Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Thursday, February 14, 2019

Bukti Kekuasaan Allah


AL HIKAM FASAL 15 

مِمَّايَدُلُّكَ على وجُودِ قهرِهِ سُبْحانهُ ان حجبكَ عَنهُ بما ليسَ بموجُودٍ معه

“Diantara yang menunjukkan keperkasaan Allah padamu, adalah Allah menghalangimu dariNya dengan suatu yang tiada wujud bersamaNya”
    
           Di malam yang gelap, saat Anda berada di sebuah kamar dengan lampu terang didalamnya, Anda lihat cahaya memenuhi ruangan itu, cahaya lampu di dalam kamar itu menyibak kelamnya malam, mengubah menjadi bercahaya terang benderang. Tapi coba bayangkan Anda memegang papan kayu, lalu Anda letakkan papan itu di tengah-tengah antara Anda dan lampu itu. Maka yang terjadi adalah cahaya lampu akan terpisah dari Anda, sisi gelap terbentu antara Anda dan lampu itu. Karena memang ada benda asing yang menghalangi Anda dari lampu itu, maka Anda pun terhalang dari sinar lampu itu. Tentu saja, gambaran di atas jelas, aksiomatis, dan tak perlu penalaran lebih jauh lagi.
             Namun hubungan alam semesta dengan Nur Ilahi (Cahaya Ketuhanan) yang meliputi seluruh semesta dan menjalar di dalamnya sama sekali berbeda dengan perumpamaan tadi; sama sekali berbeda dengan hubungan antara kita dengan lampu tadi. Seisi alam semesta ini diliputi oleh Nur Allah luar-dalam, sebagaimana telah dijelaskan kemarin malam, pada  Hikmah-14, hal demikian karena segala sesuatu bisa wujud, bernilai dan berarti hanya karena Allah. Maksudnya, Nur Allah menjalar pada segala sesuatu, sehingga segala sesuatu bisa menjalankan fungsi yang semestinya. Jadi, segala sesuatu, mulai dari yang paling kecil hingga yang paling besar, bisa menjalankan fungsinya bersebab Nur Ilahi.
Inilah maksud firman Allah :
“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing mengetahui (cara) salat dan tasbihnya” (QS 24:41).
“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka” (QS 17:44).
              Maksudnya dengan Nur Allah, segala sesuatu dari sesisi alam ini bangkit melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing. Jadi jika segala sesuatu seisi alam ini diterangi oleh Nur Allah, maka apakah hal yang bisa menghalangi Anda dari Allah?
           Di atas telah dikemukakan perumpamaan papan kayu yang menghalangi Anda dari cahaya lampu di dalam kamar. Karena memang kayu adalah benda padat yang tak bisa ditembus cahaya, itu sebabnya Anda terhalang dari cahaya lampu itu. Tapi benda apa yang tak diterangi dan tak dijalari Nur Allah, hingga bisa jadi penghalang antara Nur Allah dan hati/akal manusia? dari mana datangnya benda ini hingga bisa menghalangi Anda dari Nur Allah (yang meliputi dan menjalari segala sesuatu)?
             Jika Anda arahkan pandangan ke seluruh isi alam ini, maka pasti tak ada satupun yang tak disinari oleh Nur Allah luar-dalam. Lalu benda apa yang bisa menghalangi Anda dari Allah, padahal tak ada satu bendapun yang tak diterangi Nur Allah, luar-dalam? Jika memang tak ada wujud apapun yang bisa menghalangi Anda dari “menyaksikan” keberadaan Allah,  karena memang segala yang wujud telah diterangi Nur Allah, hingga bisa menunjukkan Anda pada keagungan Allah berarti mestinya tak ada suatu apapun yang bisa menghalangi Anda dari Allah, dari mengenal dan makrifat pada Allah. Akan tetapi “keperkasaan Allah” mampu menjadikan suatu yang tak punya wujud hakiki berperan sebagai penghalang itu.
“Sesuatu” itu tak punya wujud hakiki dan tak bisa mengalahkan Nur Ilahi yang menerangi dan menalari seisi alam semesta. Sehingga mestinya “sesuatu” itu tak bisa menghalangi mata hati dan akal manusia dari menyaksikan keagungan Allah. Akan tetapi “keperkasaan Allah-lah” yang bisa menjadikan “sesuatu” itu bisa menghalangi hati dan akal manusia dari Allah.
         Inilah maksud dari pernyataan Ibnu Athaillah di atas: “Di antara yang menunjukkan keperkasaan Allah padamu, adalah Allah menghalangimu dari-Nya dengan sesuatu yang tiada wujud bersamaNya” Kita semua tahu banyak orang yang terhalang dari menyaksikan keagungan Allah dan makrifat terhadap Allah, padahal tak ada suatu apapun di semesta ini yang bisa menghalangi siapapun utk ‘menyaksikan’ Allah dan makrifat kepada-Nya. Karena segala sesutu di alam semesta ini diterangi Nur Allah, sehingga mestinya semua bisa menunjukkan kita pada Allah.
             Renungkanlah perihal orang-orang yang tidak percaya pada Allah, menentang dan kufur pada Allah. Jelas mereka terhalang dari Allah. Tapi apakah yang menghalangi mereka dari Allah, sehingga mereka ingkar, menentang dan kufur kepada-Nya? Yang menjadi penghalang mereka dari Allah adalah “kemahaperkasaan Allah” dan “kekuatan Allah”. Itu saja. Tak ada yang lain.
“Kemahaperkasaan Allah” tak memerlukan benda atau alat apapun untuk menghalangi seseorang dari ‘menyaksikan’ Allah. Tidak sama dengan permisalan papan kayu yang menghalangi kita dari cahaya lampu, seperti contoh di atas tadi.
Allah berfirman yang artinya: “ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah MENGHALANGI antara manusia dan hatinya”  (QS 8:24)
Allah berfirman: “Sekali-kali tidak, sungguh mereka pada hari itu benar-benar TERHALANG dari (rahmat) Tuhan mereka”  (QS 83:15)
Namun siapakah mereka, yang dengan “kemahaperkasaan-Nya”, Allah menghalangi mereka dari-Nya tanpa suatu penghalang apapun? Mereka adalah orang-orang yang mendapat murka dari Allah lantaran keangkuhan, kesombongan, dan keingkaran mereka pada Allah. Ya, hanya tipe orang seperti mereka yang dihalangi oleh Allah dari menyaksikan keagungan-Nya. Bukan semua orang.
          Karena, misalnya, memang ada orang yang sudah tahu jika alam ini tak mungkin tercipta secara kebetulan. Mereka juga tahu jika struktur alam yang sangat rumit ini pasti diatur oleh Dzat Yang Maha Hebat. Tak mungkin berfungsi sendiri. Tapi meski tahu begitu, mereka malah masa bodoh terhadap Nur Ilahi sebagai penggerak hakiki dari alam yang mereka lihat. Meski menyaksikan alam seperti itu, mereka ingkar pada Allah, tak beriman pada-Nya, tetap angkuh dan menyombongkan diri. Orang dengan tipe seperti itulah yang dihalangi oleh Allah dari-Nya, hingga tak bisa menyaksikan keagungan Allah. Orang seperti itulah yang Allah sebut sebagai “punya hati tak memahami, punya mata tapi tak melihat, punya telinga tapi tak mendengar”. Bisa saja orang punya hati, mata dan telinga, namun ia malah terhalang dari ‘melihat’ Allah, hingga ingkar pada Allah. Karena Allah menghilangkan fungsi dari ketiga komponen itu, hingga tak perlu penghalang apapun agar orang itu tak melihat Allah. Orang yang terhalang dari Allah, hatinya jadi gelap dan sekeras batu, hingga ia selalu membangkang pada Allah
             Dalam hal ini, Allah berfirman dalam QS 2:74
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi”

Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan