Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Dr. KH. Abduh Al-Manar, M.Ag.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah. Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

PAUD Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MI Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MTS Al-Iryadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Saturday, January 18, 2020

4 Macam Hati

Ada empat macam hati :
1. Qalbun ajrad (hati yang murni)

Adapun hati yang murni yaitu hati yang terlepas dan selamat dari selain Allah Azza wajalla dan rasul-Nya Shallallahu’alaihi wasallam, maka hati itu telah terlepas serta selamat dari apa-apa selain kebenaran (selamat dari kesesatan dan penyimpangan). Padanya ada lentera yang menerangi, itulah lentera keimanan. Disebut kemurnian menuju keselamatan dari berbagai macam syubuhat (kerancuan-kerancuan) kebathilan dan syahwat yang jahat. Juga di dalam hati tersebut terdapat lentera yang bercahaya terang dengan cahaya ilmu dan keimanan.

2. Qalbun aghlaf (hati yang tertutup)

Disebut hati yang tertutup sebagai hati yang dimiliki orang kafir, karena hati orang kafir masuk ke dalam tutupan. Maka tidak akan sampai kepadanya cahaya ilmu dan keimanan. Sebagaimana Allah Ta’ala menceritakan tentang orang-orang Yahudi,

وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلا مَا يُؤْمِنُونَ

“Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah telah melaknat mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (Al Baqarah: 88)

Ghulf adalah jamak dari aghlaf, makna aghlaf adalah yang masuk ke dalam tutupannya, maka hati yang ghulf artinya hati yang masuk ke dalam tutupannya.

Dan tutupan ini disebut juga dengan al akinnah yang Allah Azza wajalla telah letakkan di atas hati-hati mereka sebagai hukuman akibat bagi mereka yang menolak kebenaran dan sombong dari menerima kebenaran. Maka menjadilah hukuman itu sebagai penutup atas hatinya dan sebagai penutup atas pendengarannya, dan sebagai penutup atas penglihatannya. Inilah tabir penutup yang tidak terlihat oleh mata-mata kita.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا. وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآنِ وَحْدَهُ وَلَّوْا عَلَى أَدْبَارِهِمْ نُفُورًا

“Dan apabila kamu membaca Al Qur’an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur’an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.” (Al Israa’: 45-46)

Apabila disebutkan perkara memurnikan tauhid dan mengikuti Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam maka orang-orang yang memiliki hati ini akan berpaling ke belakang.

3. Qalbun mankus (hati yang terbalik)

Disebut hati yang terbalik kepada hatinya orang-orang munafik sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللَّهُ أَرْكَسَهُمْ بِمَا كَسَبُوا

Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? (An Nisaa’: 88)

Allah Subhanahu wata’ala telah membalikkan mereka dan mengembalikan mereka kepada kebathilan yang dahulu mereka pernah di dalamnya. Itu semua disebabkan upaya mereka dan amalan mereka yang bathil.
Ini adalah hati yang paling jelek dan paling keji, karena dia meyakini yang bathil itu sebagai kebenaran dan berloyalitas kepada pengikutnya, dan menganggap kebenaran sebagai sesuatu yang bathil kemudian memusuhi orang-orang yang mengikuti kebenaran. Allahul musta’an.

4. Qalbun tamaduhu ma datan (hati yang memiliki dua unsur)

Disebut hati yang padanya memiliki dua unsur kepada hati yang keimanannya belum mantap dan lenteranya belum bersinar di mana dia belum bisa memurnikan dri untuk kebenaran yang Allah Ta’ala utus dengannya rasul-Nya bahkan dalam hati itu hanya ada sebagian unsur keimanan dan ada pula unsur yang menyelisihinya. Terkadang dia lebih dekat kepada kekufuran daripada keimanan dan terkadang dia lebih dekat kepada keimanan daripada kekufuran dan hukum itu kembali kepada mana yang lebih mendominasi.

[Disalin dari kitab Ighatsatul Lahafan min Mashaidisy Syaithan, Karya Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah]
Share:

Friday, January 10, 2020

Jangan Menuduh Allah

Al-Hikam Pasal 29

طلبُكَ منهُ اِتـِّهامٌ لهُ وطلَبُكَ لهُ غيْبَة ٌمنكَ عنـْهُ وطلبكَ لغيرِهِ لقِلَّةِ حياءـكَ منهُ وطلَبُكَ من غيرهِ لِوُجُودِ بُعْدِكَ عَنْهُ
"Permintaanmu dari Alloh mengandung pengertian menuduh Alloh, khawatir tidak memberimu. Dan engkau memohon kepada Alloh supaya mendekatkan dirimu kepada-Nya, berarti engkau masih merasa jauh dari pada-Nya".
Syarah
Dan engkau memohon kepada Alloh untuk mencapai kedudukan dunia dan akhirat, membuktikan tiada malunya engkau kepada-Nya, dan permohonanmu kepada sesuatu selain dari Alloh menunjukkan engkau jauh dari pada-Nya. Permohonan seorang hamba kepada Alloh terbagi dalam empat macam, dan kemudian kesemuanya itu tidak tepat bila diteliti dengan seksama dan mendalam. Permintaan kepada Alloh mempunyai pengertian menuduh, sebab sekiranya ia percaya bahwa Alloh akan memberi tanpa minta, ia tidak akan minta, disebabkan karena khawatir tidak diberi apa yang dibutuhkannya menurut pendapatnya, atau menyangka Alloh melupakannya, dan lebih jahat lagi bila ia merasa berhak, tetapi oleh Alloh belum juga diberi. Dan permintaanmu untuk taqarrub, menunjukkan bahwa engkau merasa ghaib dari pada-Nya. Sedang permintaanmu sesuatu dari kepentingan-kepentingan duniawi membuktikan tiada malunya engkau dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau malu dari Alloh tentu tidak merasa ada kepentingan bagimu selain mendekat kepada-Nya. Sedang bila engkau minta dari sesuatu selain Alloh, membuktikan jauhmu dari pada-Nya, sebab sekiranya engkau mengetahui bahwa Alloh dekat kepadamu, tentu engkau tidak akan meminta selain kepada-Nya. Kecuali permintaan yang semata-mata untuk menurut perintah Alloh, karena hanya inilah yang benar.
Share:

Sunday, January 5, 2020

Keutamaan Ilmu dan Ulama

Allah berfirman :


يرفع الله الذين أمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات 

“ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara engkau dan orang –orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “ (Q.S. Al-Mujadalah : 11). 

Artinya Allah akan mengangkat derajat para ‘ulama (orang yang ahli dalam bidang keilmuan), sebab mereka sanggup memadukanantara ilmu pengetahuan dan pengamalannya 

Ibnu Abbas telah berkata ra.: “Derajat ulama’ itu jauh diatas orang mukmin dengan selisih tujuh ratus derajat, sedangkan jarak antara dua derajat kira-kira perjalanan lima ratus tahun”. 

Allah berfirman: 

شهد الله أنه لا إله إلا هو و الملائكة وأولو العلم …الاية 

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memulai firmannya dengan menyebutDzatnya sendiri, kedua kalinya menyebut malaikat dan ketiga kalinya menyebutorang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. 

Cukuplah bagimu berpegang teguh pada ketiga hal ini untuk memperoleh untuk memperoleh kemulyaan, keutamaan dan keagungan. 

Allah berfirman: 

إنما يخشى الله من عباده العلماء 

“ sesungguhnya dari hamba-hamba Allah yang takut kepada Allah adalah para ‘ulama”.(Q. S. Al-Fathir : 28) 

Dan Allah juga berfirman: 

- إن الذبن أمنوا وعملوا الصالحات أولئك هم خير البرية 

- جزاؤهم عند ربهم جنات عدن تجري من تحتهاالانهار خالدين فيها أبدا رضي الله عنهم ورضوا عنه ذالك لمن خشي ربه 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluq“. 

“Balasan mereka disisi Tuhan mereka adalah surga and yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhanya” ( Q.S. Al Bayyinah:7-8 ). 

Dua ayat diatas menetapkan bahwa para ulama’ adalah orang-orang merasa takut kepada Allah.Orang yang merasa takut kepada Allah adalah termasuk sebaik-baik makhluq. Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa mereka adalah sebaik-baik makhluq. 

Rasulullah bersabda: 

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين 

“Barang siapa yang dikehendaki baik oileh Allah , maka allahakan memberikan kefahaman terhadap ilmu fiqh” . 

Rasulullah juga bersabda: 

ألعلماء ورثة الأنبياء , وحسبك بهذه الدرجات مجدا وفخرا وبهذه الرتبة شرفا وذكرا, وإذا كان لا رتبة فوق النبوة فلا شرف فوق شرف الوراثة لتلك الرتبة 

”‘Ulama’ adalah pewaris para Nabi, cukuplah bagimu dengan derajat ini untuk memperoleh sebuah keagunaan dan kebanggaan diri.Dan (cukuplah bagimu) dengan tingkatan ini untuk memperoleh kemuliaan dan panggilan yang agung. Ketika sudah tidak ada lagi tingkatan di atas tingkat kenabian, maka tidak ada satupun kemuliaan yang melebihi kemuliaan warisantingkatan tersebu”t. 

Ujung dari sebuah ilmu adalah pengamalan, karena pengamalanitu adalah buah dari ilmu itu sendiri, fungsi dari pada umur dan bekal untuk akherat nanti. 

Barang siapa yang memperoleh ilmu, maka ia akan bahagia.Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka ia termasuk golongan orang–orang yang merugi. 

Suatu ketika di samping Rasulullah disebutkan ada dua orang laki-laki, yang pertama adalah orang yang ahli ibadah dan yang kedua adalah orang yang ahli ilmu. Kemudian Rasulullah berkata: “Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaanku melebihi kalian semua”. 

Rasulullah SAW bersabda : 

طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة,و طالب العلم يستغفر له كل شيء حتى الحوت في البحر 

“Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam laki-laki danperempuan.Orang yang mencari ilmu itu akan dimintakan ampun oleh setiap sesuatu yang ada dimuka bumi ini sampai ikan-ikan yang berada di lautan”. 

Rasulullah SAW bersabda: 

من غدا لطلب العلم صلت عليه الملائكة وبورك له في معيشته 

“Barang siapa berangkat pergi di pagi hari dengan tujuan mencari ilmu, maka para malaikat akan mendo’akannya dan diberkahi kehidupannya“. 

Rasulullah SAW bersabda: 

من غدا إلى المسجد لا يريد إلا أن يتعلم خيرا أو يعلمه كان له كاجر حج تام 

“Barang siapa yang berangkat pergi di pagi hari untuk kemasjid, sementara dia tidak menghendaki sesuatu kecuali untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarkan kebaikan, maka berhak memperoleh pahala seperti pahalanya orang yang melakukan ibadah haji secara sempurna”. 

Rasulullah SAW bersabda: 

ألعالم وا لمتعلم كهذه من هذه وجمع بين المسبحة والتي تليها شريكان في الاجر ولا خير في سائر الناس بعد 

“Orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan orang yang mempelajarinya seperti ini dari ini.Nabi mengumpulkan antara dua jari telunjuk, jari yang berdampingan merupakan dua jari yang saling bersekutu dalam hal kebaikan, dan tidak ada satupun kebaikan di kalangan seluruh manusia setelah proses belajar dan mengajar. 

Rasulullah S.A.W bersabda : 

أغدعالما أومتعلما أو مستمعا أو محبا لذلك ولا تكن الخامس فتهلك 

“Jadilah engkaupengajar atau pelajar atau pendengar atau pecinta terhadap ilmu pengetahuan.Dan janganlah engkaujadi orang kelima, karena hal itulah engkau akan binasa. 

Rasulullah SAW bersabda : 

تعلمواالعلم وعلموه الناس 

“Pelajarilah ilmu pengetahuan dan amalkanlah ilmu itu kepada manusia lainnya”. 

Rasulullah SAW bersabda: 

إذا رأيتم رياض الجنة فارتعوا فقيل يا رسول الله وما رياض الجنة, حلق الذكر 

“Apabila kalian semua melihat taman-taman surga, maka tempatilah!.Kemudian dikatakan, “WahaiRasulullah? apa yang dimaksud dengan taman surga itu?”.Beliau menjawab: “Taman surga itu adalah taman yang digunakan untuk diskusi atau pertukaran ilmu”. 

Imam Atha’ berkata: “Yang dimaksud taman surga itu adalah majlis-majlis yang digunakan untuk membahas masalah halal dan haram; bagaimana cara engkau melakukan jual beli, bagaimana cara engkau melakukan shalat, bagaimana cara engkau mengeluarkan zakat, bagaimana cara engkau melakukan ibadah haji yang sempurna, bagaimana cara engkau melakukan pernikahan, bagaimana cara engkau mencerai isteri dan lain sebagainya”. 

Rasulullah SAW bersabda: 

تعلموا العلم واعلمول به 

“Pelajarilah ilmu pengetahuan dan amalkanlah ilmu itu”. 

Rasulullah SAW bersabda: 

تعلموا العلم وكونوا من أهله 

“Pelajarilah ilmu pengetahuan dan jadilah kalian sebagai ahlinya “. 

Rasulullah SAW bersabda: 

يوزن يوم القيامة مداد العلماء ودم الشهداء 

“Pada hari kiamat nanti akan ditimbang tinta-tinta (karya-karya) para ulama’ dan darah orang yang mati syahid” 

Rasulullah SAW bersabda: 

ما عبد الله بشيء أفضل من فقه في الدين , ولفقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد 

“Allah tidak akan disembah dengan sesuatu yang lebih utama dari pada faham dalam ilmu fiqih (agama), karena sesungguhnya satu orang yang ahli dalam bidang ilmu fiqh itu lebih berat bagi setan dari pada seribu orang yang ahli ibadah (tanpa ilmu fiqh)“. 

Rasulullah SAW bersabda: 

يشفع يوم القيامة ثلاثة الأنبياء ثم العلماء ثم لشهداء 

“Ada tiga orang yang berhak memberikan syafa’at kepada orang lain nanti pada hari kiamat, yaitu: para nabi, para ulama dan para syuhada”. 

Dan diriwayatkan, bahwa para ulama’ nanti pada hari kiamat berdiri diatas mimbar yang terbuat dari cahaya (nur)”. 

Imam Al Qadli Husain mencuplik (sebuah hadits) dalam permulaan catatan kakinya, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda: “Barang siapa yang mencintai ilmu dan para ulama’, maka semua kesalahanya tidak akan ditulis selama hidupnya”. 

Ia juga mengatakan, telah diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: 

من صلى خلف عالم فكأنما صلى خلف نبي, فمن صلى خلف نبي فقد غفر له 

“Barang siapa yang melakukan shalat dibelakang orang alim, maka seakan-akan ia melakukan shalat dibelakang Nabi.Dan barang siapa yang melakukan shalat dibelakang Nabi, maka dosa-dosanya diampuni oleh Allah”. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abi Dzar ra, disebutkan bahwa menghadiri tempat-tempat yang digunakan untuk diskusi ilmiah itu lebih utama dari pada melakukan shalat seribu rakaat (tanpa ilmu), menyaksikan seribu jenazah dan menjenguk seribu orang sakit. 

Umar Ibn Al Khattab ra. telah berkata: “Bahwa seorang laki-laki tentunya akan keluar dari rumahnya,sementara dia mempunyai banyak dosa yang menyamai besarnya gunung Tihamah.Ketika ia mendengar orang alim, maka iamerasa takut dan ia kemudian bertaubat dari perbuatan dosanya, kemudian ia kembali kerumahnya dalam keadaan besih dari dosa, oleh karena itu janganlah kalian berpisah dari tempat–tempat para ulama’, karena sesungguhnya Allah menciptakan sejengkal tanahpun di muka bumi ini yang lebih mulia dibandingkan dengan tempat yang digunakan diskusi para alim ulama. 

Imam Al Syarmasahy Al Maliki mencuplik sebuah hadits dalam pengantar kitabnya “Nazdm Al Dlurar”:”Diriwayatkan dari nabi SAW, beliau bersabda: “Barang siapa yang mengagungkan orang alim, maka sesungguhnya ia telah mengagungkan Allah SWT, dan barang siapa yang telah meremehkan orang alim, maka berarti ia telah meremehkan Allah dan RasulNya. 

Sahabat Ali Karramhullah wajhah telah berkata: “Cukuplah dengan ilmu kemulyaan dapat diperoleh, walaupun yang mengakui seseorang yang tidak pernah melaksanaknnya. Dan cukuplah dengan kebodohan kehinaan itu diperoleh, walaupun seseorang berusaha membebaskan diri dari kebodohan itu”. Kemudian beliau menyanyikan sebuah lagu: 

Cukuplah kemuliaan diperoleh dengan ilmuwalaupun yang mengakui (hanyalah) orang bodoh# 

Dan ia akan gembira jika suatu saat di nisbatkan paada ilmu. 

Dan cukuplah kehinaan diperoleh dengan kebodohan, tetapi aku # 

Dijaga bila aku dinisbatkan kepadanya. Dan aku akan marah 

Ibnu Al Zubair pernah berkata: “Bahwasanya Abu Bakar pernah mengirimkan surat kepadaku, ketika itu aku sedang berada di Iraq. Isi dari surat tersebut adalah sebagai berikut: “Wahai anakku bergegang teguhlah pada ilmu pengetahuan, karena ketika engkau menjadi orang miskin maka ilmu itu akan menjadi harta, dan ketika engkau menjadi orang kaya, maka ilmu itu akan menjadi perhiasan”. 

Wahb bin Munabbah berkata: “Sesuatu yang diperoleh dari ilmu itu bermacam-macam; 

1. Kemuliaan, walaupun orang yang memilikinya itu orang yang rendahan. 

2. Keluhuran derajat, walaupun ia diremehkan. 

3. Dekat (di hati ummat), walaupun ia berada di daerah jauh. 

4. Kekayaan, walaupun ia miskin harta. 

5. Kewibawaan, walaupun ia orang yang rendah diri. 

Kemudian ia menyanyikan sebuah lagu dalam memaknainya: 

Ilmu itu akan mengantarkan suatu kaum pada puncak kemulyaan # 

Orang yang mempunyai lmu itu akan terjaga dari kerusakan. 

Hai orang yang mempunyai ilmu bersahajalah!, janganlan engkau mengotorinya # 

Dengan perbuatan-perbuatan yang merusak,karena tidak ada pengganti terhadap sebuah ilmu. 

Ilmu itu mengangkat sebuah rumahyang tak bertiang # 

Bodoh itu merobohkan sebuah rumah keluhuran dan kemulyaan. 

Abu Muslim Al Khaulani ra. berkata: “Para ulama’ dibumi itu seperti bintang-gemintang yang bergelantungan di atas langit.Jika bintang-gemintang itu tampak bagi manusia, maka mereka mendapatkan petunjuk karenanya.Tetapi jika bintang-gemintang itu tampak suram, maka mereka kebingungan karenanya. 

Kemudian ia menyaikan sebuah syair lagu dalam memaknainya: 

Tempuhlah ilmu di manapun ilmu itu berada # 

Dari ilmu, bukalah setiap orang yang mempunyai pemahaman terhadap ilmu 

Ilmu berguna untuk menerangi hati dari kebutaan # 

Dan menolong agama, di mana perintah menolong adalah kewajiban. 

Pergaulilah para periwayat ilmu, dan temanilah para pilihan mereka # 

Maka, persahabatan dengan mereka adalah sebuah hiasan, dan bercampur dengan mereka adalah sebuah keberuntungan. 

Janganlah engkau palingkan kedua pandanganmu dari mereka, sesungguhnya mereka # 

Ibarat bintang-gemintang yang menjadi petunjuk, bila satu bintang hilang, maka muncul bintang yang lain. 

Demi Allah, seandainya ilmu tidak ada, niscaya hidayah tak akan tampak # 

Dan tak tampak pula tanda-tanda perkara yang ghaib 

Ka’ab Al Akhbar berkata: “Seandainya pahala tempat diskusi tampak pada manusia, niscaya mereka akan saling membunuh berebut pahala, sehingga para pemimpin meninggalkan pemerintahannya dan para Bos pasar akan meninggalkan pasarnya. 

Sebagian ulama’ salaf berkata: “Sebaik-baik pemberian adalah akal, sedangkan sejelek-jelek musibah adalah kebodohan. 

Sebagian ulama’ salaf yang lain juga berkata: “Ilmu itu sebagai pengaman dari tipu daya setan,juga sebagai benteng dari tipu daya orang yang dengki dan sebagai petunjuk akal”. 

Kemudian ia menyanyikan sebuah syair lagu tentang maknanya: 

Alangkah bagusnya akal dan alangkah terpujinya orang yang berakal# 

Alangkah jeleknya kebodohan dan alangkah tercelanya orang bodoh. 

Tak ada ucapan seseorang yang pantas dalam suatu perdebatan # 

Kebodohan itulah yang akan merusaknya pada hari nanti ketika ia ditanya. 

Ilmu adalah sesuatu yang paling mulia yang diperoleh seseorang # 

Orang yang tidak berilmu , maka ia bukanlah laki-laki. 

Wahai saudara kecilku ! Pelajarilah ilmu dan amalkanlah # 

Ilmu itu merupakan sebuah perhiasan bagi orang yang benar-benartelah mengamalkannya. 

Diriwayatkan dari Muadz Bin Jabal ra. ia berkata: “Pelajarilah ilmu pengetahuan, karenamempelajarinya adalah suatu kebajikan, mencarinya adalah suatu ibadah, mendiskusikannya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad, menyerahkannya adalah upaya pendekatan diri kepada Allah SWT dan mengajarkannya kepada orang yang tidak berilmu adalah shadaqah. 

Fuzdail bin ‘Iyadl ra. telah berkata: “Orang yang alim yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain, maka ia akan diundang dikerajaan langit sebagai orang besar”. 

Sufyan bin ‘Uyainah telah berkata: “Kedudukan manusia yang paling tinggi disisi Allah adalah orang yang berada di antara Allah dan di antara hamba-hambaNya.Mereka itulah para nabi dan para ulama’”. 

Ia juga mengakatan: “Di dunia ini seseorang tidak akan diberi sesuatu yang lebih utama dari pada derajat kenabian dan tidak ada sesuatupun setelah derajat kenabian yang lebih utama dari pada ilmu pengetahuan dan ilmu fiqh”. Kemudian ia ditanya:”Dari siapa perkataan ini?”.Ia menjawab:”Dari seluruhpara ahli fiqh”. 

Imam Al Syafi’i ra. telah berkata: “Seandainya para ahli fiqh yang selalu mengamalkan ilmunyabukan sebagai kekasih Allah, niscaya Allah tidak akan mempunyai seorang wali”. 

Ibnu al Mubarak ra. berkata:”Seseorang itu masih dianggappandai selama iamencari ilmu.Apabila ada seseorang menganggap bahwa dirinya pandai, maka ia benar-benar telah bodoh”. 

Imam Waqi’ berkata: “Seorang laki-laki tidak akan dikatakan orang alim, sehingga ia mau mendengarkan orang yang lebih tua, mau mendengar orang yang sebanding dengannya, dan mau mendengar orang yang lebih muda darinya. 

Sufyan Al Tsauri berkata : “Keajaiban-keajaiban itu merata ada dimana-mana.Pada akhir zaman seperti sekarang ini lebih merata lagi, bencana yang menimpa manusia banyak.Sedangkan musibah masalah keagamaan sekarang ini lebih banyak lagi. Bencana-bencana itu merupakan peristiwa yang besar, namun kematian para ‘ulama merupakan peristiwa yang lebih besar. Sesungguhnya hidup orang alim itu adalah rahmat bagi umat, sedangkan kematiannya agama Islam menyebabkan suatu cacat”. 

Dalamkitab Shahih Al Bukhari dan Al Muslim ad sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibn Amr Ibn al ‘Ash ra. ia berkata: “Aku mendengar dari Rasulullah, beliau besabda: “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabut ilmu tersebut dari manusia, akan tetapi Allah mencabut ilmu dari muka bumiini dengan cara mencabut nyawa orang-orang yang para ulama’, sehingga jika seorang alim sudah tak tersisa, masyarakat mengangkat para pemimpin yang bodoh. Maka ditanyalah pemimpin-pemimpin itu(tentang masalah keagamaan), kemudian mereka memberikan fatwa tanpa berlandaskan ilmu pengetahuan, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain”. 

FASHAL 

Semua hal yang telah disebutkan diatas; yakni keutamaan ilmu dan orang yang memiliki ilmu, hanyalah hak ulama yang mengamalkan ilmunya, berkepribadian baik dan bertakwa yang bertujuan untuk memperoleh keridhaan Allah SWT, dekat dihadapanNyadenganmendapatkan surga yang penuh dengan kenikmatan.Bukanlah orangyang ilmunya dimaksudan untuk tujuan-tujuan duniawi, yakni jabatan, harta benda atau berlomba-lomba memperbanyak pengikut. 

Telah diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mencari ilmu untuk menjatuhkan para ulama’, atau berdebat dengan para ahli fiqh atau bertujuan untuk memalingkan pandangan manusia, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka” (H.R. Al Turmudzi ). 

Dan diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barang siapa mempelajari ilmu yang seharusnya dicari hanya karena Dzat Allah, tetapi bia tidak mempelajarinya kecuali untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkanaroma surgawi”. 

Juga diriwayatkan beliau: “Barang siapa yang mecari ilmu karena selain Allah atau menghendaki Dzat Allah maka, tempatilah tempat duduknya dari api neraka. 

Juga diriwayatkan beliau; “Pada hari kiamatnanti akan didatangkan seorang alim, kemudian ia dilemparkan kedalam api neraka sehingga ususnya terburai keluar dari perutnya, kemudian ia berputar-putar didalam neraka laksana keledeiyang berputar sambil membawa alat penggiling. Kemudian penduduk ahli neraka mengerumuninya sambil bertanya: “Apa yang menyebabkanmu seperti ini?.Ia menjawab: “Aku memerintahkan orang lain agar melakukan kebaikan, tetapiakusendiri tidak melakukannya dan aku melarang orang lain agar tidak melakukan perbuatan yang buruk, sementaraaku sendiri melakukannya”. 

Diriwayatkan dari Bisyr ra.: “Allah memberikan wahyu kepada Nabi Dawud as.:”Janganlah engkau jadikan antara aku dan engkauada seorang yang alim yang terfitnah, sehingga sifat takkaburnya (sombong) menjauhkan dirimu untuk mencintai aku. Mereka itu adalah orang yang pekerjaanya menghadang hamba-hambaku ditengah jalan”. 

Sufyan Al Tsauri ra. berkata: “Ilmu itu dipelajari hanyalah untuk bertaqwa.Kelebihan ilmu atas ilmu yang lain hanya karena ilmu digunakan bertaqwa kepadaAllah SWT. Jika tujuan ini menjadi cacat dan niat orang yang mencari ilmu menjadi rusak, dengan pengertian bahwa ilmu itu digunakanuntuk mencapai perolehanhal-hal duniawi; berupa harta atau jabatan, maka pahala orang yang mencari ilmu itu benar-benar telah terhapus dan ia benar-benar telah dengan kerugian yang amat sangat. 

Al Fudlail bin ‘Iyadl telah berkata:”Para ulama’ yang fasiqdan orang–orang yang hafal Al-Qur’an telah mendatangi aku dan nanti pada hari kiamat mereka akan disiksa terlebih dahulu sebelum disiksanya orang yang menyembah berhala”. 

Al Hasan al Basri telah berkata: ”Siksaan ilmu pengetahuan adalah hati yang mati, kemudian ia ditanya: “Apa yang dimaksud dengan hati yang mati?.Ia menjawab: “Matinya hati adalah mencari harta dunia dengan menggunakan perbuatan-perbuatan akhirat”.
Share:

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan