فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ
“Maka jangan anggap diri kalian suci. Allah Maha Mengetahui siapa orang yang bertakwa.” (QS. an-Najm: 32).
Marilah kita mawas diri, evaluasi
diri kita apakah kita sudah termasuk hamba Allah yang selalu membanggakan diri
atau selalu merendahkan diri dihadapan Allah ? janganlah kita membanggakan diri
kita dengan keberhasilan dan kesuksesan yang kita raih. Semua itu adalah
sementara. Suatu saat akan lenyap. Lebih baik kita selalu mawas diri bahwa
keberhasilan atau kesuksesan semata-mata hanya karunia Allah bukan karena
kemampuan diri kita sendiri.
Allah SWT sangat melarang kita
menganggap diri suci sekalipun kita banyak melakukan ibadah sholat, puasa,
haji, dan segala bentuk kebaikan lainnya. Ketakwaan kita kepada Allah biarlah
hanya Allah yang menilai derajat tersebut. Jangan jadikan ukuran ibadah kita
yang terbaik sekalipun menjamin ketakwaan yang sejati. Serahkan sepenuhnya
kepada Allah segala bentuk pengabdian dan ibadah yang kita lakukan.
Nabi Muhammad —shallallahu ‘alaihi wa sallam— bersabda:
ثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ: إِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ، وَشُحٌّ
مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبِعٌ
(رواه البيهقي
وغيره، ضعيف)
“Ada tiga (3) hal yang membinasakan manusia: “Kekaguman orang
pada dirinya sendiri, kikir yang diikuti dan hawa nafsu yang dituruti.” (HR.
al-Baihaqi).
Dalam
hubungannya dengan mawas diri hadis di atas sangat menyentuh hati kita bahwa
kekaguman pada diri sendiri bisa menghancurkan kehidupan kita. Merasa hebat
sudah berkarya dan bekerja dengan baik. Membusungkan dada dengan prestasi hidup
yang diraih. Padaha semua itu adalah sebuah ilusi hidup yang bisa menipu kita
dan menghancurkan segala amal akhirat.
Demikian pula
kikir, pelit, bakhil; tidak mau memberikan infak, sedekah, atau hadiah kepada
orang yang membutuhkan. Kekikiran dan kebakhilan dapat membawa kehancuran
hidup. Begitu pula mengikuti hawa nafsu; keinginan mencari kuliner/makanan yang
enak menjadi kebiasaan pada akhirnya merusak kesehatan, keinginan mengkuti syahwat
cenderung membawa kemaksiatan. Kemaksiatan seringkali terjerembab ke dalam
kejahatan. Semua itu pada akhirnya membawa kehancuran hidup.
Dengan mawas
diri, kita dapat mengetahui kelemahan, kekurangan diri kita dan bukan untuk
dihinakan. Dengan mawas diri kita mengetahui kekuatan, kelebihan kita dan bukan
untuk dibanggakan.
0 comments:
Post a Comment