Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Saturday, March 2, 2019

Manusia Sebagai Khilafah


SURAT AL BAQARAH 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
            Sebutkan -wahai Rasul- kepada manusia  ketika Allah ta'ala berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan di muka bumi sekumpulan makhluk yang sebagian mereka akan menggantikan sebagian lainnya untuk memakmurkannya.” Para malaikat berkata: “wahai Tuhan kami beritahukanlah kepada kami dan Tunjukilah kami apa hikmah dibalik penciptaan mereka itu, sedangkan karakter mereka itu melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah secara dzolim dan sewenang-wenang, sementara Kami selalu taat terhadap perintah-Mu, kami menyucikan-Mu dengan penyucian yang sesuai dengan sifat-sifat-Mu yang terpuji dan kebesaran-Mu, dan kami  mengagungkan-Mu dengan seluruh sifat kesempurnaan dan keagungan?”. Allah menjawab  mereka dengan firman-Nya: “Sesungguhnya aku lebih mengetahui hal-hal yang tidak kalian ketahui dari apa  yang mengandung kemaslahatan besar pada penciptaan mereka.”
            Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 30. إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً (Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”). Makna dari (الخليفة) adalah penerus bagi para pendahulu (malaikat); dan yang dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini adalah Nabi Adam. Kalimat ini ditujukan oleh Allah kepada pada malaikat bukan bertujuan untuk bermusyawarah atau meminta pendapat akan tetapi untuk mengeluarkan apa yang ada dalam diri mereka. أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا (“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya) Yakni dengan melakukan kesyirikan dan kemaksiatan. Para ulama berpendapat bahwa perkataan ini berasal dari ilmu yang diajarkan oleh Allah kepada malaikat. Karena mereka pada dasarnya tidak mengetahui hal yang ghaib. وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ(dan menumpahkan darah) Yakni dengan menyakiti dan membunuh. وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ (padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”) Yakni kami senantiasa memuji Engkau dan mensucikan Engkau dari apa yang tidak layak untuk dinisbahkan kepada-Mu. قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ(Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”) Qatadah berpendapat dalam tafsir ayat ini bahwa : Allah mengetahui bahwa akan ada diantara khalifah ini yang akan menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul, orang-orang sholeh, dan penghuni surga.
            Zubdatut Tafsir / Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris ilmu tafsir Univ Islam Madinah Dan ingatkanlah kaummu wahai Muhammad ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, yaitu Adam. Aku mewakilkan kepadanya urusan pemakmuran bumi dan pelaksanaan hukum-hukumKu”. Lalu para malaikat berkata dalam diri mereka sendiri: “Bukankah Engkau akan menciptakan di dalamnya seseorang yang kelak akan melakukan kerusakan dengan berbuat kemusyrikan dan kemaksiatan?”. Sungguh mereka telah mengetahui hal itu karena telah diajarkan oleh Allah dengan suatu cara tertentu. Maksud ucapan mereka adalah “Apakah Engkau hendak menciptakan di dalamnya orang yang mengalirkan darah yang haram dengan saling membunuh, menyakiti dan bertikai, sedangkan kami adalah ciptaan-ciptaan yang selalu bersyukur, memujiMu dan mensucikanMu dari hal-hal yang tidak sesuai denganMu?”. Kemudian Allah berfirman: “Aku lebih mengetahui tentang sesuatu yang tidak kalian ketahui, yaitu akan ada di antara para khalifah itu, para nabi dan orang-orang shalih.
             Tafsir Al-Wajiz / Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili Makna kata : Al-Malaaikah : Bentuk plural (jamak) dari Mal’akun dan dijadikan ringan menjadi malakun. Mereka adalah makhluk yang berada di alam ghaib, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberitakan bahwa Allah menciptakan mereka dari cahaya. Al-Kholiifah     : Orang yang menggantikan selainnya, dan yang dimaksud dalam ayat di sini adalah Nabi Adam ‘alaihissalam يُفۡسِدُ فِيهَا (Yufsidu fiihaa) : Bentuk kerusakan di muka bumi adalah dengan perbuatan kufur dan melakukan kemaksiatan. يَسۡفِكُ (Yasfiku) : Artinya adalah mengalirkan darah dengan membunuh atau melukai. نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ (Nusabbihu bihamdika) : Kami mengatakan “Subhanallah wabihamdihi” Maha Suci Allah dengan segala pujian untukNya. Yang dimaksud dengan at-tasbiih adalah menyucikan Allah dari sesuatu yang tidak pantas untukNya. وَنُقَدِّسُ لَكَۖ (Wa Nuqoddisu laka) : Yaitu kami mensucikan Engkau dari hal-hal yang tidak sesuai dengan Mu. At-Taqdiis maknanya adalah membersihkan serta menjauhkan sesuatu yang tidak sepantasnya. Huruf lam pada kata Laka adalah tambahan sebagai penguat arti, karena kata kerja Qoddasa bisa menarik obyek kata dengan sendirinya tanpa bantuan huruf menjadi Qoddasahu. Makna ayat : Allah Ta’ala memerintahkan rasulNya agar mengingat firmanNya kepada malaikat bahwasanya Dia menjadikan di muka bumi seorang kholifah untuk menjalankan hukum-hukumNya. Lantas para malaikat bertanya-tanya dengan kekhawatiran bahwa khalifah ini akan menjadi orang yang menumpahkan darah serta berbuat kerusakan di muka bumi dengan kekufuran dan maksiat sebagai qiyas dari penciptaan jin yang terjadi apa yang mereka khawatirkan. Maka Allah memberi tahu kepada mereka bahwa Dia lebih mengetahui hikmah serta kemaslahatan yang tidak diketahui para malaikat. Maksud dari pengingat ini adalah tambahan dalil yang menunjukkan wujud keberadaan Allah Ta’ala, kekuasaanNya, ilmuNya, serta hikmahNya yang mengharuskan keimanan kepadaNya dan hanya beribadah kepadaNya saja.


Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan