AL HIKAM FASAL 15
مِمَّايَدُلُّكَ على وجُودِ قهرِهِ
سُبْحانهُ ان حجبكَ عَنهُ بما ليسَ بموجُودٍ معه
“Diantara yang menunjukkan keperkasaan Allah padamu,
adalah Allah menghalangimu dariNya dengan suatu yang tiada wujud bersamaNya”
Di
malam yang gelap, saat Anda berada di sebuah kamar dengan lampu terang
didalamnya, Anda lihat cahaya memenuhi ruangan itu, cahaya lampu di dalam kamar
itu menyibak kelamnya malam, mengubah menjadi bercahaya terang benderang. Tapi
coba bayangkan Anda memegang papan kayu, lalu Anda letakkan papan itu di tengah-tengah
antara Anda dan lampu itu. Maka yang terjadi adalah cahaya lampu akan terpisah
dari Anda, sisi gelap terbentu antara Anda dan lampu itu. Karena memang ada
benda asing yang menghalangi Anda dari lampu itu, maka Anda pun terhalang dari
sinar lampu itu. Tentu saja, gambaran di atas jelas, aksiomatis, dan tak perlu
penalaran lebih jauh lagi.
Namun
hubungan alam semesta dengan Nur Ilahi (Cahaya Ketuhanan) yang meliputi seluruh
semesta dan menjalar di dalamnya sama sekali berbeda dengan perumpamaan tadi;
sama sekali berbeda dengan hubungan antara kita dengan lampu tadi. Seisi alam
semesta ini diliputi oleh Nur Allah luar-dalam, sebagaimana telah dijelaskan
kemarin malam, pada Hikmah-14, hal
demikian karena segala sesuatu bisa wujud, bernilai dan berarti hanya karena
Allah. Maksudnya, Nur Allah menjalar pada segala sesuatu, sehingga segala
sesuatu bisa menjalankan fungsi yang semestinya. Jadi, segala sesuatu, mulai
dari yang paling kecil hingga yang paling besar, bisa menjalankan fungsinya
bersebab Nur Ilahi.
Inilah maksud firman Allah :
“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih
apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya.
Masing-masing mengetahui (cara) salat dan tasbihnya” (QS 24:41).
“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka” (QS 17:44).
Maksudnya
dengan Nur Allah, segala sesuatu dari sesisi alam ini bangkit melaksanakan
tugas dan fungsi masing-masing. Jadi jika segala sesuatu seisi alam ini
diterangi oleh Nur Allah, maka apakah hal yang bisa menghalangi Anda dari
Allah?
Di
atas telah dikemukakan perumpamaan papan kayu yang menghalangi Anda dari cahaya
lampu di dalam kamar. Karena memang kayu adalah benda padat yang tak bisa
ditembus cahaya, itu sebabnya Anda terhalang dari cahaya lampu itu. Tapi benda
apa yang tak diterangi dan tak dijalari Nur Allah, hingga bisa jadi penghalang
antara Nur Allah dan hati/akal manusia? dari mana datangnya benda ini hingga
bisa menghalangi Anda dari Nur Allah (yang meliputi dan menjalari segala
sesuatu)?
Jika
Anda arahkan pandangan ke seluruh isi alam ini, maka pasti tak ada satupun yang
tak disinari oleh Nur Allah luar-dalam. Lalu benda apa yang bisa menghalangi
Anda dari Allah, padahal tak ada satu bendapun yang tak diterangi Nur Allah,
luar-dalam? Jika memang tak ada wujud apapun yang bisa menghalangi Anda dari
“menyaksikan” keberadaan Allah, karena
memang segala yang wujud telah diterangi Nur Allah, hingga bisa menunjukkan
Anda pada keagungan Allah berarti mestinya tak ada suatu apapun yang bisa menghalangi
Anda dari Allah, dari mengenal dan makrifat pada Allah. Akan tetapi
“keperkasaan Allah” mampu menjadikan suatu yang tak punya wujud hakiki berperan
sebagai penghalang itu.
“Sesuatu” itu tak punya wujud
hakiki dan tak bisa mengalahkan Nur Ilahi yang menerangi dan menalari seisi alam
semesta. Sehingga mestinya “sesuatu” itu tak bisa menghalangi mata hati dan
akal manusia dari menyaksikan keagungan Allah. Akan tetapi “keperkasaan
Allah-lah” yang bisa menjadikan “sesuatu” itu bisa menghalangi hati dan akal
manusia dari Allah.
Inilah
maksud dari pernyataan Ibnu Athaillah di atas: “Di antara yang menunjukkan
keperkasaan Allah padamu, adalah Allah menghalangimu dari-Nya dengan sesuatu
yang tiada wujud bersamaNya” Kita semua tahu banyak orang yang terhalang dari
menyaksikan keagungan Allah dan makrifat terhadap Allah, padahal tak ada suatu
apapun di semesta ini yang bisa menghalangi siapapun utk ‘menyaksikan’ Allah
dan makrifat kepada-Nya. Karena segala sesutu di alam semesta ini diterangi Nur
Allah, sehingga mestinya semua bisa menunjukkan kita pada Allah.
Renungkanlah
perihal orang-orang yang tidak percaya pada Allah, menentang dan kufur pada
Allah. Jelas mereka terhalang dari Allah. Tapi apakah yang menghalangi mereka
dari Allah, sehingga mereka ingkar, menentang dan kufur kepada-Nya? Yang
menjadi penghalang mereka dari Allah adalah “kemahaperkasaan Allah” dan
“kekuatan Allah”. Itu saja. Tak ada yang lain.
“Kemahaperkasaan Allah” tak
memerlukan benda atau alat apapun untuk menghalangi seseorang dari
‘menyaksikan’ Allah. Tidak sama dengan permisalan papan kayu yang menghalangi
kita dari cahaya lampu, seperti contoh di atas tadi.
Allah berfirman yang artinya:
“ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah MENGHALANGI antara manusia dan
hatinya” (QS 8:24)
Allah berfirman: “Sekali-kali
tidak, sungguh mereka pada hari itu benar-benar TERHALANG dari (rahmat) Tuhan
mereka” (QS 83:15)
Namun siapakah mereka, yang
dengan “kemahaperkasaan-Nya”, Allah menghalangi mereka dari-Nya tanpa suatu
penghalang apapun? Mereka adalah orang-orang yang mendapat murka dari Allah
lantaran keangkuhan, kesombongan, dan keingkaran mereka pada Allah. Ya, hanya
tipe orang seperti mereka yang dihalangi oleh Allah dari menyaksikan
keagungan-Nya. Bukan semua orang.
Karena,
misalnya, memang ada orang yang sudah tahu jika alam ini tak mungkin tercipta
secara kebetulan. Mereka juga tahu jika struktur alam yang sangat rumit ini
pasti diatur oleh Dzat Yang Maha Hebat. Tak mungkin berfungsi sendiri. Tapi
meski tahu begitu, mereka malah masa bodoh terhadap Nur Ilahi sebagai penggerak
hakiki dari alam yang mereka lihat. Meski menyaksikan alam seperti itu, mereka
ingkar pada Allah, tak beriman pada-Nya, tetap angkuh dan menyombongkan diri.
Orang dengan tipe seperti itulah yang dihalangi oleh Allah dari-Nya, hingga tak
bisa menyaksikan keagungan Allah. Orang seperti itulah yang Allah sebut sebagai
“punya hati tak memahami, punya mata tapi tak melihat, punya telinga tapi tak
mendengar”. Bisa saja orang punya hati, mata dan telinga, namun ia malah
terhalang dari ‘melihat’ Allah, hingga ingkar pada Allah. Karena Allah
menghilangkan fungsi dari ketiga komponen itu, hingga tak perlu penghalang
apapun agar orang itu tak melihat Allah. Orang yang terhalang dari Allah,
hatinya jadi gelap dan sekeras batu, hingga ia selalu membangkang pada Allah
Dalam hal ini, Allah berfirman dalam QS 2:74
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,
bahkan lebih keras lagi”
0 comments:
Post a Comment