Dalam Shahih Muslim, Rasulullah bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ…وَإِيَّاكُمْ
وَالْكَذِبَ…
Wajib bagi kalian untuk
jujur……dan hati-hatilah, jangan sekali-kali kalian dusta.
Imam Nawawi menjelaskan tentang tambahan-tambahan riwayat tersebut
dengan menukil perkataan para ulama, bahwa di dalamnya terdapat penekanan
supaya seseorang bersungguh-sungguh untuk bersikap jujur. Maksudnya, berniat
sungguh-sungguh dan benar-benar memperhatikan kejujuran. Sebaliknya harus
berhati-hati jangan sampai dusta dan jangan sampai mudah berdusta. Sebab
apabila seseorang mudah berdusta, maka ia akan banyak berdusta dan akhirnya
dikenal sebagai orang yang suka berdusta. Jika seseorang terbiasa bersikap
jujur, maka Allâh Azza wa Jalla akan menetapkannya sebagai orang yang
benar-benar jujur. Sedangkan apabila seseorang terbiasa dusta, maka Allâh
Subhanahu wa Ta’ala akan menetapkannya menjadi orang yang dikenal pendusta.
Dusta adalah perbuatan terlarang dan haram,
bahkan bisa menjauhkan keimanan. al-Hâfizh Ibnu Hajar al-‘Asqalâni membawakan
riwayat al-Baihaqi yang menurut beliau sanadnya shahih, dari Abu Bakar
ash-Shiddîq Radhiyallahu anhu , beliau (Abu Bakar) berkata :
اَلْكَذِبُ
يُجَانِبُ اْلإِيْمَانَ
Dusta akan menjauhkan
keimanan.
Selanjutnya al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah menukil perkataan
Ibnu Baththal, “Apabila seseorang mengulang-ulang kedustaannya hingga berhak
mendapat julukan berat sebagai pendusta, maka ia tidak lagi mendapat predikat
sebagai mu’min yang sempurna, bahkan termasuk berpredikat sebagai orang yang
bersifat munafik. Karena itulah, setelah mengetengahkan hadits Ibnu Mas’ud tersebut,
Imam Bukhâri melanjutkannya dengan mengetengahkan hadits Abu Hurairah tentang
tanda-tanda orang munafik.”
Hadits Abu Hurairah yaitu sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
آيَةُ الْمُنَافِقِ
ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ.
رواه البخاري ومسلم
Tanda-tanda orang munafik
ada tiga : Apabila berbicara, ia dusta; apabila berjanji, ia mengingkari; dan
apabila diberi amanat, ia berkhianat. [HR. Bukhari dan Muslim]
Sungguh berbahaya dusta itu, apalagi dilakukan oleh para pemimpin dan tokoh masyarakat yang menjadi panutan. Dusta, kebohongan yang dilakukan orang-orang populer menjadi bencana, tidak hanya bagi dirinya tetapi bagi masyarakat bangsa dan negara. Keburukan merajalela, dusta dianggap benar. Yang benar menjadi dianggap dusta. Dusta merebak di kalangan masyarakat tidak hanya dianggap penyakit sosial tetapi juga bisa menjadi sumber malapetaka, bencana alam, karena Tuhan murka dengan ulah manusia yang sudah melampai batas.
0 comments:
Post a Comment