Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Friday, November 9, 2018

Tujuan Hidup Manusia

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)
Tafsir ayat:
21. Ini adalah perintah yang bersifat umum bagi seluruh manusia dengan sebuah perintah yang umum, yaitu ibadah yang komplit dengan menaati perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-laranganNya, dan mempercayai kabar-kabarNya, lalu Allah Subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka kepada tujuan dari penciptaan mereka, Allah berfirman,
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” (Adz-Dzariyat: 56)
Kemudian Dia beralasan atas kewajiban beribadah kepadaNya semata karena Dia-lah Rabb kalian yang telah menganugerahkan kepada kalian berbagai macam nikmat, lalu Dia menciptakan kamu dari tidak ada dan Dia juga menciptakan orang-orang sebelum kamu.
22. Dan Dia memberikan nikmat kepada kamu dengan nikmat-nikmat lahiriyah maupun batiniyah, Dia menjadikan untukmu dunia ini sebagai hamparan yang menjadi tempat kamu menetap, dan kamu mengambil manfaatnya dengan membangun rumah, pertanian, pembajakan dan berkelana dari suatu tempat menuju tempat lain, dan lain sebagainya dari bentuk-bentuk pemanfaatan dengannya, lalu Dia menjadikan langit sebagai atap bagi rumah tempat tinggal kalian dan menyediakan manfaat-manfaat yang merupakan kebutuhan pokok hidup kalian dan kebutuhan dasar seperti matahari, bulan dan bintang.
وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً۬
Dan Dia menurunkan air hujan dari langit
Langit adalah segala yang ada di atas kalian. Oleh karena itu, para ahli tafsir berkata, “Maksud dari langit di sini adalah awan.” Lalu Allah Subhaanahu wa Ta’ala menurunkan air hujan darinya, فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٲتِ “Lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu segala buah-buahan” seperti buji-bijian dan hasil-hasil dari pohon kurma, buiah-buahan, tanaman dan lain sebagainya  رِزۡقً۬ا لَّكُمۡ‌ۖ  “Sebagai rizki untukmu” dengannya kamu mendapatkan rizki, kamu makan, kamu hidup dan kumu bahagia. فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادً۬ا “Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah” yaitu yang sama dan yang sepadan dari makhluk-makhlukNya lalu kamu menyembahnya sebagaimana kamu menyembah Allah, lalu mencintainya sebagaimana kamu mencintai Allah, padahal mereka itu sama seperti kalian. Mereka adalah makhluk yang diciptakan, diberi rizki dan diatur, dimana mereka tidak memiliki apapun sebesar biji atom (dzarrah, edt- ) di bumi dan tidak pula di langit, serta mereka tidak dapat memberikan manfaat kepadamu dan tidak juga mengakibatkan mudharat.  وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ “Padahal kamu mengetahui” bahwasanya Allah tidak memiliki sekutu, tidak pula kesamaan, tidak pula penciptaan, rizki, dan pengaturan, tidak pula pada peribadatan dan kesempurnaan, lalu bagaimanakah kamu menyembah tuhan-tuhan (yakni; sesembahan-sesembahan lain yang bathil, edt– ) lain bersamaNya padahal kalian mengetahuinya? Hal ini merupakan perkara yang paling mengherankan dan yang paling bodoh.
Ayat ini menyatukan antara perintah kepada beribadah hanya kepada Allah semata dan larangan dari beribadah kepada selain Allah, dan penjelasan akan dalil yang sangat jelas atas kewajiban beribadah kepadaNya dan batilnya beribadah kepada selainNya, yaitu penyebutan tauhid rububiyah yang mengandung keesanNya dalam penciptaan, rizki dan pengaturan, lalu apabila setiap orang menetapkan bahwasanya tidak ada sekutu bagi Allah dalam hal itu, maka itulah yang seharusnya, maka haruslah seperti itu bagiNya dalam beribadah kepadaNya, ini adalah dalil logika yang paling terang atas keesaan Sang Pencipta Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan batilnya kesyirikan.
Dan firmanNya, لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ “Agar kamu bertakwa” kemungkinan artinya adalah bahwasanya kamu sekalian beribadah hanya kepada Allah semata niscaya dengan hal itu kalian telah menjaga diri kalian sendiri dari murka dan adzabNya, karena kalian melakukan sebab yang mendorong hal tersebut, dan kemungkinan juga artinya adalah bahwasanya jika kamu menyembah Allah semata, niscaya kamu menjadi golongan orang-orang bertakwa yang memiliki sifat ketakwaan; kedua arti ini adalah benar, dan keduanya saling berkaitan karena barangsiapa yang melakukan ibadah secara sempurna, niscaya ia menjadi golongan orang-orang bertakwa, pastilah ia akan memperoleh keselamatan dari adzab dan murka Allah.
Sumber: Al-Sa'di,  Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman, Penerbit Pustaka Sahifa.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan