Ketenangan
jiwa adalah kondisi dimana jiwa itu sudah berada pada tahap ketenangan sejati,
rasa lapang, tidak ada tekanan, menerima kenyataan, berpasrah diri pada Sang
Khalik, bisa merasakan manisnya iman, bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu,
jauh dari kebencian, tenteram dan hati menjadi luas dan lepas.
Manusia
yang sudah bisa mencapai tahap ketenangan jiwa ini adalah manusia yang memahami
hakikat kehidupan, sudah mengertia apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
dihindari. Dan umumnya manusia akan menjadi lebih tenang jika ia sudah berada
di dekat Penciptanya, jika manusia sudah mengenal dan meyakini bahwa ada
kekuatan amat besar di alam ini yang melampaui kekuatan apapun dan hanya DIA
yang maha berkuasa atas dirinya dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Dan
itulah hakikat diciptakannya jiwa ini bagi seluruh mahluk, jiwa itu akan selalu
mencari kebenaran hakiki tentang sosok Penciptanya dan jiwa akan merasa tenang
jika sudah menemukan dan menjadikan Sang pencipta sebagai sandaran utama
hidupnya. Kemanapun jiwa itu pergi dan sembunyi maka jiwa akan selalu berupaya
mencari kebenaran hakiki, karena itulah hakikat diciptakannya jiwa.
"Yaitu
orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah
swt". QS. Ar Rad :28)
Jiwa yang menghuni raga kita ini. Jiwa
atau Nafs dan biasa orang menyebutnya Soul juga memiliki sisi ghaib yang sama
sekali tidak bisa kita definisikan dengan sempurna. Siapa sosok jiwa yang
dimaksud dan dimana letak dan penempatannya? An Nafs atau Jiwa adalah yang
memiliki bentuk atau wujud atau susuk yang belum tergambarkan, yang diciptakan
dari unsur alam yaitu min sulaatin min thiin (ekstrak/saripati alam), maka dari
itu sosok jiwa adalah wujud yang mudah berdaptasi dengan alam kehidupan dunia
(membutuhkan asupan energi yang berasal dari alam), sedangkan Roh bukan tercipta
dari unsur alam ataupun dari unsur yang sama dengan Malaikat mahupun Jin, ia
adalah jisim yang hingga sekarang masih merupakan bagian dari rahasia Allah
swt.
Semua
berawal ketika jiwa ini disumpah untuk meyakini keberadaan Tuhan yang Esa, maka
memang ia mengakui dan tidak menyanggah hal tersebut. Bahwa ada kekuatan yang
berkuasa atas dirinya dan ia sudah mengakui dan ia mau menjadi saksi di hari
akhir kelak. Jiwa ini adalah sosok yang merasa, berkehendak, memahami, dan
menerima. Ia bisa membedakan dan bisa mengerti sebuah perintah dari Tuhannya.
Jiwa ini sangat memahami bahwa ia sangat bergantung pada penciptanya, bawa ia
akan selalu membutuhkan pertolongan Sang Pencipta. Sehingga jelaslah, bahwa
setiap jiwa manusia ketika dilahirkan ke dunia ini ia sudah memahami hakikat
ketuhanan. Dan Ia dilahirkan sudah dalam kondisi mengenal konsep penciptaan.
berikut firman Allah swt dalam surah (Al Araaf:172) :
“Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka
menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan
demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah
oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.
Itulah
sebabnya setiap Jiwa manusia pasti akan senantiasa mencari tahu keberadaan
Tuhan meski ilmu mereka sangat minim, meski mereka berusaha menjauhinya, mereka
tidak pernah berhenti untuk mempercayai bahwa ada kekuatan yang Maha dahsyat di
dunia ini. Jiwa tidak akan merasa tenang sampai pada tahap ia mengetahui siapa
sosok yang yang harus disembah dan diagungkan. Karena diawal mereka sudah
terikat janji dan sumpah untuk selalu hanya mengabdi kepada-Nya.
Hakikat
kebutuhan beragama sudah ada sejak manusia lahir ke bumi ini. Mulai dari jaman
nabi Adam hingga datanglah kemajuan baru dengan lahirnya Nabi Muhammad saw yang
membawa risalah kebenaran dengan Kitab suci Al Quran. Meski selama
perjalanannya memang ada sebagian ajaran yang menyimpang dan tidak sesuai
akidah, namun itu akhirnya bisa dikembalikan pada kebenaran. Didalam al quran
sudah terangkum dan tersusun jelas ajaran-ajaran dari nabi sebelumnya, mulai
dari Kitab Taurat, Jabur dan Injil menjadi sebuah kitab yang sempurna. Dan
semuanya memiliki masa berproses dengan waktu yang cukup panjang.
“Sesungguhnya
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat allah, membersihkan (jiwa) mereka dan
mengajarkan kepada mereka al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(kedatangan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata [
QS. Ali Imran:164 ].
Dan
ketika proses penciptaan jiwa hampir mencapai kesempurnaan, maka turun ayat
berikut ini, yang menyatakan bahwa pada setiap jiwa diilhamkan pilihan kepada
jalan ketaqwaan atau kefasikan dalam menempuh bahtera kehidupan. Setiap jiwa
akan mengetahui mana yang dimaksud dengan kebenaran dan mana yang dimaksud
dengan kesalahan. Dan jiwa juga diberi pemahaman bahwa jika ia mau mensucikan
diri (jiwa)nya maka ia akan menjadi lebih baik, sedangkan jika ia merusak jiwa
tersebut maka ia akan menjadi kotor.
Surah
Asy Syams (91:7-9) : Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah
ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang
mengotorinya.
Ini
artinya bahwa setiap jiwa juga sudah diberikan pengetahuan tentang konsep
ketuhanan yang benar, juga diberikan pemahaman tentang hakikat memilih jalan
yang lurus dan jalan keburukan, juga dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan
belajar melalui banyak hal.
Setiap
jiwa diperbolehkan menentukan pilihannya masing-masing. Sepenuhnya itu
tergantung pada kebutuhan masing-masing jiwa. Setiap jiwa akan bertanggung
jawab atas dirinya sendiri. Dan setiap keputusan sudah diambil dengan penuh
kesadaran, sudah melewati tahap pencarian, pembelajaran, sudah di pikirkan dan
difahami dan dikaji . Tidak ada lagi alas an bagi setiap jiwa untuk menghindar
dan menyanggah semua kenyataan ini bahwa manusia adalah mahluk yang tidak
bersyukur jika ia tidak memahami hakikat kemanusiaannya yang sempurna ini.
“maka
tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang dikerjakannya.” Quran At takwir :14
Dengan
demikian, jelaslah bahwa setiap jiwa akan bertanggung jawab pada diri mereka
masing-masing dihari akhir kelak. Setiap jiwa akan dimintakan
pertanggungjawabannya atas semua perbuatan yang pernah dilakukan di dunia.
Tidak ada yang dapat menyelamatkan setiap jiwa dari kehancuran dan siksa api
neraka, selain amal ibadahnya selama di dunia.
0 comments:
Post a Comment