Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Monday, September 16, 2019

Penuhi Segala Janji


Di dalam Tafsir As-Sa’di Surat al-Baqarah ayat 40-43 : Allah Subhanahu wa Ta’ala mulai mengingatkan bani Israil akan nikmat-nikmat-Nya terhadap mereka dan anugerah-anugerah-Nya atas mereka seraya berfirman:
يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِيَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِيٓ أُوفِ بِعَهۡدِكُمۡ وَإِيَّٰيَ فَٱرۡهَبُونِ وَءَامِنُواْ بِمَآ أَنزَلۡتُ مُصَدِّقٗا لِّمَا مَعَكُمۡ وَلَا تَكُونُوٓاْ أَوَّلَ كَافِرِۢ بِهِۦۖ وَلَا تَشۡتَرُواْ بَِٔايَٰتِي ثَمَنٗا قَلِيلٗا وَإِيَّٰيَ فَٱتَّقُونِ وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرۡكَعُواْ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ 
Hai Bani Israil ingatlah akan ni’mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut [tunduk]. (40) Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan [Al Qur’an] yang membenarkan apa yang ada padamu [Taurat], dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. (41) Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui. (42) Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’. (43)

Tafsir ayat: 40.  يَـٰبَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ “Hai bani Israil” yang dimaksud dengan Israil adalah Ya’kub ‘alaihis salam, titah (khitbah) ini ditujukan kepada sekelompok dari bani Israil, yang berada di Madinah dan sekitarnya, termasuk di dalamnya orang-orang yang datang setelahnya, lalu Allah memerintahkan kepada mereka dengan suatu perintah yang bersifat umum seraya berfirman, ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِىَ ٱلَّتِىٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ “Ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepadamu” adalah termasuk di dalamnya seluruh nikmat-nikmat yang akan  disebutkan dalam surat ini sebagiannya, dan yang dimaksudkan dengan mengingatnya dengan hati adalah adanya pengakuan dan dengan lisan adanya pujian dan dengan anggota tubuh adalah dengan menggunakannya kepada hal-hal yang disukai oleh Allah dan diridhaiNya. وَأَوۡفُواْ بِعَہۡدِىٓ “Dan penuhilah janjimu kepadaKu” maksudnya, penuhilah sesuatu yang diamanatkanNya kepada mereka, berupa amanat iman kepadaNya, kepada Rasul-rasulNya dan menegakkan syariatNya. أُوفِ بِعَهۡدِكُمۡ “Niscaya Aku penuhi janjiKu kepadamu”, maksudnya Allah memberikan ganjaran akan hal tersebut, dan yang dimaksud dengan hal itu adalah apa yang disebutkan oleh Allah dalam firmanNya:

وَلَقَدۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَـٰقَ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ وَبَعَثۡنَا مِنۡهُمُ ٱثۡنَىۡ عَشَرَ نَقِيبً۬ا‌ۖ وَقَالَ ٱللَّهُ إِنِّى مَعَڪُمۡ‌ۖ لَٮِٕنۡ أَقَمۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَيۡتُمُ ٱلزَّڪَوٰةَ وَءَامَنتُم بِرُسُلِى وَعَزَّرۡتُمُوهُمۡ وَأَقۡرَضۡتُمُ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنً۬ا لَّأُڪَفِّرَنَّ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَلَأُدۡخِلَنَّڪُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ‌ۚ فَمَن ڪَفَرَ بَعۡدَ ذَٲلِكَ مِنڪُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian [dari] Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”. (Al-Maidah: 12)
Kemudian Allah memerintahkan mereka dengan sebab yang mendorong mereka untuk menunaikan janjinya yaitu rahbah (takut disebabkan amal) dariNya dan khasyyah (takut disebabkan ma’rifah) kepadaNya Subhanahu wa Ta’ala semata, karena sesungguhnya orang yang khasyyah kepadaNya pastilah khasyyah itu akan mendorongnya untuk mentaati perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kemudian Allah memerintahkan kepada mereka dengan suatu perintah yang bersifat khusus  yang mana keimanan mereka tidak akan sempurna dan tidak akan benar kecuali dengannya
Allah berfirman, ayat 41.  وَءَامِنُواْ بِمَآ أَنزَلۡتُ “Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan”, maksudnya al-Qur’an, yang Allah turunkan kepada hamba dan RasulNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Allah memerintahkan mereka untuk beriman kepadanya dan mengikutinya. Hal ini mengharuskan keimanan kepada seseorang yang kitab tersebut dirueunkan kepadanya, dan Allah menyebutkan pendorong dalam keimanan mereka, seraya berfirman, مُصَدِّقً۬ا لِّمَا مَعَكُمۡ “Yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat)” maksudnya, kitab yang sesuai dengna kitab yang berada di sisimu, tidak berbeda dan tidak pula bertentangan, lalu apabila ia sesuai dengan apa yang ada pada kalian yang tidak berbeda dengannya, maka tidaklah ada penghalang bagi kalian untuk beriman kepadanya, karena ia membawa ajaran yang dibawa oleh para rasul, dan kalian lebih patut beriman kepadanya dan mempercayainya, karena kalian adalah ahli kitab dan ahli ilmu.
Dan juga dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, مُصَدِّقً۬ا لِّمَا مَعَكُمۡ “yang membenarkan (Taurat) yang ada padamu” sebagai sebuah isyarat bahwa bila kalian tidak beriman kepadanya maka itu akan kembali kepada kalian sendiri dengan pendustaan kalian terhadap apa yang ada pada kalian, karena ajaran yang dibawa kitab tersebut adalah sama dengan ajaran yang dibawa oleh Musa, Isa, dan lain-lainnya dari para Nabi, maka pendustaan kalian terhadapnya adalah pendustaan kalian terhadap apa yang ada pada kalian.

Demikian juga sesungguhnya dalam kitab yang ada pada kalian ada berita tentang Nabi yang membawa al-Qur’an dan kabar gembira dengannya. Dan apabila kalian tidak beriman kepadanya niscaya kalian telah mendustai  sebagian yang telah  turun kepada kalian, padahal orang yang mendustai sebagian yang diturunkan kepadanya maka dia telah mendustai seluruhnya sebagaimana orang yang mendustai seorang Rasul, maka dia telah mendustai para Rasul seluruhnya. Dan ketika Allah memerintahkan kepada mereka untuk beriman kepadanya, Dia melarang dan mengingatkan mereka dari kebalikannya yaitu kafir terhadapnya, 

Allah berfirman, وَلَا تَكُونُوٓاْ أَوَّلَ كَافِرِۭ بِهِۦ‌ۖ “Dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya” maksudnya kafir kepada Rasul dan al-Qur’an. Dan dalam firmanNya, أَوَّلَ كَافِرِۭ بِهِۦ‌ۖ “Orang yang pertama kafir kepadanya”, statemen ini lebih kuat daripada firmanNya, “dan janganlah kalian kafir kepadanya.” Karena apabila mereka pertama kafir kepadanya maka dalam hal itu penyegeraan mereka dalam kafir kepadanya adalah suatu tindakan yang sebaliknya yang seharusnya mereka lakukan, sehingga dosa-dosa mereka dan dosa orang-orang setelahnya yang mengikuti mereka terlimpahkan kepada mereka.
Kemudian Allah menyebutkan tentang penghalang bagi mereka dari keimanan yaitu memilih penawaran yang paling rendah daripada kebahagiaan yang abadi seraya berfirman, وَلَا تَشۡتَرُواْ بِـَٔايَـٰتِى ثَمَنً۬ا قَلِيلاً۬  “Dan jangnlah kamu menukarkan ayat-ayatKu dengan harga yang rendah.” Maksudnya, kedudukan dan penghidupan  yang mereka peroleh dimana mereka mengira itu semua akan lenyap jika mereka beriman kepada Allah dan RasulNya, maka mereka menukarkan hal itu dengan ayat-ayat Allah, mereka menyukainya dan mendahulukannya. وَإِيَّـٰىَ “Dan hanya kepada Akulah” maksudnya tidak kepada selainKu (Allah, -ed), فَٱتَّقُونِ  “kamu harus bertakwa” karena kalian bila bertakwa kepada Allah semata, niscaya ketakwaan kalian itu mendorong kalian untuk mendahulukan keimanan kepada ayat-ayatNya daripada penawaran yang rendah itu, sebagaimana juga bila kalian memilih penawaran yang rendah itu, maka hal itu adalah bukti penunjuk akan hilangnya ketakwaan dalam hati kalian,

kemudian Allah berfirman ayat 42. وَلَا تَلۡبِسُواْ “Dan janganlah kamu campur adukkan” yaitu membuat tumpang tindih,  ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ “yang haq dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu.” Dia melarang mereka dari dua hal, dari mencampur antara yang haq dengan yang batil dan menyembunyikan yang haq, karena sasaran dari ahli kitab dan ahli ilmu adalah membedakan antara yang haq dari yang batil dan menampakkan yang haq itu agar orang-orang yang ingin mendapatkan petunjuk darinya dapat mengambil petunjuk darinya, orang-orang yang sesat dapat kembali sadar, dan tegaknya dalil atas orang-orang yang mengingkarinya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan ayat-ayatNya dan menerangkan keterangan-keteranganNya untuk membedakan yang haq dari yang batil dan agar jelas jalan orang-orang yang mengambil petunjuk dari jalan orang-orang yang mengingkari. Maka niscaya dia tergolong dari para khalifah Rasul dan pemberi petunjuk bagi umat, dan barangsiapa mencampuradukkan yang haq dengan yang batil dan ia tahu akan hal itu lalu ia menyembunyikan yang haq yang ia tahu padahal ia diperintahkan untuk menampakkannya, maka ia tergolong pada penyeru-penyeru kepada Neraka Jahannam, karena manusia tidaklah akan mencontoh siapa pun dalam urusan agama mereka kecuali kepada para ulama mereka. Nah, pilihlah bagi diri kalian salah satu dari kedua kondisi tersebut.

Pada ayat 43. kemudian Allah berfirman, وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ “Dan dirikanlah shalat” yaitu secara lahir maupun batin, وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ “Dan tunaikanlah zakat” terhadap orang-orang yang berhak menerimanya, وَٱرۡكَعُواْ مَعَ ٱلرَّٲكِعِينَ “Dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”, maksudnya shalatlah beserta orang-orang yang shalat karena bila kalian melakukan hal itu dengan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dan ayat-ayatNya maka sesungguhnya kalian telah menyatukan antara perbuatan-perbuatan yang lahir dan yang batin, dan antara keikhlasan kepada Allah dan berbuat baik kepada hamba-hambaNya, dan antara ibadah-ibadah hati, tubuh dan harta. Dan firmanNya وَٱرۡكَعُواْ مَعَ ٱلرَّٲكِعِينَ  “Dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’” maksudnya  shalatlah bersama orang-orang yang shalat, dalam hal ini ada suatu perintah untuk shalat berjamaah dan kewajibannya. Dan bahwasanya ruku’ itu merupakan rukun di antara rukun-rukun shalat, karena Allah telah menyebutkan shalat dengan kata ruku’. Sedangkan mengungkapkan suatu ibadah dengan kata yang merupakan bagian darinya adalah menunjukkan kepada wajibnya hal itu padanya.

BAHAN BACAAN :
Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Manan, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah yang diterjemahkan oleh Muhammad Iqbal, et al; Pustaka Sahifa,  Cetakan Pertama, Dzulhijjah 1427 H

Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan