SURAT AL-BAQARAH AYAT 47-48
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ
الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ
Hai Bani Israil, ingatlah akan
nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada
kalian dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kalian atas
penduduk dunia. (QS. Al-Baqarah : 47)
Ayat ini ditafsirkn dengan sangat
singkat dalam tafsir Jalalain sebagai berikut : (Hai Bani Israel! Ingatlah akan
nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian), yaitu dengan cara
mensyukurinya dengan jalan menaati-Ku, (dan ingatlah pula bahwa Aku telah
melebihkan kalian) maksudnya melebihkan kepada nenek moyang kalian (atas
penduduk dunia) maksudnya penduduk dunia di zamannya.[1]
Awal ayat berbunyi : يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ (Hai Bani Israil). Kata “Israiil” berasal
dari bahasa Ibrani, yang terdiri dari dua kata, yaitu Isra (إسرا)
artinya “Abdu”, dan Iil (إيل), artinya “Allah”.[2]
Jadi, Israil artinya adalah Abdullah. Dan yang dimaksud dengan Israil adalah
Nabi Ya’qub.[3] Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya'qub; sekarang terkenal
dengan bangsa Yahudi.
Pada ayat sebelumnya, yaitu surat Al-Baqarah
ayat 40, mereka telah dipanggil dengan panggilan “Bani Israil” (keturunan Nabi
Ya'qub). Dan pada ayat 47 ini, mereka dipanggil lagi dengan panggilan yang
sama, panggilan yang terhormat, yaitu “Bani Israil”. Dengan menyebut nama
nenek moyang mereka yang mulia itu, nama kehormatan yang dianugerahkan oleh
Allah kepada Nabi Ya'qub, Allah mengajarkan kepada kita agar memanggil orang
lain dengan panggillan nama yang disenangi orang yang dipanggilnya.
Pertengahan ayat berbunyi : اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ (ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku
anugerahkan kepada kalian). Dalam
pertengahan ayat ini terdapat seruan kepada Bani Israil, yaitu anak cucu keturunan Nabi Yakub. Isi seruannya
ialah : “Ingatlah kalian akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada
kalian”. Nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka, antara lain berupa pengutusan
para Rasul dari kalangan mereka sendiri, penurunan kitab-kitab kepada mereka,
penyelamatan mereka dari kekejaman Fir’aun, memancarkan sumber mata air,
memberikan makanan mana dan salwa,[4] dan lain-lain, yaitu agar mereka
mensyukurinya dengan jalan taat kepada Allah. Dan nikmat yang dimaksudkan
sebenarnya adalah mencakup semua nikmat yang diberikan Allah kepada mereka, dan
sebagian dari nikmat tersebut diabadikan dalam surat Al-Baqarah ayat 49 sebagai
berikut :
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ
يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ
وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ
(Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kalian dari (Fir'aun)
dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepada kalian siksaan yang
seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anak kalian yang laki-laki dan
membiarkan hidup anak-anak kalian yang perempuan. Dan pada yang demikian itu
terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhan kalian. (QS. Al-Baqarah : 49)
Allah mengingatkan kepada Bani Israil, terutama yang hidup
pada zaman Nabi Muhammad saw, begitu juga kepada generasi sesudahnya, akan
nikmat-nikmat Allah, untuk kesekian kalinya, agar semakin banyak orang atau
kelompok yang mengingat nikmat Allah itu. Dengan demikian akan semakin
mendorong mereka untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Point yang sangat penting untuk diungkap, adalah karena masih
banyak dari kita yang tidak bersyukur, kufur nikmat, padahal bila bersyukur,
nikmat itu akan ditambah oleh Allah, sebagaimana dalam firmanny:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan kalian memaklumkan;
Sungguh jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian,
dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih. (QS. Ibrahim : 7)
kalau kita mau melihat dan merenungi nikmat-nikmat Allah
yang diberikan kepada kita, seperti
kesehatan, kecukupan dalam harta, keluarga yang sehat, dan lain sebagainya,
tentunya kita tidak akan pernah merasa iri apalagi dengki dengan nikmat yang
didapat oleh saudara-saudara kita. Dalam
suatu hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah disebutkan bahwasanya
Rasulullah saw bersabda :
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي
مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ
فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ. (رواه البخاري
: 6009– صحيح البخاري – المكتبة الشاملة)
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw, beliau bersabda :
Jika salah satu dari kalian melihat orang lain yang mempunyai kelebihan harta
dan fisik, maka hendaknya dia segera melihat orang yang lebih rendah dari
dirinya (dalam harta dan fisik). (HR Bukhari : 6009, Shahih Bukkhari,
Al-Maktabah Asy-Syamilah).
Akhir ayat berbunyi :
وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (Sesungguhnya Aku telah melebihkan kalian
atas penduduk dunia). Allah mengingatkan Bani Israil akan keutamaan yang telah
diberikan kepada mereka berupa diutamakannya mereka atas umat-umat lain pada
zaman mereka, sebagaimana firman Allah :
وَلَقَدِ اخْتَرْنَاهُمْ عَلَى عِلْمٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
Dan sungguh telah Kami pilih mereka dengan pengetahuan
(Kami) atas bangsa-bangsa. (QS. Ad-Dukhan : 32). Maksudnya : Bangsa-bangsa yang ada pada masa
mereka itu.
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآَتَاكُمْ مَا
لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ
Dan ingatlah ketika Musa berkata
kepada kaumnya: `Wahai kaumku, ingatlah nikmat Allah yang diberikan kepada
kalian ketika Dia mengangkat Nabi-Nabi di antara kalian dan dijadikan-Nya
kalian orang-orang yang merdeka serta Dia berikan kepada kalian apa yang belum
pernah Dia berikan kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain. (QS.
Al-Maidah: 20).
Keunggulan mereka (Bani Israil)
itu diwujudkan melalui kekuasaan, pengutusan para Rasul dan penurunan
kitab-kitab Allah kepada umat-umat pada zaman tersebut, karena setiap zaman
memiliki umat. Ayat di atas harus ditafsirkan seperti ini, karena umat Islam
lebih unggul daripada Bani Israil. (Diriwayatkan oleh Abu Ja’far Ar-Razi, dari
Rabi’ bin Anas, dari Abu Al-Aliyah). [5] Hal tersebut sebagaimana firman Allah
dalam surat Ali Imraan ayat 110 yang ditujukan kepada umat Islam :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَلَوْ آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ
الْفَاسِقُونَ
Kalian adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imraan: 110).
Rasulullah saw bersabda :
حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ
بْنُ سَلَمَةَ عَنِ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ حَكِيمِ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : وَأَنْتُمْ تُوفُونَ سَبْعِينَ
أُمَّةً أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى. (رواه
أحمد: - 19164 - مسند أحمد – المكتبة الشاملة)
Dari Hakim bin Mu’awiyah, dari
ayahnya, bahwa Rasulullah saw bersabda : Kalian sebanding dengan tujuh puluh
umat, kalian adalah umat yang terbaik dan paling mulia menurut Allah Tabaaraka
Wa Ta’aalaa . (HR Ahmad: 19164, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah).
[1]. Baca tafsir
Jalalain, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
juz 1, hal. 53
[2]. Baca tafsir
Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
juz 1, hal. 553
[3]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 241
[4]. Baca tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 555 - 556
[5]. Baca tafsir Ibnu
Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1,
hal. 255
Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 48
وَاتَّقُوا يَوْمًا لَّا تَجْزِي نَفْسٌ
عَن نَّفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ
وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ
Dan jagalah diri kalian dari
(azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang
lain, walau sedikit pun, dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan
darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong.
Tafsir Ibnu Katsir:
Setelah Allah Swt. mengingatkan
mereka akan nikmat-nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada mereka pada ayat
pertama, kemudian hal itu diiringi dengan peringatan yang menyatakan akan kekuasaan
pembalasan Allah terhadap mereka kelak di hari kiamat. Untuk itu Allah Swt.
berfirman, "Dan jagalah diri kalian dari (siksa) pada hari kiamat."
Kemudian disebutkan pada ayat selanjutnya, "(yang pada hari itu) seseorang
tidak dapat membela orang lain walau sedikit pun," yakni tiada seorang pun
yang dapat menolong orang lain. Makna ayat ini sama dengan ayat lain yang
dinyatakan di dalam firman-Nya:
Dan seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain. (Al-An' am: 164)
Setiap orang dari mereka pada
hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. (Abasa: 37)
Hai manusia, bertakwalah kepada
Tuhan kalian dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak
dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit
pun. (Luqman: 33)
Hal ini merupakan kedudukan
paling jelas, mengingat disebutkan bahwa seorang ayah dan anaknya masing-masing
dari kedua belah pihak tidak dapat menolong pihak yang lain barang sedikit pun.