Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Dr. KH. Abduh Al-Manar, M.Ag.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah. Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

PAUD Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MI Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MTS Al-Iryadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Thursday, June 27, 2019

Allah Mengajarkan Taubat


Surat Al-Baqarah ayat 37
فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Di dalam Tafsir Ibn Katsir: Menurut suatu pendapat, ayat ini merupakan tafsir dan penjelasan dari ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al-A'raaf: 23)

Hal ini diriwayatkan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, Al-Hasan, Qatadah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Khalid ibnu Ma'dan, Ata Al-Khurrasani, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Abu Ishaq As-Subai'i meriwayatkan dari seorang lelaki Bani Tamim yang menceritakan bahwa ia pernah datang kepada Ibnu Abbas, lalu bertanya kepadanya, "Kalimat-kalimat apakah yang diberikan kepada Adam oleh Tuhannya?" Ia menjawab, "Ilmu mengenai ibadah haji."

Sufyan M-Sauri meriwayatkan dari Abdul Aziz ibnu Raf i yang mengatakan bahwa ia telah menerima riwayat ini dari seorang yang pemah mendengar dari Ubaid ibnu Umair. Riwayat lain menyebutkan, telah menceritakan kepadaku Mujahid, dari Ubaid ibnu Umar yang mengatakan bahwa Adam berkata, "Wahai Tuhanku, dosa yang telah kulakukan itu merupakan suatu hal yang telah Engkau pastikan terhadap diriku sebelum Engkau menciptakan diriku, atau sesuatu yang aku buat-buat dari diriku sendiri." Allah berfirman, "Tidak, bahkan itu adalah sesuatu yang Aku takdirkan atas dirimu sebelum kamu diciptakan." Adam berkata, "Maka sebagaimana Engkau telah memastikannya atas diriku, karenanya ampunilah diriku ini." Ubaid ibnu Umair mengatakan bahwa yang demikian itulah makna dari firmanNya: Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. (Al-Baqarah: 37)

As-Saddi meriwayatkan dari orang yang menerimanya dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 37)
Disebutkan bahwa Adam a.s. berkata, "Wahai Tuhanku, bukankah Engkau telah menciptakan diriku dengan tangan kekuasaan-Mu sendiri?" Dikatakan kepadanya, "Memang benar." Adam berkata,
Engkau telah meniupkan sebagian dari roh (ciptaan)-Mu kepadaku?" Dikatakan kepadanya, "Memang benar." Adam berkata, "Dan ketika aku bersin, Engkau mengucapkan, "Semoga Allah merahmatimu.' Dan rahmat-Mu selalu mendahului murka-Mu?" Dikatakan kepadanya, "Memang benar." Adam berkata, "Dan Engkau telah memastikan terhadap diriku bahwa aku akan melakukan hal ini?" Dikatakan kepadanya, "Memang benar." Adam berkata, "Bagaimanakah pendapat-Mu jika aku bertobat? Apakah Engkau akan mengembalikan diriku ke dalam surga?" Allah menjawab, "Ya."
Hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Al-Aufi, Sa'id ibnu Jubair, dan Sa'id ibnu Ma'bad, dari Ibnu Abbas. Mar ini diriwayatkan pula oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadis Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas. Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini berpredikat sahih, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya. Demikian penafsiran As-Saddi dan Atiyyah Al-Aufi.

Ibnu Abu Hatim dalam bab ini telah meriwayatkan sebuah hadis yang serupa dengan hadis ini. Untuk itu dia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnu Isykab, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Asim, dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Ubay ibnu Ka'b, bahwa Rasulullah Saw pemah bersabda:
Adam a.s. berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimanakah jika aku bertobat dan kembali? Apakah Engkau akan mengembalikan diriku ke surga?" Allah menjawab, "Ya." Yang demikian itulah makna firman-Nya, "Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya."
Hadis ini berpredikat garib ditinjau dari sanad ini, di dalamnya terdapat inqita.
Abu Ja'far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. (Al-Baqarah: 37)

Disebutkan bahwa sesungguhnya setelah melakukan kesalahan, Adam berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimanakah jika aku bertobat dan memperbaiki diriku?" Allah berfirman, "Kalau begitu, Aku akan memasukkan kamu ke surga." Hal inilah yang dimaksudkan dengan pengertian `beberapa kalimat'. Termasuk ke dalam pengertian `beberapa kalimat' ialah perkataan Adam yang disitir oleh firman-Nya:
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri; dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Al-A'raaf: 23)

Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid yang mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan `beberapa kalimat ialah seperti berikut:
Ya Allah, tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Engkau, Mahasuci Engkau dengan memuji kepada-Mu. Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, maka berilah ampun bagi diriku, sesungguhnya Engkau sebaik-baik penerima tobat. Ya Allah, tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Engkau, Mahasuci Engkau dengan memuji kepada-Mu. Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, maka rahmatilah diriku, sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemberi rahmat. Ya Allah, tidak ada Tuhan yang wajib disembah se-lain Engkau, Mahasuci Engkau dengan memuji kepada-Mu, wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, maka berilah ampunan kepadaku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Firman Allah Swt.: Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 37)
Yakni sesungguhnya Dia menerima tobat orang yang bertobat dan kembali kepada-Nya. Makna ayat ini sama dengan makna yang terdapat di dalam firman-Nya:
Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya. (At-Taubah: 104)
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian is mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisaa: 110)
Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (Al-Furqaan: 71)

Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah Swt. mengampuni semua dosa dan menerima tobat orang yang bertobat. Dcmikianlah sebagian dari kelembutan Allah kepada makhluk-Nya dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya; tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

Share:

Tuesday, June 25, 2019

Tergoda Syaitan



Surat Al-Baqarah  Ayat 36
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari Keadaan semula dan Kami berfirman : "Turunlah kamu sekalian! sebagian kamu sekalian menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu sekalian ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
Awal ayat 36 :  فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا “Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu”. Maksudnya adalah Adam dan Hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon yang dilarang itu, mengakibatkan keduanya keluar dari surga, dan Allah menyuruh mereka turun ke dunia.
Artinya masuklah syaitan ke tempat Adam dan Hawa,  lalu merayu dan memperdayakan mereka, supaya mereka makan buah pohon yang terlarang itu, sampai syaitan mengatakan bahwa itulah pohon kekekalan   Syajaratulkhuldi (شَجَرَةِ الْخُلْدِ), siapa yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan binasa, tidak akan mati-mati, seperti firman Allah :
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi (kekal) dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (QS. Thaahaa : 120)
Karena pandainya syaitan merayu, sampai-sampai keduanya tergelincir, termakan juga akhirnya buah pohon terlarang itu. Setelah mereka makan buah pohon itu, keadaan mereka menjadi berubah, ternyata terbukalah aurat mereka. Perhatikan firman Allah surat Al-A'raaf  ayat 22 :
فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآَتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ
Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. kemudian Tuhan mereka menyeru mereka : "Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu : "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
Dlamir (kata ganti) عَنْهَا "Anhaa," dapat kembali pada kata الْجَنَّةَ “Al-Jannah” (Surga). Atas dasar ini, maka makna ayat adalah 'keduanya dijauhkan oleh setan dari Surga', demikianlah menurut bacaan Hamzah dan Ashim bin Bahdalah. Dan dapat juga dlamir (kata ganti)  عَنْهَا "Anhaa," kembali pada kata yang paling dekat dengannya, yaitu الشَّجَرَةَ “Asy-syajarah” (pohon). Dengan demikian, maka makna ayat seperti yang dikatakan oleh Al-Hasan dan Qatadah adalah 'maka setan menggelincirkan keduanya disebabkan pohon tersebut'.[1]
Berapa lama Nabi Adam berada di surga?
-     Menurut Al-Hakim (dengan sanadnya) dari Ibnu Abbas, ia menceritakan : "Tidaklah Adam tinggal di dalam Surga melainkan hanya antara shalat Ashar sampai dengan terbenamnya matahari".
-     Menurut Abd bin Humaid mengatakan di dalam kitab tafsirnya, (dengan sanadnya) dari Al-Hasan bahwa, “Adam tinggal di dalam Surga hanya sesaat di siang hari”. “Satu saat tersebut lamanya sama dengan 130 tahun hari-hari dunia”. [2]
Tengah ayat 36 :  فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ  “dan dikeluarkan dari Keadaan semula”. Maksud keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga, seperti pakaian, tempat tinggal yang luas, rezeki yang berlimpah, dan kehidupan yang enak. [3]
Tengah ayat 36 : وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ “dan Kami berfirman : "Turunlah kamu sekalian! sebagian kamu sekalian menjadi musuh bagi yang lain”. Maka Allah mengetahui bahwa larangan-Nya telah dilanggar, sehingga Dia memerintahkan, “Turunlah kamu sekalian!". Ada tiga pribadi yang dimaksud oleh ayat ini, yaitu Adam dan Hawa dan Syaitan yang menggelincirkan keduanya itu. Semua disuruh turun dari tempat yang mulia itu, tidak boleh tinggal di sana lagi; yang berdua karena melanggar larangan, yang satu lagi karena tipu daya yang dilakukan untuk memperdayakan orangi. Pihak yang melakukan pelanggaran dan pihak yang menjadi sebab terjadinya pelanggaran, semuanya mendapatkan sanksi atau hukuman.  
Dan selanjutnya Allah menegaskan : بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ (sebagian kamu sekalian menjadi musuh bagi yang lain). Karena dasar permusuhan sudah nampak sejak dahulu kala, si Iblis atau syaitan tidak mau melakukan sujud penghormatan karena sombongnya, merasa diri lebih, tetapi menanam dendam dalam batin untuk mencelakakan manusia. Rupanya sudah ditakdirkan Allah-lah bahwa permusuhan ini akan terus menerus dibawa kemuka bumi.
Dimana Nabi Adam diturunkan?
Terdapat beberapa pendapat, yaitu :
-     As-Saddi mengatakan, bahwasanya Adam turun di India dengan membawa Hajar Aswad dan segenggam dedaunan Surga, lalu ia menaburkannya di India, maka tumbuhlah pepohonan yang wangi baunya. Itulah asal mula wewangian India itu adalah dari segenggam dedaunan Surga yang ikut dibawa turun oleh Adam. Dan Adam menggenggamnya hanya terdorong oleh rasa penyesalannya karena dikeluarkan dari Surga.
-     ‘Imran bin ‘Uyaynah (dengan sanadnya) dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adam diturunkan di Dahna, salah satu wilayah di India.
-     Ibnu Abu Hatim (dengan sanadnya) dari Abbas, ia berkata : Adam  Adam diturunkan di suatu daerah yang dikenal dengan nama Dahna, terletak di antara Mekah dan Thaif.
-     Juga menurut Ibnu Abu Hatim (dengan sanadnya) dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Adam  diturunkan di Shafa, dan Hawa diturunkan di Marwah.
-     Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Adam diturunkan di India, sedangkan Siti Hawa di Jeddah, dan iblis di Dustamisan yang terletak beberapa mil dari kota Bashrah.
Bagaimana keadaan Nabi Adam saat diturunkan?
-     Raja bin Salamah mengatakan bahwa Nabi Adam diturunkan, sedangkan kedua tangannya diletakkan pada kedua lututnya seraya menundukkan kepalanya. Sedangkan Iblis diturunkan,  jari jemari tangannya ia satukan dengan yang lainnya seraya mengangkat kepalanya ke langit.
-     Dari Abu Musa, ia berkata : Sesungguhnya Allah ketika menurunkan Adam dari Surga ke bumi, terlebih dahulu Dia mengajarkan kepadanya membuat segala sesuatu dan membekalinya dengan buah-buahan Surga. Maka buah-buahan kalian ini berasal dari buah-buahan Surga, hanya bedanya buah-buahan yang ini berubah, sedangkan buah-buahan Surga tidak berubah.
Kapan Nabi Adam diturunkan?
-     Az-Zuhri (dengan sanadnya) dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda : Sebaik-baik hari yang terbit matahari padanya adalah hari Jumat. Pada hari Jum’at Adam diciptakan, pada hari Jum’at pula ia dimasukkan ke dalam Surga, dan pada hari Jum’at pula ia dikeluarkan darinya." (HR. Muslim dan  An-Nasai)
Akhir ayat 36 : وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ  “dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan" . Disuruhnya mereka, semuanya, ketiganya, meninggalkan tempat itu, surga yang penuh kenikmatan, pindah ke bumi. Di bumilah ditentukan tempat kediaman mereka,  rezeki mereka, dan ajal mereka; tetapi hanya buat sementara, tidak akan kekal disana. Di bumi itulah mereka menyediakan bekal yang akan mereka bawa kembali menghadap Allah apabila waktu yang tertentu, waktu yang terbatas dan yang telah ditentukan bagi hidup itu sudah habis, kemudian terjadilah kiamat.
Faedah yang terkadung dalam ayat
-     Fakhruddin berkata : Sepengetahuanku di dalam ayat ini terkandung makna peringatan dan ancaman yang besar terhadap semua perbuatan maksiat bila ditinjau dari berbagai segi. Antara lain ialah penggambaran kejadian yang dialami oleh Nabi Adam hingga ia dikeluarkan dari Surga, hanya disebabkan kekeliruan yang kecil, yang ini membuatnya menjadi sangat malu terhadap perbuatan maksiat yang dilakukannya. [4]
BAHAN BACAAN
[1]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 235 - 236
[2]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 236 - 237
[3]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 236
[4]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 237 - 238

Share:

Adam dan Istrinya di Surga

Tafsir Qs. Al Baqarah, ayat 35
َوقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلا مِنْهَا رَغَداً حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim( QS Al Baqarah : 35 )

Di dalam ayat di atas ada beberapa pelajaran diantaranya adalah :

( 1 ) APAKAH  MAKSUD DARI  PERINTAH ALLAH  KEPADA ADAM UNTUK TINGGAL DI DALAM  SYURGA .

            Kalimat    “ Uskun “ yang artinya “ tinggallah “ , di dalam bahasa Arab mengandung makna “ ketenangan “ , karena orang yang tinggal di dalam rumah ( maskan )  akan merasakan ketenangan. Kata  “ Sikkin “ yang artinya pisau, berfungsi untuk menenangkan  binatang yang akan disembelih  sehingga tidak bergerak lagi setelah disembelih.  Begitu juga kata “ Miskin “ yang berarti orang yang tidak punya, karena dia tidak  banyak bergerak dan  beramal. [1]

            Kalimat    “ Uskun “  berarti juga  “ tinggallah sementara “ . Artinya  perintah Allah di atas kepada Adam untuk tinggal di syurga bersifat sementara. Karena perintah “ tinggal-lah “  tidak berarti terus memiliki tempat tersebut dan  tinggal selamanya. . [2]

( 2 )             KAPAN DAN BAGAIMANA SITI HAWA DICIPTAKAN

            Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas bahwasanya ketika Adam tinggal di dalam syurga sendiri, dia merasa kesepian, ketika dia sedang tidur, diciptakanlah Siti Hawa dari tulak rusuknya yang pendek dari pinggang kirinya , agar Adam bisa merasa tenang berada di samping Siti Hawa.  Inilah arti firman Allah swt :

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya ( qs Al A’raf : 189 )

Di dalam hadist Abu Hurairah ra bahwa Rosulullah saw bersabda : “ Sesungguhnya perempuanitu diciptakan dari tulak rusuk , “ di dalam riwayat lain disebutkan : “ sesungguhnya bagian yang bengkok dari tulang rusuk terdapat disebelah atas,  maka jika kalian bersenang-senang denganya akan kalian dapatkan sesuatu yang masih bengkok, dan jika anda ingin meluruskannya  hanyalah bisa dengan mematahkannya, yaitu dengan mencerainya . “[3]

Akan tetapi kalau kita melihat bunyi ayat secara seksama seakan-akan menunjukkan bahwa siti Hawa diciptakan sebelum Adam masuk syurga. Inilah yang dinyatakan oleh sebagian ulama dan dipilih oleh Ibnu Katsir di dalam tafsirnya. [4]

( 3 ) SYURGA YANG DITEMPATI NABI ADAM BERADA DI LANGIT ATAU DI BUMI.

            Mayoritas Ulama berpendapat bahwa syurga yang ditempati nabi Adam setelah diciptakan Allah adalah syurga yang ada di langit. [5] Mereka merujuk kepada dalil-dalil di bawah ini :

1./ Allah menyebutkan syurga pada ayat di atas dengan menggunakan «  alif lam «  yang berarti bahwa syurga yang ditempati Adam pada waktu itu adalah syurga yang sudah diketahui orang banyak, yaitu syurga yang berada di langit.

2/ Syurga ini , secara umum , jika  seseorang masuk ke dalamnya setelah hari kiamat, niscaya dia tidak akan keluar lagi darinya. Akan tetapi , jika ia masuk sebelum hari kiamat, kemungkinan  dia bisa keluar lagi, seperti yang terjadi pada diri nabi Adam, dan juga terjadi pada diri nabi Muhammad saw pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

3/ Di sana ada beberapa makhluk yang dikehendaki Allah bisa masuk syurga dan keluar lagi, seperti para malaikat . [6]

[1] Lihat Tafsir Qurtubi : 1/ 205

[2] Lihat Tafsir Qurtubi : 1/ 205

[3] Lihat Tafsir Qurtubi : 1/ 205

[4] Tafsir Ibnu Katsir : 1/ 126

[5] Kelompok Mu’tazilah dan Qadariyah  berpendapat bahwa syurga yang ditempati nabi Adam pada waktu penciptaannya adalah syurga di bumi, tempatnya di daerah Adan, Yaman.  Mereka berdalil bahwa syuga yang dilangit, jika seseoang sudah masuk di dalamnya,niscaya dia tidak akan keluar lagi. Begitu juga di dalamnya tidak ada kebohongan dan tidak ada pula kemaksiatan, sedang Iblis di di alam syurga tersebut telah berbuat maksiat  dan berbohong kepada Adam  ( Tafsir Qurtubi : 1/ 207 ) Di dalam “ Kitab Muqaddas, di bab : Penciptaan : 7: 2-16  “ kitab suci orang  Kristen disebutkan juga  bahwa syurga nabi Adam tersebut berada di bumi . Oleh karenanya setiap negara mengaku bahwa daerahnya adalah syurga yang dahulu ditempati Adam as, sebagai contoh orang-orang Afrika mengaku bahwa syurga tersebut berada di daerah garis katulistiwa antara Tanzania dan Kenya, Orang Etopia mengaku syurga tersebut di daerah “ Habasyah “,  orang Yaman mengaku bahwa ia berada di daerah Adan, Orang Indian di Amerika Selatan mengaku ia di pegunungan Klorado, Orang Lebanon mengaku bahwa ia di kota Ihdan, begitu juga orang Iraq. Sebagian pendeta Kristen ,setelah mengamati secara seksama ayat-ayatyangada di “ Kitab Muqaddas “ cenderung untuk memilih bahwa syurga Adam tersebut berada di Timur Pelestina dekat dengan Iraq .
Untuk mengetahui masalah ini bisa dirujuk  Ibnu Qayyim “ Mifta dar As Sa’adah “ ,  dan  “ Hadi Al Arwah “ , hlm : 46 , Ibnu Katsir “ Bidayah wa Nihayah “ hlm :  69-71, Tafsir Ibnu Katsir :  1/ 126 , Ibnu Taimiyah “ Nubuwat “ : 2/ 705  , Majmu’ Fatawa  :  4/ 347 , Sidiq Khan, “  Yaqdho Ulil I’tibar, , hlm : 45,  Umar Al Asyqar , Al Janna wa Annar, hlm : 21
[6] Lihat Tafsir Qurtubi : 1/ 208
Share:

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan