Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Dr. KH. Abduh Al-Manar, M.Ag.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah. Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

PAUD Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MI Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MTS Al-Iryadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Friday, October 18, 2019

Berkata Yang Baik

Hadits ke 15

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
[رواه البخاري ومسلم]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Pelajaran :
  1. Iman terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari.
  2. Islam menyerukan kepada sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dikalangan individu masyarakat muslim.
  3. Termasuk kesempurnaan iman adalah perkataan yang baik dan diam dari selainnya .
  4. Berlebih-lebihan dalam pembicaraan dapat menyebabkan kehancuran, sedangkan menjaga pembicaraan merupakan jalan keselamatan.
  5. Islam sangat menjaga agar seorang muslim berbicara apa yang bermanfaat dan mencegah perkataan yang diharamkan dalam setiap kondisi.
  6. Tidak memperbanyak pembicaraan yang diperbolehkan, karena hal tersebut dapat menyeret kepada perbuatan yang diharamkan atau yang makruh.
  7. Termasuk kesempurnaan iman adalah menghormati tetangganya dan memperhatikanya serta tidak menyakitinya.
  8. Wajib berbicara saat dibutuhkan, khususnya jika bertujuan menerangkan yang haq dan beramar ma’ruf nahi munkar.
  9. Memuliakan tamu termasuk diantara kemuliaan akhlak dan pertanda komitmennya terhadap syariat Islam.
  10. Anjuran untuk mempergauli orang lain dengan baik.
Share:

Wednesday, October 9, 2019

Bersyukur dan Bertaubat


TAFSIR AL BAQARAH 51 54


وَإِذۡ وَٰعَدۡنَا مُوسَىٰٓ أَرۡبَعِينَ لَيۡلَةٗ ثُمَّ ٱتَّخَذۡتُمُ ٱلۡعِجۡلَ مِنۢ بَعۡدِهِۦ وَأَنتُمۡ ظَٰلِمُونَ ثُمَّ عَفَوۡنَا عَنكُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ وَإِذۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡفُرۡقَانَ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦ يَٰقَوۡمِ إِنَّكُمۡ ظَلَمۡتُمۡ أَنفُسَكُم بِٱتِّخَاذِكُمُ ٱلۡعِجۡلَ فَتُوبُوٓاْ إِلَىٰ بَارِئِكُمۡ فَٱقۡتُلُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ عِندَ بَارِئِكُمۡ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ 
Ayat 51
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.

Setelah Bani Israil selamat dari cengkeraman Firaun, Nabi Musa as menerima perintah meninggalkan kaumnya selama 40 hari pergi ke gunung Tsur untuk mendapatkan tulisan-tulisan Taurat. Namun dalam waktu singkat ini ujian besar menimpa Bani Israel. Seorang lelaki licik bernama Samiri membuat sebuah patung anak sapi dari emas dan permata yang dapat mengeluarkan suara sapi, sehingga membuat takjub dan perhatian orang.
Samiri mengajak orang-orang menyembah patung yang terbuat dari emas dan menakjubkan ini. Kebanyakan orang yang menyaksikan keanehan ini mengikutinya. Dengan perbuatan ini, mereka telah menzalimi diri mereka sendiri yang menyembah anak sapi sebagai ganti menyembah Allah dan menzalimi Musa as. Nabi Musa as yang menanggung sejumlah besar musibah untuk menyelamatkan mereka dariorang-orang Firaun.

Sekembalinya Nabi Musa as dari gunung Tsur, orang-orang menyadari kehinaan perbuatan mereka. Allah dengan segala rahmat-Nya masih mengampuni dosa besar mereka, syirik
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menyendiri untuk sementara waktu bagi para pemimpin ilahi merupakan perbuatan yang baik dengan tujuan beribadah kepada Allah.
2. Angka 40 punya pengaruh dalam menerima ilham atau wahyu ilahi.

Ayat ke 52
Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
Salah satu rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hambanya ialah tidak menghukum mereka lantaran semata-mata melakukan perbuatan dosa. Namun memberi mereka kesempatan, hingga mungkin mereka menyesali perbuatannya dan bertaubat. Pada kejadian ini Allah juga mengampuni dosa syirik Bani Israil dan menyediakan kesempatan agar mereka bersyukur atas nikmat kepemimpinan Musa as.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengingat Hari Kiamat dan jangan menjerumuskan diri dalam dosa lantaran teman atau demi memperoleh harta dan kedudukan.Sebab pada hari itu tidak seorang pun bermanfaat dan tidak satu pun pesan atau wasiat akan diterima, serta kekayaan dan kekuasaan duniawi tidak dapat mencegah siksa Hari Kiamat.
2. Para pemuda adalah sasaran pertama para tirani Firaunisme. Di dunia hari ini pun kekuatan-kekuatan arogan menarik jiwa-raga para pemuda menuju kematian dengan menyebarkan kerusakanmoral. Mereka menjadikan para wanita dan anak perempuan sebagai tawanan syahwatlewat berbagai propaganda mereka di bidang mode pakaian, tas, sepatu dan aneka ragam perlengkapan kecantikan.
3. Kebebasan dari dominasi orang-orang zalim termasuk nikmat Allah yang besar, dan orang-orang mukmin dalam jalan mencapai kebebasan ini harus berusaha. Bila mereka berusaha, Allah pasti menurunkan bantuan-Nya.
4. Para pemimpin ilahi memiliki peran penting dalam memberi petunjuk dan kebahagiaan kepada masyarakat. Jika 40 hari ketiadaan Nabi Musa as menyiapkan kesempatan bagi para penyeleweng untuk menarik orang-orang awam menyembah anak sapi, maka apa jadinya, jika sepanjang sejarah Allah tidak mengutus seorang Nabi pun?

Ayat ke 53
Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.
Kalimat "furqan" berarti pemisahan kebenaran dari kesalahan. Dan oleh karena kita-kitab langit dan mukjizat yang dilakukan oleh para Nabi adalah sumber penjelas kebenaran dan kebatilan, maka semua itu disebut "furqan". Untuk memberi petunjuk kepada umat manusia, Allah mengirim kitab-kitab langit dan para nabi pembimbing, serta mukjizat-mukjizat. Semua ini agar manusia dapat membedakan antara ajaran yang benar dan ajaran yang sesat. Dengan demikian Allah Swt telah menyempurnakan hujahnya atas manusia.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kitab-kitab langit penjelas kebenaran dan tolok ukur yang memisahkan kebenaran dari kebatilan.
2. Hujjah dari Allah sudah lengkap, tapi masyarakat terkadang tidak menerima kebenaran akibat mengikuti hawa nafsu.
3. Tujuan dari diturunkannya kitab-kitab langit adalah memberi petunjuk manusia.

Ayat ke 54
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Ketika Nabi Musa as kembali dari gunung Thur setelah 40 hari, beliau melihat kaumnya menyembah anak sapi. Menyaksikan itu beliau mengingatkan dua hal kepada mereka. Pertama, beliau berkata kepada mereka, "Kalian telah menganiaya diri sendiri dengan perbuatan ini. Kalian telah mengganti Allah dengan anak sapi dengan demikian maka kalian telah menginjak-injak kehormatan serta kemuliaan manusia."
Kedua, beliau berkata, "Dosa yang kalian lakukan lebih besar dari dosa orang kafir.Karena kalian mengetahui kebenaran dan telah beriman kepadanya, kemudian kalian lepaskan ia dan menjadi kafir. Jadi kalian telah murtad sedangkan hukuman bagi orang yang murtad ialah dibunuh. Walaupun Allah adalah manifestasi rahmat dan cinta, tetapi sebagai mana seorang pendidik yang baik dan bermaksud mulia, terkadangDia memberikan peringatan dan hukuman keras. Dengan demikian, diharapkan manusia mengambil pelajaran dan tidak mempermainkan agama, juga membersihkan pengaruh-pengaruh kotor dan buruk dari masyarakat.
Masalah berpaling kepada penyembahan berhala dan penyembahan anak sapi, bukanlah masalah remeh. Untuk itu dosa ini tidak dapat diampunia dengan sekali taubat. Apa lagi yang demikian itu dilakukan oleh orang-orang yang sudah melihat mukjizat dan nikmat yang besar dan telah beriman dengan itu semua.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seorang muballig harus berusaha mempersiapkan masyarakat menerima hukum-hukum ilahi dengan cinta.
2. Perbuatan syirik pada dasarkan menzalimi diri sendiri.
3. Bila argumentasi dan dalil yang dibawakan semakin banyak, kewajiban menjadi lebih berat dan melanggarnya akan mendapat ganjaran yang berbahaya.
4. Hukum orang murtad adalah mati.
5.Kematian dalam rahmat ilahi lebih baik ketimbang hidup dalam laknat ilahi

Share:

Sunday, October 6, 2019

Larangan Tiga Dosa

Hadis ke-14

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنِّي رَسُوْلُ اللهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ : الثَّيِّبُ الزَّانِي، وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِيْنِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ
[رواه البخاري ومسلم]

Terjemah hadis / ترجمة الحديث :
Dari Ibnu Mas’ud radiallahuanhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa saya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) adalah utusan Allah kecuali dengan tiga sebab : Orang tua yang berzina, membunuh orang lain (dengan sengaja), dan meninggalkan agamanya berpisah dari jamaahnya.
(Riwayat Bukhori dan Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadis / الفوائد من الحديث :
  1. Tidak boleh menumpahkan darah kaum muslimin kecuali dengan tiga sebab, yaitu : zina muhshon (orang yang sudah menikah), membunuh manusia dengan sengaja dan meninggalkan agamanya (murtad) berpisah dari jamaah kaum muslimin.
  2. Islam sangat menjaga kehormatan, nyawa dan agama dengan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka yang mengganggunya seperti dengan melakukan zina, pembunuhan dan murtad.
  3. Sesungguhnya agama yang disepakati adalah yang dipegang oleh jamaah kaum muslimin, maka wajib dijaga dan tidak boleh keluar darinya.
  4. Hukum pidana dalam Islam sangat keras, hal itu bertujuan untuk mencegah (preventif) dan melindungi.
  5. Pendidikan bagi masyarakat untuk takut kepada Allah ta’ala dan selalu merasa terawasi oleh-Nya dan keadaan tersembunyi atau terbuka sebelum dilaksanakannya hukuman.
  6. Hadits diatas menunjukkan pentingnya menjaga kehormatan dan kesucian.
  7. Dalam hadits tersebut merupakan ancaman bagi siapa yang membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah ta’ala.
Share:

Thursday, October 3, 2019

Cobaan-Cobaan Bani Israil


Al-Baqarah, ayat 49-50

وَإِذۡ نَجَّيۡنَٰكُم مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ يَسُومُونَكُمۡ سُوٓءَ ٱلۡعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبۡنَآءَكُمۡ وَيَسۡتَحۡيُونَ نِسَآءَكُمۡۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَآءٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَظِيمٞ وَإِذۡ فَرَقۡنَا بِكُمُ ٱلۡبَحۡرَ فَأَنجَيۡنَٰكُمۡ وَأَغۡرَقۡنَآ ءَالَ فِرۡعَوۡنَ وَأَنتُمۡ تَنظُرُونَ 

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kalian dari Fir'aun dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepada kalian siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak kalian yang laki-laki dan membiarkan hidup anak kalian yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhan kalian. Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian, lalu Kami selamatkan kalian dan Kami tenggelamkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan.

Di dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan: Allah Swt. berfirman, "Ingatlah, hai Bani Israil, akan nikmat-Ku yang telah Kulimpahkan kepada kalian, yaitu ketika Kami selamatkan kalian dari Fir'aun dan pengikut-pengikutnya yang telah menimpakan kepada kalian siksaan yang berat-berat." Maksudnya, Aku selamatkan kalian dari mereka, dan Aku luputkan kalian dari tangan kekuasaan mereka, karena kalian mengikut kepada Nabi Musa a.s. Fir'aun dan bala tentaranya di masa lalu mendatangkan dan menguasakan serta menimpakan kepada kalian siksaan yang paling buruk.
Pada mulanya Fir'aun bermimpi tentang hal yang sangat mengejutkan dirinya dan membuatnya ngeri. Dia melihat api keluar dari Baitul Muqaddas, lalu api tersebut memasuki semua rumah orangorang Qibti (Egypt) di negeri Mesir, kecuali rumah-rumah kaum Bard Israil. Takbir mimpi tersebut menyatakan bahwa kelak kerajaan Fir'aun akan lenyap di tangan salah seorang lelaki dari kalangan Bani Israil. Setelah Fir'aun mendapat takbir tersebut, kemudian dilaporkan kepadanya bahwa orang-orang Bani Israil meramalkan akan munculnya seorang lelaki dari kalangan mereka yang kelak akan berkuasa di kalangan mereka dan mengangkat nasib mereka.
Maka pada saat itu juga Fir'aun yang terkutuk itu memerintahkan agar setiap bayi laki-laki yang baru lahir di kalangan Bani Israil harus dibunuh, dan membiarkan hidup bayi-bayi perempuan. Lalu dia memerintahkan pula agar kaum lelaki orang-orang Bani Israil ditugaskan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat lagi hina.
Di dalam ayat ini siksaan ditafsirkan (dijelaskan) dengan penyembelihan bayi-bayi lelaki mereka, sedangkan dalam surat Ibrahim memakai ungkapan ataf, yaitu dalam firman-Nya:
Mereka menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih dan mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian serta membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian. (Ibrahim: 6)

Dalam surat ini lafaz adz-dzabah (penyembelihan) di-'ataf-kan kepada lafaz yasuumuunakum untuk menunjukkan makna berbilangnya nikmat dan pertolongan Allah Swt. kepada kaum Bani Israil.
Fir'aun merupakan isim 'alam untuk nama julukan bagi seorang raja kafir dari bangsa Amaliq dan lain-lainnya (di negeri Mesh). Seperti halnya `Kaisar', isim ‘alam untuk julukan bagi setiap raja yang menguasai negeri Romawi dan Syam yang kafir; dan `Kisra' julukan bagi Raja Persia, `Tubba' julukan bagi raja negeri Yaman yang kafir, `Najasyr’ julukan bagi raja yang menguasai negeri Habsyah, dan `Batalimus' nama julukan bagi Raja India.
Menurut suatu pendapat, nama Fir'aun yang hidup sezaman dengan Nabi Musa a.s. adalah Al-Walid ibnu Mus'ab ibnur Rayyan. Menurut pendapat lainnya bernama Mus'ab ibnur Rayyan, dia termasuk salah seorang keturunan dari Amliq ibnul Aud ibnu barn ibnu Sam ibnu Nuh; sedangkan nama kun-yah-nya ialah Abu Murrah. Ia berasal dari Persia, yaitu dari Istakhar. Apa pun asalnya dia, semoga laknat Allah atas dirinya.
Firman Allah Swt.
Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhan kalian. (Al-Baqarah: 49)
Menurut Ibnu Jarir, makna ayat ialah bahwa apa yang telah Kami lakukan terhadap kalian, yakni Kami selamatkan kakek moyang kalian dari apa yang mengungkung din mereka akibat siksaan Fir'aun dan bala tentaranya, hal tersebut merupakan cobaan besar bagi kalian dari Tuhan. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan nikmat yang besar bagi kalian.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah Swt.:
merupakan cobaan yang besar dari Tuhan kalian. (Al-Baqarah: 49)
Yang dimaksud dengan cobaan ialah nikmat.
Mujahid mengatakan bahwa firman Allah Swt., "Merupakan cobaan yang besar dari Tuhan kalian," artinya nikmat yang besar dari Tuhan kalian.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Abul Aliyah, Abu Malik, dan As-Saddi serta lain-lainnya. Asal makna lafaz al-bala ialah cobaan, tetapi adakalanya cobaan itu ditujukan untuk kebaikan sama halnya dengan keburukan, seperti makna yang terkandung di dalam firmanNya:
Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). (Al-Anbiyaa: 35)
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk agar mereka kembali (kepada kebenaran) (Al-A'raaf: 168)

Ibnu Jarir mengatakan, makna cobaan untuk keburukan kebanyakan dipakai kata balautuhu, abluuhu, balaa-an; sedangkan untuk kebaikan dipakai kata ubliihii, iblai-an, dan balia-an.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud dari firmanNya, "Pada yang demikian itu terdapat cobaan," merupakan isyarat yang ditujukan kepada siksaan yang pemah mereka alami di masa silam, yakni siksaan yang hina, seperti anak-anak lelaki mereka disembelih dan anak-anak perempuan mereka dibiarkan hidup. Al-Qurtubi mengatakan bahwa hal ini merupakan pendapat jumhur ulama. Dikatakannya sesudah dia mengetengahkan pendapat pertama tadi, selanjutnya dia mengatakan bahwa menurut jumhur ulama isyarat ini ditunjukkan kepada penyembelihan dan yang semisal dengannya, sedangkan pengertian bala dalam ayat ini untuk keburukan, yang artinya ialah bahwa peristiwa penyembelihan anak-anak tersebut merupakan hal yang tidak disukai dan sebagai ujian.
Firman Allah Swt.:
Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian, lalu Kami selamatkan kalian dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. (AlBaqarah: 50)
Makna ayat, yaitu: Sesudah Kami selamatkan kalian dari Fir'aun dan bala tentaranya, lalu kalian berangkat bersama Musa a.s., dan Fir'aun pun berangkat pula mengejar kalian, maka Kami belahkan laut buat kalian.
Fa anjainakum, yakni Kami selamatkan kalian dari mereka dan Kami halang-halangi antara kalian dan mereka; lalu Kami tenggelamkan mereka, sedangkan kalian sendiri menyaksikan hal tersebut, agar hati kalian lebih tenang dan lega serta lebih meyakinkan dalam menghina musuh kalian.
Abdur Razzaq meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi sehubungan dengan firman-Nya, "Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian," sampai dengan firman-Nya, "sedangkan kalian menyaksikan." Bahwa tatkala Musa berangkat bersama kaum Bani Israil, beritanya terdengar oleh Fir'aun. Maka Fir'aun berkata, "Janganlah kalian mengejar mereka sebelum ayam berkokok (waktu pagi hari)." Akan tetapi, demi Allah, pada malam itu tiada seekor ayam jago pun yang berkokok hingga pagi hari. Lalu Fir'aun memerintahkan agar didatangkan temak kambing, lalu kambing-kambing itu disembelih. Fir'aun berkata, "Aku tidak akan mengambil hatinya sebelum berkumpul di hadapanku enam ratus ribu orang Ternyatasebelum dia mengambil hati kambing-kambing yang telah disembelih itu telah berkumpul di hadapannya enam ratus ribu orang Qibti.
Ketika Musa sampai di tepi laut, maka berkatalah kepadanya salah seorang dan sahabatnya yang dikenal dengan nama Yusya' ibnu Nun, "Manakah perintah Tuhanmu?" Musa berkata, "Di hadapanmu," seraya mengisyaratkan ke arah laut. Lalu Yusya' ibnu Nun memacu kudanya ke arah laut hingga sampai di tempat yang besar ombaknya, kemudian ombak menepikannya dan is kembali (ke tepi), lalu bertanya lagi, "Manakah perintah Tuhanmu, hai Musa? Demi Allah, engkau tidaklah berdusta, tidak pula didustakan." Yusya' ibnu Nun melakukan hal tersebut sebanyak tiga kali. Kemudian Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Musa dan memerintahkan kepadanya agar memukul laut dengan tongkatnya. Musa a.s. memukulkan tongkatnya, ternyata laut terbelah, dan tersebutlah bahwa setiap belahan itu pemandangannya sama dengan bukit yang besar.
Kemudian Musa berjalan bersama orang-orang yang mengikutinya, lalu Fir'aun dan bala tentaranya mengejar mereka melalui jalan yang telah ditempuh mereka. Tetapi ketika Fir'aun dan semua bala tentaranya telah masuk ke laut, maka Allah menenggelamkan mereka dengan menangkupkan kembali laut atas diri mereka. Karena itu, disebutkan di dalam firman-Nya:
Dan Kami tenggelamkan Fir'aun dan para pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah: 50)
Hal yang sama dikatakan pula oleh bukan hanya seorang ulama Salaf, seperti yang akan dijelaskan nanti pada tempatnya.
Di dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa hari tersebut adalah hari yang jatuh dalam bulan Asyura. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Warii, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abdullah ibnu Sa'id ibnu Jubair, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang menceritakan hadis berikut:
Rasulullah Saw. tiba di Madinah dan beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa pada hari Asyura. Maka beliau bersabda, "Hari apakah sekarang yang kalian melakukan puasa padanya?" Mereka menjawab, "Ini adalah hari yang balk, ini adalah hari ketika Allah Sm. menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa melakukan puasa padanya." Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian." Kemudian Rasulullah Saw. puasa dan memerintahkan (para sahabat) agar melakukan puasa di hari itu.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur periwayatan dari Ayub As-Sukhtiyani dengan lafaz yang semisal.
Abu Ya'la Al-Mausuli meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi', telah menceritakan kepada kami Salam (yakni Ibnu Sulaim), dari Zaid Al-Ama, dari Yazid Ar-Raqqasyi, dari Anas r.a. yang menceritakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
Allah membelah laut bagi kaum Bani Israil pada hari Asyura.

Share:

Wednesday, October 2, 2019

Saling Mencintai

Hadis ke-13

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى  اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه
[رواه البخاري ومسلم]

Terjemah hadis :
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
(Riwayat Bukhori dan Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadis / الفوائد من الحديث :
  1. Seorang mu’min dengan mu’min yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri.
  2. Menjauhkan perbuatan hasad (dengki) dan bahwa hal tersebut bertentangan dengan kesempurnaan iman.
  3. Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
  4. Anjuran untuk menyatukan hati.
Share:

Tuesday, October 1, 2019

Ingatlah Nikmatku


SURAT AL-BAQARAH AYAT 47-48

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada  kalian dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kalian atas penduduk dunia. (QS. Al-Baqarah : 47)

Ayat ini ditafsirkn dengan sangat singkat dalam tafsir Jalalain sebagai berikut : (Hai Bani Israel! Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian), yaitu dengan cara mensyukurinya dengan jalan menaati-Ku, (dan ingatlah pula bahwa Aku telah melebihkan kalian) maksudnya melebihkan kepada nenek moyang kalian (atas penduduk dunia) maksudnya penduduk dunia di zamannya.[1]
Awal ayat berbunyi : يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ  (Hai Bani Israil). Kata “Israiil” berasal dari bahasa Ibrani, yang terdiri dari dua kata, yaitu Isra  (إسرا) artinya “Abdu”, dan Iil (إيل), artinya “Allah”.[2] Jadi, Israil artinya adalah Abdullah. Dan yang dimaksud dengan Israil adalah Nabi Ya’qub.[3] Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya'qub; sekarang terkenal dengan bangsa Yahudi.
 Pada ayat sebelumnya, yaitu surat Al-Baqarah ayat 40, mereka telah dipanggil dengan panggilan “Bani Israil” (keturunan Nabi Ya'qub). Dan pada ayat 47 ini, mereka dipanggil lagi dengan panggilan yang sama, panggilan yang terhormat, yaitu “Bani Israil”. Dengan menyebut nama nenek­ moyang mereka yang mulia itu, nama kehormatan yang dianugerahkan oleh Allah kepada Nabi Ya'qub, Allah mengajarkan kepada kita agar memanggil orang lain dengan panggillan nama yang disenangi orang yang dipanggilnya.
Pertengahan  ayat berbunyi : اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ  (ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada  kalian). Dalam pertengahan ayat ini terdapat seruan kepada Bani Israil, yaitu  anak cucu keturunan Nabi Yakub. Isi seruannya ialah : “Ingatlah kalian akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian”. Nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka, antara lain berupa pengutusan para Rasul dari kalangan mereka sendiri, penurunan kitab-kitab kepada mereka, penyelamatan mereka dari kekejaman Fir’aun, memancarkan sumber mata air, memberikan makanan mana dan salwa,[4] dan lain-lain, yaitu agar mereka mensyukurinya dengan jalan taat kepada Allah. Dan nikmat yang dimaksudkan sebenarnya adalah mencakup semua nikmat yang diberikan Allah kepada mereka, dan sebagian dari nikmat tersebut diabadikan dalam surat Al-Baqarah ayat 49 sebagai berikut :
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ
(Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kalian dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepada kalian siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anak kalian yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anak kalian yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhan kalian. (QS. Al-Baqarah : 49)
Allah mengingatkan kepada Bani Israil, terutama yang hidup pada zaman Nabi Muhammad saw, begitu juga kepada generasi sesudahnya, akan nikmat-nikmat Allah, untuk kesekian kalinya, agar semakin banyak orang atau kelompok yang mengingat nikmat Allah itu. Dengan demikian akan semakin mendorong mereka untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Point yang sangat penting untuk diungkap, adalah karena masih banyak dari kita yang tidak bersyukur, kufur nikmat, padahal bila bersyukur, nikmat itu akan ditambah oleh Allah, sebagaimana dalam firmanny:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan kalian memaklumkan; Sungguh jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim : 7)
kalau kita mau melihat dan merenungi nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita,  seperti kesehatan, kecukupan dalam harta, keluarga yang sehat, dan lain sebagainya, tentunya kita tidak akan pernah merasa iri apalagi dengki dengan nikmat yang didapat oleh saudara-saudara kita.  Dalam suatu hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah disebutkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:  إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ. (رواه البخاري :   6009– صحيح البخاري – المكتبة الشاملة)
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw, beliau bersabda : Jika salah satu dari kalian melihat orang lain yang mempunyai kelebihan harta dan fisik, maka hendaknya dia segera melihat orang yang lebih rendah dari dirinya (dalam harta dan fisik). (HR Bukhari : 6009, Shahih Bukkhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah).
Akhir ayat berbunyi :  وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ  (Sesungguhnya Aku telah melebihkan kalian atas penduduk dunia). Allah mengingatkan Bani Israil akan keutamaan yang telah diberikan kepada mereka berupa diutamakannya mereka atas umat-umat lain pada zaman mereka, sebagaimana firman Allah :
وَلَقَدِ اخْتَرْنَاهُمْ عَلَى عِلْمٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
Dan sungguh telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan (Kami) atas bangsa-bangsa. (QS. Ad-Dukhan : 32).  Maksudnya : Bangsa-bangsa yang ada pada masa mereka itu.
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآَتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: `Wahai kaumku, ingatlah nikmat Allah yang diberikan kepada kalian ketika Dia mengangkat Nabi-Nabi di antara kalian dan dijadikan-Nya kalian orang-orang yang merdeka serta Dia berikan kepada kalian apa yang belum pernah Dia berikan kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain. (QS. Al-Maidah: 20).
Keunggulan mereka (Bani Israil) itu diwujudkan melalui kekuasaan, pengutusan para Rasul dan penurunan kitab-kitab Allah kepada umat-umat pada zaman tersebut, karena setiap zaman memiliki umat. Ayat di atas harus ditafsirkan seperti ini, karena umat Islam lebih unggul daripada Bani Israil. (Diriwayatkan oleh Abu Ja’far Ar-Razi, dari Rabi’ bin Anas, dari Abu Al-Aliyah). [5] Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imraan ayat 110 yang ditujukan kepada umat Islam :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imraan: 110).
Rasulullah saw bersabda :
حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنِ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ حَكِيمِ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : وَأَنْتُمْ تُوفُونَ سَبْعِينَ أُمَّةً أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى. (رواه أحمد: - 19164 - مسند أحمد – المكتبة الشاملة)
Dari Hakim bin Mu’awiyah, dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw bersabda : Kalian sebanding dengan tujuh puluh umat, kalian adalah umat yang terbaik dan paling mulia menurut Allah Tabaaraka Wa Ta’aalaa . (HR Ahmad: 19164, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah).
[1]. Baca tafsir  Jalalain, Al-Maktabah Asy-Syamilah,  juz 1, hal. 53
[2]. Baca tafsir  Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah,  juz 1, hal. 553
[3].  Baca tafsir  Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah,  juz 1, hal. 241
[4].  Baca tafsir  Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah,  juz 1, hal. 555 - 556
[5]. Baca tafsir  Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah,  juz 1, hal. 255

Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 48
وَاتَّقُوا يَوْمًا لَّا تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ

Dan jagalah diri kalian dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun, dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong.

Tafsir Ibnu Katsir:
Setelah Allah Swt. mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada mereka pada ayat pertama, kemudian hal itu diiringi dengan peringatan yang menyatakan akan kekuasaan pembalasan Allah terhadap mereka kelak di hari kiamat. Untuk itu Allah Swt. berfirman, "Dan jagalah diri kalian dari (siksa) pada hari kiamat." Kemudian disebutkan pada ayat selanjutnya, "(yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain walau sedikit pun," yakni tiada seorang pun yang dapat menolong orang lain. Makna ayat ini sama dengan ayat lain yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Al-An' am: 164)
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. (Abasa: 37)
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. (Luqman: 33)
Hal ini merupakan kedudukan paling jelas, mengingat disebutkan bahwa seorang ayah dan anaknya masing-masing dari kedua belah pihak tidak dapat menolong pihak yang lain barang sedikit pun.

Share:

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan