepatan 29 Ramadan (Ganjil).

Mulai maghrib nanti malam adalah malam Jum'at bertepatan dengan malam ke-29 Ramadan (dari Al 'Asyr Al Awaakhir), maka berarti telah berkumpul  malam ganjil (ke-29) dan malam Jum'at.

Imam Ibnu Rajab rahimahullah di dalam kitab "Lathaa-if Al Ma'aarif" menukil ucapan Ibnu Hubairah yang mengatakan, "Apabila malam Jum'at bertepatan dengan malam ganjil (dari Al 'Asyr Al Awaakhir), maka peluangnya lebih besar terjadi Lailatul Qadr daripada yang lain".

Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah rahimahullah juga mengatakan, "Apabila malam Jum'at berbarengan dengan salah satu malam ganjil dari Al 'Asyr Al Awaakhir (10 Terakhir Ramadhan), maka malam itu berpeluang besar terjadi Lailatul Qadr dengan izin Allah".

*اللهم وفقنا بليلة القدر*
*اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عنا جميعا*
Share:

Tuesday, May 19, 2020

Malam 27 Lailatul Qadar

Imam Thabari telah meriwayatkan dalam tafsirya dari Sayiduna Ikrimah dari shohabat Ibnu 'Abbas rodliyallahu 'anhum, beliau berkata : Qur'an telah diturunkan semuanya sekali gus ke langit dunia dimalam Lailatul qadar dibulan Ramadan, kemudian Allah swt turunkan ke bumi secara bertahap (sedikit demi sedikit) menurut kejadian sampai terkumpul semua.

Lailatul qadar adalah Lailatul hukmi (malam keputusan/ketetapan)...
Diriwayatkan dari Robiah bin Kultsum, beliau berkata : seorang lelaki bertanya pada Al Imam Hasan Al Bashri dan aku mendengar nya : apakah menurutmu malam Lailatul qadar itu ada di setiap bulan Ramadan?
Beliau menjawab : ya, demi ALLAH yang tiada tuhan selain DIA sesungguhnya malam Lailatul qadar benar-benar ada di setiap bulan Ramadan, dan sungguh ia adalah malam qadar (ketetapan) dimana ALLAH SWT telah berfirman :

فيها يفرق كل أمر حكيم...

Di malam itu ALLAH SWT menetapkan semua ajal, amal dan rizqi...

(TAFSIR AT THABARI)

Dinamakan malam Lailatul qadar karena di malam itu ALLAH SWT menentukan dan mentakdirkan perkara-perkara yang IA kehendaki mulai dari urusan kematian, ajal, rizqi,d lainnya. Kemudian ALLAH SWT serahkan kepada 4 malaikat yang akan mengatur dan menjalankan perkara-perkara tersebut yaitu: malaikat Jibril, Isrofil, Izroil dan Mikail 'alaihimussalam...

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu'Abbas radliyallahu 'anhuma, beliau berkata:

Bahwa ALLAH SWT menetapkan beberapa ketetapan dimalam nishfu sya'ban kemudian ALLAH SWT menyerahkan ketetapan-ketetapan tersebut di malam Lailatul qadar kepada para malaikat yang di wakilkan untuk mengatur dan melaksanakan ketetapan-ketetapan tersebut.

Beliau juga berkata : akan dicatat dari Ummul kitab (catatan yang telah tertulis di Ummul kitab) apa yang akan terjadi dalam setahun mulai dari urusan rizqi, hujan, hidup, mati sampai orang yang akan berhaji ditahun itu akan dicatat di malam Lailatul Qadar.

Sebagian ulama mengatakan : di namakan malam Lailatul Qadar karena keagungan dan kemuliaan malam tersebut.

(TAFSIR AL QURTUBI)
=============================
Nanti malam adalah malam 27 Ramadan diriwayatkan dari sahabat Ibnu'Abbas radliyallahu 'anhuma bahwa malam Lailatul Qadar sering terjadi di malam 27, karena ALLAH SWT telah menyebutkan kalimat Lailatul Qadar dalam Qur'an sebanyak 3x, dan jumlah huruf dari kalimat Lailatul Qodar adalah 9 huruf, jadi 9x3 = 27...

Manfaatkan malam 27 Rsmadan sebaik mungkin, perbanyak istigfar, salawat, dan membaca Qur'an dan perbanyak membaca doa ini terutama ketika sujud pada setiap shalat :

اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عنا...

Jika mampu untuk melakukan shalat tasbih setelah shalat tarawih dan sebelum witir akan lebih afdal.
Perbanyak doa terutama doa agar ALLAH SWT segera mengangkat wabah yang sedang melanda dunia.

Mudah-mudahan kita semua dimuliakan oleh ALLAH SWT dengan menjumpai malam Lailatul Qadar. Aaamiiin... ya Allah.
Share:

Monday, May 18, 2020

Al Qur'an dan Politik

AL QUR’AN DAN POLITIK
*_Khutbah Pertama_*
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ،
 اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan-penjelasan atas petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil) (QS al-Baqarah [2]: 185).
 []

Alhamdulillah, kita masih bisa menikmati kemuliaan mulia, Ramadhan.  Di hari yang mulia, Jumat. Bersama dengan orang-orang yang mulia, orang bertakwa. Shalawat beserta salam semoga senantiasa dicurahkan oleh Allah kepada baginda Nabi SAW, manusia paling mulia, pembawa kebenaran.
Bertakwalah kepada Allah. Ingatlah bahwa, hanya takwa yang akan menentukan derajat kita di sisi Allah.  Siapa yang paling takwa, dialah yang akan menempati derajat tinggi di sisinya.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Bulan ini adalah bulan ketakwaan.  Bulan untuk mengukur sejauh mana ketaatan kita kepada Allah. Apakah kita mau mengikuti petunjuk Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, atau tidak. 
Allah muliakan bulan ini dengan turunnya Al-Qur’an. Firman-Nya:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan-penjelasan atas petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil) (QS al-Baqarah [2]: 185).
Bagaimana Al-Qur’an itu diperlakukan? Itu terserah manusia.  Tapi ingatlah, Allah nanti akan meminta pertanggungjawaban kepada kita semua atas sikap kita kepada Al-Qur’an.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Tak dipungkiri, banyak persepsi kaum Muslim terhadap Al-Qur’an ini. Ada yang menolak Al-Qur’an digunakan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan.  Jadilah Al-Qur’an laksana lembaran kertas yang tak punya makna.
Ada yang hanya mengambil Al-Qur’an sebatas petunjuk untuk mengatur masalah ibadah mahdhah dan sebatas nilai-nilai moral saja.  Mereka campakkan ayat-ayat hukum dan pengaturan kehidupan.  Sikap ini khas kaum sekuler.
Dan ada juga yang meyakini bahwa Al-Qur’an wajib diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.  Mereka percaya penerapan Al-Qur’an secara menyeluruh akan membawa kebaikan bagi manusia dan alam semesta.  Sebagaimana firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Tidaklah Kami mengutus engkau (dengan membawa al-Quran) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta (TQS al-Anbiya’ [21]: 107).

Dan,  berpegang teguh pada Al-Qur’an, tidak akan menyesatkan manusia selamanya. Inilah janji Allah SWT dan Rasul-Nya:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya (HR al-Hakim).

Pertanyaannya, Anda termasuk golongan yang mana? Harus dan wajib menjadi golongan yang terakhir ini.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Al-Qur’an adalah kitab yang mengatur segala urusan manusia, baik individu,  masyarakat, dan negara. Ada ayat-ayat tentang ibadah, tapi banyak ayat tentang kemasyarakatan, dan kenegaraan.  Ayat  menyangkut kenegaraan tentu tak bisa dilakukan oleh individu.
Semua ayat-ayat memiliki kedudukan yang sama.  Tidak boleh ada pikiran sekuler di benak kita. Ayat ibadah dilaksanakan, ayat kemasyarakatan dan kenegaraan ditinggalkan.  Semua harus dilaksanakan.
Karenanya, bila kita kaji dan cermati secara mendalam, Al-Qur’an tak bisa dipisahkan dari politik. Yakni politik dalam kacamata Islam yaitu pengaturan urusan manusia dengan Islam. Makanya, Al-Qur’an benar-benar bisa diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan bila diemban oleh kekuasaan.
Itulah mengapa dalam perjalanan dakwahnya, Rasulullah SAW berharap memperoleh kekuasaan. Tentu agar dengan kekuasaan itu beliau bisa membumikan Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
Katakanlah, “Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar dan keluarkanlah aku dengan cara keluar yang benar serta berikanlah kepada diriku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS al-Isra’ [17]: 80).

Imam  Ibnu Katsir menukil pernyataan Qatadah ra: “Di dalam ayat ini terkandung makna, Rasulullah saw. amat menyadari bahwa tidak ada kemampuan pada diri beliau untuk menegakkan urusan agama (Islam) ini, kecuali dengan kekuasaan. Karena itulah beliau memohon (kepada Allah SWT) kekuasaan yang bisa menolong Kitabullah, menegakkan hudud Allah, melaksanakan semua kewajiban-Nya dan menegakkan agama-Nya (Islam). Kekuasaan yang demikian adalah rahmat dari Allah yang Dia berikan kepada para hamba-Nya (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 5/111).

Walhasil, sebagaimana disampaikan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz kepada para pejabat di bawahnya,  bahwa: “Agama (Islam) dan kekuasaan itu ibarat saudara kembar. Satu sama lain saling membutuhkan.” (Abdul Hayyi al-Kattani, Taratib al-Idariyah, 1/395).
Hal senada dinyatakan oleh Imam al-Ghazali, “Agama (Islam) dan kekuasaan ibarat dua saudara kembar. Keduanya lahir dari satu rahim yang sama.” (Al-Ghazali, Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk, 1/19).
Tanpa ditopang oleh kekuasaan, diterapkan oleh negara, Al-Qur’an hanya sebatas menjadi bacaan dan hafalan. Isinya tak bisa diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Mari kita terus perjuangkan agar Al-Qur’an tegak di muka bumi ini sebagai wujud takwa kita yang hakiki.

[]
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِن الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


*_Khutbah II_*

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Share:

Saturday, May 16, 2020

Solusi Atasi Covid 19 Perspektif Tauhid


Dunia saat ini sedang dihebohkan pandemic Virus, Covid 19. Tak terkecuali negeri kita Indonesia terkena dampak wabah tersebut. Bagaimana menanggapi permasalahan ini? Kita telusuri sekilas masa Nabi Muhammad SAW.

Wabah atau penyakit menular sudah dikenal bahkan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu, wabah yang cukup dikenal adalah pes dan lepra. Apa yang diperintahkan Nabi Muhammad SAW ketika itu? Nabi  melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah, apakah itu pes, lepra, maupun penyakit menular lain. Beliau bersabda, “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu,” (HR Bukhari dan Muslim)

Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Nabi Muhammad mendirikan tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah dan menjanjikan bahwa mereka yang bersabar dan tinggal akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sedangkan mereka yang melarikan diri dari daerah tersebut diancam malapetaka dan kebinasaan. Apa yang diperintahkan Nabi sangat relevan dengan metode karantina yang dilakukan dalam dunia medis saat ini.

Untuk mengatasi dampak buruk virus yang lebih meluas maka setiap diri umat dan bangsa harus mempunyai kesadaran kolektif. Khusus bagi umat Islam diperlukan pendekatan Tauhid: iman, ilmu, dan amal.

Ada 3 kata kunci untuk solusi atasi covid 19 yaitu: Iman, ilmu dan amal.  Pertama, Iman. Bangsa Indonesia termasuk bangsa yang mempunyai religius tinggi, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bila setiap diri manusia Indonesia beriman dan mau menata imannya kepada Tuhan, Allah SWT maka iman yang salimah [menjaga dari perbuatan syirik] akan muncul imun, imunitas ini atau kekebalan tubuh manusia akan sangat membantu untuk menimbulkan rasa aman maka kata kunci iman adalah penting dalam rangka atasi solusi copied 19.

Kedua adalah ilmu. Ilmu memahami wabah virus khususnya covid 19, walaupun tidak dituntut pemahaman yang mendalam, sebab dengan ilmu berarti orang akan paham dan mau mempelajari sehingga dia tidak tersesat sebagaimana kasus virus sekarang ini. Dengan memahami bahaya virus dan bagaimana asal usul virus tersebut ada pada manusia dan melakukan penularannya. Dengan mengenal, mengetahui dan mempelajari gejala gejala datang atau terjadinya virus maka manusia bisa mengatasinya, inilah pentingnya ilmu bagi setiap orang harus mengetahui ilmunya terkait covid 19. Sedikit atau banyak pengetahuan tentang virus akan membantu setiap orang untuk mengatasi virus tersebut sehingga tidak menjadi penyebar [carier] atau tidak terkena penyebaran.

Ketiga, amal. Amal ini adalah pelaksanaan dari kunci iman dan kunci ilmu maka setiap orang yang beriman dia juga harus berilmu setelah beriman dan berilmu dia wajib mengamalkan dengan arti bahwa dirinya melakukan tindakan menjaga kesehatan diri keluarga sahabat kerabat dan masyarakat terdekat agar terhindar dari wabah atau virus sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan siap dikarantina atau mengkarantina diri. 

Dalam kata kunci amal ini, siapa saja yang masuk katagori ODP, PDP maka wajib berserah diri kepada Allah sambil ikhtiar kesembuhan medis dan berdoa kepada Tuhan, Allah SWT agar terhindar dari bahaya virus covid 19.

Berdoa,  meminta agar diberi kesehatan dan dilindungi dari berbagai penyakit virus, hendaknya sadar dan paham bahwa dia sedang tunduk dan merendahkan diri beribadah kepada Allah; bukan hanya melafalkan untaian doa, tetapi hendaknya sadar bahwasanya dia sedang beribadah kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda :
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di sisi Allah SWT  daripada doa.” (HR. at-Tirmidzi no. 3370 dari sahabat Abu Hurairah ).
أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ الدُّعَاءِ
“Manusia yang paling lemah adalah yang lemah dalam berdoa.” (HR. Abu Ya’la no. 6649, dari sahabat Abu Hurairah RA).

Dari sini dapat kita fahami bahwa doa merupakan bagian dari keyakinan dan Tauhid kita kepada Allah karena pada hakikatnya datangnya penyakit virus dari Allah dan kepada Allah juga kita mohon kesembuhan dan terhindari dari bahaya covid 19 tersebut. Salah satunya yang diajarkan Rasulullah SAW berikut ini:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
“Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, lepra, dan keburukan segala macam penyakit”.

Umat Islalm Indonesia hendaknya kembali kepada Tauhid dan meluruskan Tauhid masing-masing dalam rangka memahami kondisi saat ini khususnya dalam menghadapi pandemic agar tidak berkelanjutan. Dengan kesadaran kolektif, bersama, maka diharapkan terjadi penurunan wabah yang kita harapkan bahkan kembali menjadi zero kasus covid 19 sehingga kita semua dapat melakukan aktifitas seperti semua. Semoga. Aamiin ya Allah.


M Abduh Almanar
Share:

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan