Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Thursday, March 14, 2019

Jiwa Yang Tenang


Ketenangan jiwa adalah kondisi dimana jiwa itu sudah berada pada tahap ketenangan sejati, rasa lapang, tidak ada tekanan, menerima kenyataan, berpasrah diri pada Sang Khalik, bisa merasakan manisnya iman, bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu, jauh dari kebencian, tenteram dan hati menjadi luas dan lepas.

Manusia yang sudah bisa mencapai tahap ketenangan jiwa ini adalah manusia yang memahami hakikat kehidupan, sudah mengertia apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Dan umumnya manusia akan menjadi lebih tenang jika ia sudah berada di dekat Penciptanya, jika manusia sudah mengenal dan meyakini bahwa ada kekuatan amat besar di alam ini yang melampaui kekuatan apapun dan hanya DIA yang maha berkuasa atas dirinya dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Dan itulah hakikat diciptakannya jiwa ini bagi seluruh mahluk, jiwa itu akan selalu mencari kebenaran hakiki tentang sosok Penciptanya dan jiwa akan merasa tenang jika sudah menemukan dan menjadikan Sang pencipta sebagai sandaran utama hidupnya. Kemanapun jiwa itu pergi dan sembunyi maka jiwa akan selalu berupaya mencari kebenaran hakiki, karena itulah hakikat diciptakannya jiwa.
"Yaitu orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah swt". QS. Ar Rad :28)

Jiwa yang menghuni raga kita ini. Jiwa atau Nafs dan biasa orang menyebutnya Soul juga memiliki sisi ghaib yang sama sekali tidak bisa kita definisikan dengan sempurna. Siapa sosok jiwa yang dimaksud dan dimana letak dan penempatannya? An Nafs atau Jiwa adalah yang memiliki bentuk atau wujud atau susuk yang belum tergambarkan, yang diciptakan dari unsur alam yaitu min sulaatin min thiin (ekstrak/saripati alam), maka dari itu sosok jiwa adalah wujud yang mudah berdaptasi dengan alam kehidupan dunia (membutuhkan asupan energi yang berasal dari alam), sedangkan Roh bukan tercipta dari unsur alam ataupun dari unsur yang sama dengan Malaikat mahupun Jin, ia adalah jisim yang hingga sekarang masih merupakan bagian dari rahasia Allah swt.

Semua berawal ketika jiwa ini disumpah untuk meyakini keberadaan Tuhan yang Esa, maka memang ia mengakui dan tidak menyanggah hal tersebut. Bahwa ada kekuatan yang berkuasa atas dirinya dan ia sudah mengakui dan ia mau menjadi saksi di hari akhir kelak. Jiwa ini adalah sosok yang merasa, berkehendak, memahami, dan menerima. Ia bisa membedakan dan bisa mengerti sebuah perintah dari Tuhannya. Jiwa ini sangat memahami bahwa ia sangat bergantung pada penciptanya, bawa ia akan selalu membutuhkan pertolongan Sang Pencipta. Sehingga jelaslah, bahwa setiap jiwa manusia ketika dilahirkan ke dunia ini ia sudah memahami hakikat ketuhanan. Dan Ia dilahirkan sudah dalam kondisi mengenal konsep penciptaan. berikut firman Allah swt dalam surah (Al Araaf:172) :

 “Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.

Itulah sebabnya setiap Jiwa manusia pasti akan senantiasa mencari tahu keberadaan Tuhan meski ilmu mereka sangat minim, meski mereka berusaha menjauhinya, mereka tidak pernah berhenti untuk mempercayai bahwa ada kekuatan yang Maha dahsyat di dunia ini. Jiwa tidak akan merasa tenang sampai pada tahap ia mengetahui siapa sosok yang yang harus disembah dan diagungkan. Karena diawal mereka sudah terikat janji dan sumpah untuk selalu hanya mengabdi kepada-Nya.

Hakikat kebutuhan beragama sudah ada sejak manusia lahir ke bumi ini. Mulai dari jaman nabi Adam hingga datanglah kemajuan baru dengan lahirnya Nabi Muhammad saw yang membawa risalah kebenaran dengan Kitab suci Al Quran. Meski selama perjalanannya memang ada sebagian ajaran yang menyimpang dan tidak sesuai akidah, namun itu akhirnya bisa dikembalikan pada kebenaran. Didalam al quran sudah terangkum dan tersusun jelas ajaran-ajaran dari nabi sebelumnya, mulai dari Kitab Taurat, Jabur dan Injil menjadi sebuah kitab yang sempurna. Dan semuanya memiliki masa berproses dengan waktu yang cukup panjang.

“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata [ QS. Ali Imran:164 ].

Dan ketika proses penciptaan jiwa hampir mencapai kesempurnaan, maka turun ayat berikut ini, yang menyatakan bahwa pada setiap jiwa diilhamkan pilihan kepada jalan ketaqwaan atau kefasikan dalam menempuh bahtera kehidupan. Setiap jiwa akan mengetahui mana yang dimaksud dengan kebenaran dan mana yang dimaksud dengan kesalahan. Dan jiwa juga diberi pemahaman bahwa jika ia mau mensucikan diri (jiwa)nya maka ia akan menjadi lebih baik, sedangkan jika ia merusak jiwa tersebut maka ia akan menjadi kotor.

Surah Asy Syams (91:7-9) : Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.
Ini artinya bahwa setiap jiwa juga sudah diberikan pengetahuan tentang konsep ketuhanan yang benar, juga diberikan pemahaman tentang hakikat memilih jalan yang lurus dan jalan keburukan, juga dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan belajar melalui banyak hal.

Setiap jiwa diperbolehkan menentukan pilihannya masing-masing. Sepenuhnya itu tergantung pada kebutuhan masing-masing jiwa. Setiap jiwa akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Dan setiap keputusan sudah diambil dengan penuh kesadaran, sudah melewati tahap pencarian, pembelajaran, sudah di pikirkan dan difahami dan dikaji . Tidak ada lagi alas an bagi setiap jiwa untuk menghindar dan menyanggah semua kenyataan ini bahwa manusia adalah mahluk yang tidak bersyukur jika ia tidak memahami hakikat kemanusiaannya yang sempurna ini.
“maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang dikerjakannya.” Quran At takwir :14

Dengan demikian, jelaslah bahwa setiap jiwa akan bertanggung jawab pada diri mereka masing-masing dihari akhir kelak. Setiap jiwa akan dimintakan pertanggungjawabannya atas semua perbuatan yang pernah dilakukan di dunia. Tidak ada yang dapat menyelamatkan setiap jiwa dari kehancuran dan siksa api neraka, selain amal ibadahnya selama di dunia.

Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan