"Tidak ada sesuatu
yang sangat berguna bagi hati [jiwa], sebagaimana menyendiri untuk masuk ke
medan tafakur." (al-hikam: 12)
Seorang murid/salik kalau
benar-benar ingin wushul kepada Alloh, pastilah ia berusaha bagaimana supaya
hatinya tidak lupa pada Alloh, bisa selalu mendekatkan diri kepada Alloh. Dalam
usaha ini tidak ada yang lebih bermanfaat kecuali uzlah (menyendiri dari
pergaulan umum), dan dalam kondisi uzlah murid mau Tafakkur(berfikir tentang
makhluknya Alloh, kekuasaan Alloh, keagungan Alloh, keadilan Alloh dan belas
kasih nya Alloh) yang bisa menjadikan Hati timbul rasa takdhim kepada Alloh.
Menambah keyaqinan dan ketaqwaan kepada Alloh.Adapun bahayanya murid yang tidak
uzlah itu banyak sekali,Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan
seorang sahabat yang tidak baik, bagaikan pandai besi yang membakar besi, jika
kamu tidak terkena oleh percikan apinya, maka kamu terkena bau busuknya."
Alloh Ta'ala mewahyukan kepada Nabi Musa alaihissalam: "Wahai putra
Imran! Waspadalah selalu dan pilihlah untuk dirimu seorang sahabat [teman], dan
sahabatmu yang tidak membantumu untuk membuat taat kepada-Ku, maka ia adalah
musuhmu." Dan juga Alloh mewahyukan kepada Nabi Dawud
alaihissalam: "Wahai Dawud! Mengapakah engkau menyendiri? Jawab Dawud:
Aku menjauhkan diri dari makhluk untuk mendekat kepada-Mu. Maka Alloh
berfirman: Wahai Dawud! Waspadalah selalu, dan pilihlah untukmu
sahabat, dan tiap sahabat yang tidak membantu untuk taat kepada-Ku, maka itu
adalah musuhmu, dan akan menyebabkan membeku hatimu serta jauh dari-Ku."
Nabi Isa alaihissalam bersabda: "Jangan berteman dengan orang-orang
yang mati, niscaya hatimu akan mati. Ketika ditanya: Siapakah orang-orang yang
mati itu? Nabi Isa memjawab: Mereka yang rakus kepada dunia.” Rosululloh
shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling aku
khawatirkan pada umatku, ialah lemahnya iman dan keyakinan."
Nabi Isa alaihissalam bersabda: "Berbahagialah orang yang perkataanya
dzikir, diamnya tafakur dan pandangannya tertunduk. Sesungguhnya orang yang
sempurna akal ialah yang selalu mengoreksi dirinya, dan selalu menyiapkan bekal
untuk menghadapi hari setelah mati."
Sahl at-Tustary radhiallahu
'anhu berkata: "Kebaikan itu terhimpun dalam empat macam, dan dengan itu
tercapai derajat wali [di samping melakukan semua kewajiban-kewajiban agama],
yaitu: 1. Lapar. 2. Diam. 3. Menyendiri 4. Bangun tengah malam [sholat
tahajjud].
0 comments:
Post a Comment