Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Saturday, August 18, 2018

Realisasi dan Hikmah Ibadah Haji






Ali Syariati, melalui analisanya, mengajak kita untuk menyelami makna haji. Menggiring kita ke dalam lorong-lorong haji yang penuh makna. Diajaknya kita untuk memahami haji sebagi langkah “pembebasan diri”, bebas dari penghambaan kepada tuhan-tuhan palsu menuju penghambaan kepada Tuhan Yang Sejati.
Melalui uraiannya membangkitkan semangat, kita diberitahu siapa saja kepalsuan yang ternyata menjadi sahabat, kekasih dan pembela kita, yang harus kita waspadai dan kita bongkar topeng kemunafikannya. Haji bukanlah sekadar prosesi lahiriah formal belaka, melainkan sebuah momen revolusi lahir dan batin untuk mencapai kesejatian diri sebagi manusia. Dengan kata lain, orang yang sudah berhaji haruslah menjadi manusia yang lebih lurus hidupnya dibanding sebelumnya. Kalau tidak, sesungguhnya kita hanyalah wisatawan yang berlibur ke tanah suci di musim haji, tidak lebih!
Tanda-tanda kemabruran haji seseorang adalah jika ia mampu membentuk kepribadiannya menjadi lebih baik setelah melaksanakan haji dibandingkan sebelumnya dan tidak lagi mengulang maksiat.
Pelestarian Ibadah haji dilaksanakan dengan merealisasikan apa yang dilakukan selama haji dalam kehidupan sehari-hari.  Keterkaitan antara pelaksanaan haji dengan kehidupan sehari-hari antara lain terwujud dalam:
  • Pengambilan sikap untuk berbuat sesuai aturan Allah sebagai realisasi dari pengambilan miqat ihram.
  • Menjaga diri dengan aturan  dan membatasi diri dari hal yang mengharamkan sebagai realisasi dari ihram.
  • Senantiasa mendahulukan panggilan Allah dan tidak membaurkan dengan niat dan tujuan lain sebagai realisasi dari ungkapan Talbiyah.
  • Memperjuangkan syiar Allah sehingga Allah dan Islam menjadi pusat dari perputaran dunia sebagai realisasi kepatuhan dan kekhusyuan dalam ibadah Thawaf.
  • Senantiasa berintrospeksi  sebagai perwujudan makna Wukuf di Arafah.
  • Senantiasa berkurban di jalan Allah dengan harta dan jiwa sebagai realisasi dan makna berqurban dan tahalul.
  • Kesediaan untuk sewaktu –waktu beriktikaf, berkhalwat dan tadabur  alam sebagai realisasi makna mabit.
  • Keharusan berusaha dan berjuang sekuat tenaga untuk meraih kehidupan dan cita-cita masa depan sebagai realisasi Sa’i antara Safa dan Marwah.
  • Memelihara kelestarian alam dan menghindari seluruh aktivitas yang merusak lingkungan hidup sebagai realisasi larangan berburu, memotong pohon dan menyakiti orang lain selama berhaji.
  • Berjiwa toleran dan saling menghormati sesama sebagai realisasi makna larangan untuk berbuat rafats, fusuq, dan jidal.
Hikmah Ibadah Haji
Banyak sekali Hikmah yang terkandung dalam ibadah Haji, baik yang dinyatakan dalam Al Qur’an maupun yang harus dicari sendiri oleh pelakunya.  Ibadah haji telah mewujudkan pertemuan dialogis antara kesadaran aqidah dan kecerdasan rasio.
Pengalaman spiritual masing-masing orang akan berbeda tergantung kepada banyak factor.  Dalam berbagai amaliah haji seringkali sulit bagi akal manusia untuk memahami atau mengungkapkan apa hikmah yang tersirat di dalamnya yang sepintas terlihat irasional dan tak masuk akal.
 Para Haji yang telah pulang ke tanah airnya diharapkan mendapat pencerahan yang direfleksikan kepada masyarakat dengan amal shaleh dan karya nyata.  Indikator kemabruran haji nampak pada kepribadian dan sikap sebagai berikut:
  1. Kepatuhan dan penyerahan kepada Allah semata.
Hikmah utama dari ibadah haji adalah sebagai bentuk Kepatuhan dan penyerahan diri kepada Allah. Ketika Allah memanggil kita, maka kita bergegas memenuhi panggilan tersebut walaupun harus menempuh perjalanan  jauh dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, meluangkan waktu yang sangat berharga dan meninggalkan keluarga dan harta benda.  Dengan demikian seorang haji akan selalu siap bila Allah memerintahkannya menjalankan tugas luhur dari Allah karena untuk memenuhi tugas yang sulitpun kita telah bersedia datang memenuhi panggilannya.
  1. Meningkatkan kedisiplinan.
Selama di tanah suci, jamaah haji dibiasakan untuk disiplin melaksanakan semua ritual haji dan sholat secara berjamaah di awal waktu dengan bersemangat. Kebiasaan disiplin tersebut diharapkan dapat melekat dalam kehidupan selanjutnya. Hasan al-Bashari berkata: Bersegerah, bersegeralah, sesungguhnya itulah napasmu, jika telah dihisab niscaya ia akan terputus darimu amal ibadahmu yang dengannya kamu mendekatkan diri kepada Allah swt, semoga Allah swt memberikan rahmat-Nya kepada seseorang yang merenungkan dirinya dan menangisi dosanya, kemudian ia membaca firman Allah swt:
karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti” (QS. Maryam: 84)
Apakah ada obat mujarab untuk mengobati penyakit malas dalam melaksanakan rutinitas keta’atan? kematian, ingatlah kita semua akan berangkat meninggalkan dunia ini menuju suatu negeri yang akan dibalas padanya orang-orang yang berbuat baik dan yang berbuat jahat, apabila kita menginginkan untuk terus merasakan berkah hajimu, maka ingatkanlah dirimu dengan kematian, karena sesungguhnya ia pada saat itu akan segera untuk melaksanakan amal shalih dan giat dalam beribadah kepada Allah swt. Ibnu Umar ra berkata: [Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi, dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah engkau menunggu hingga sore, ambilah kesempatan sehatmu untuk saat sakitmu, dan ambilah kesempatan hidupmu untuk saat matimu.   
  1. Senantiasa Mengingat Kematian 
Umar bin Abdul Aziz rahimahullahberkata: [Kematian ini menahan penduduk dunia dari kenikmatan dunia dan perhiasaannya yang mereka nikmati, sehingga tatkala mereka dalam keadaan seperti itu kematian datang menjemputnya, maka celaka dan merugilah orang yang tidak takut mati dan tidak mengingatnya di saat senang sehingga dapat memberikan kebaikan yang akan didapatinya setelah ia meninggalkan dunia dan para penghuninya].
  1. Senantiasa memperbanyak berdo’a kepada Allah swt,
agar Dia selalu menetapkan kita dalam keta’atan,   meluruskan langkah dan senantiasa menjalani jalur agama-Nya yang benar. Rasulullah saw memperbanyak do’a kepada Allah swt agar menetapkannya di atas agama-Nya, Kebanyakan doa beliau adalah “Wahai Dzat Yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku berada diatas agama-Mu
  1. Motivasi peningkatan diri.
 Ibadah haji akan menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri. Seseorang yang bergelimang dosa, sering putus asa dengan dosa-dosanya sehingga sering merasa sudah terlanjur dengan dosanya. Dengan jaminan Allah bahwa Haji akan menghapus dosa, seolah-olah kita disegarkan kembali, sehingga akan termotivasi untuk menjaga diri agar tidak membuat dosa lagi.
  1. Menumbuhkan jiwa sabar
Kondisi yang dihadapi selama pelaksanaan ibadah haji akan menumbuhkan jiwa sabar. Dalam kondisi hampir 4 juta manusia berkumpul pada satu saat dan satu tempat maka fasilitas yang ada menjadi sangat terbatas. Setiap aktivitas membutuhkan kesabaran yang tinggi, mulai dari antri makan, ke toilet, dll.
Setelah berhaji kita harus sabar dalam keta’atan ketika meneruskan perjalanan hidup dan bersabar pula dalam meninggalkan maksiat, karena sesungguhnya bersabar dalam melaksanakan ibadah dan meninggalkan maksiat merupakan tingkatan sabar yang tertinggi. Sesungguhnya kesudahan bagi orang-orang yang bersabar adalah surga:
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan):”Salamun ‘alaikum bima shabartum”.Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-Ra’ad:22-24)
  1. Menumbuhkan Solidaritas dan kebersamaan.
 Berkumpulnya ummat Islam dari seluruh dunia pada satu saat di satu tempat menumbuhkan jiwa solidaritas & kebersamaan. Kita akan bertemu dengan saudara Muslim dari seluruh dunia dalam kesederhanaan dan keberagaman. Kapan lagi bertemu dengan Muslim dari Kosovo, Uzbekistan, Kazakhstan, Mali, Nigeria, Bosnia Herzegovina, Turki, Kirgistan, China, India, Pakistan, Bangladesh, Afganistan. Walaupun ada perbedaan dalam tata cara ibadah, namun tidak membuat ikatan persaudaraan sesama muslim menjadi terhambat. 
  1. Menjiwai perjuangan para rasul.
 Di Tanah suci kita akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah para nabi dan rasul. Dengan menyaksikan tempat-tempat tersebut dan mempelajari sepak terjang mereka maka kita akan sampai pada tahapan ainul yakin dan haqul yakin sehingga menginspirasi kita untuk belajar dari para pendahulu.
Ibadah haji penuh dengan ‘gerakan’ dari satu tempat menuju tempat lain. Dari Miqat menuju Arafah, dari Arafah menuju Muzdalifah, dari Muzdalifah menuju Mina. Haji merupakan gerakan bukan sekedar perjalanan. Bila perjalanan akan sampai pada ujung, maka haji adalah sasaran yang berusaha kita dekati, bukan tujuan yang kita capai. Untuk menuju Allah ada 3 fase yang harus dilalui : Arafah, Masy’ar (Muzdalifah) dan Mina. Arafah berarti “Pengetahuan”, May’ar berari “Kesadaran” dan Mina berarti Cina dan keimanan. Arafah melambangkan penciptaan manusia dan tempat pertemuan Adam dan Hawa, di sanalah mereka saling berkenalan.
Berkumpulnya manusia sedunia melaksanakan Ibadah haji merupakan sarana dan media efektif untuk meningkatkan dakwah Islamiyah dan mempersatukan ummat manusia dalam satu panji Islam yang akan menggentarkan musuh-musuhnya.
Indikator Haji Mabrur
Setibanya dari haji, kita masih merasa dekat dengan Allah swt, sehingga alangkah baiknya bila kebiasaan selama berhaji dilanjutkan sebelum datangnya rasa malas dan jemu yang membuat sirna haji kita bersama tiupan angin.    Berjuanglah agar kita tidak menjadi lemah sebagaimana ketika berjuang pada hari-hari kita berada di tempat yang suci tersebut.
Bersamaan dengan kepulangan kita menuju tanah air, yaitu: janganlah kita memandang terhadap diri sendiri seperti pandangan orang-orang yang tertipu, yaitu orang-orang yang apabila mengerjakan sedikit saja keta’atan, mereka menganggap diri mereka seolah-olah manusia paling mulia dimuka bumi, akan tetapi lihatlah dirimu dengan pandangan kekurangan, karena sesungguhnya sebanyak apapun amal shalih yang kita kerjakan, maka ia tidak bisa digunakan untuk mensyukuri kenikmatan terkecil yang Allah anugerahkan terhadap kita. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita bagaimana cara beribadah kepada Allah swt, Beliau beribadah di malam hari hingga bengkak kedua kakinya, apabila mereka bertanya akan hal tersebut, beliau akan menjawab:
Apakah aku tidak boleh untuk menjadi hamba yang sangat bersyukur?”  Dan Nabi saw bersabda:“Demi Allah, sesungguhnyaaku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah swt dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali” HR. al-Bukhari
Indikator kemabruran haji dapat dilihat pula dari aspek kehidupan sosial kemasyarakatan antara lain;
  1. Menegakkan shalat berjamaah dan menjadi pelopor kemakmuran masjid. Salah satu pendidikan dalam haji yang mengedepankan pentingnya melaksanakan shalat berjamaah adalah perintah kepada para jamaah haji untuk melaksanakan shalat arbain (empat puluh waktu shalat) di masjid nabawi yang bertujuan membiasakan para hujjaj untuk selalu sigap melaksanakan shalat berjamaah di masjid sekembalinya dari haji.
  2. Meningkatkan kepedulian terhadap orang yang lemah, menyantuni anak yatim dan fakir miskin sebagai amanah Allah kepada hambanya yang berkemampuan melalui zakat, infaq dan shadaqoh. Rasulullah menegaskan bahwa salah satu tanda kemabruran adalah kecenderungan serang Hujaj untuk memberi kepada yang membutuhkan. Sebagai pelayanan masyarakat seorang Haji akan mendatangi anak yatim dan fakir miskin untuk membantu dan menghidurnya untuk mendapatkan keridhoan Allah.
  3. Menjenguk orang sakit dan takjiyah kepada yang meninggal.   Seorang haji yang mendengar sanak saudara atau famili yang sedang menderita sakit atau meninggal dunia akan tergerak untuk menjenguk dan takziah sebagai tindak lanjut talbiyah yang sudah masuk ke dalam hati bukan hanya sekedar di mulut. Menjenguk orangsakit sangat dicintai Allah karena merupakan implementasi dari menghidupkan silaturahmi sehingga puluhan ribu malaikat akan mengiringi orang yang menghidupkan silaturahmi ini.
  4. Aktif memperjuangkan dakwah dan amar maruf nahi munkar.
  5. Tolong Menolong terhadap saudara, kerabat dan tetangganya. Kebiasaan saling tolong menolong merupakan panggilan Illahi yang terbiasa melakukan tolong menolong selama di tanah suci.
  6. Mendamaikan orang yang berselisih.  Sebagai duta Allah, seorang Hujjaj terpanggil untuk menjadi duta perdamaian yang mendamaikan orang yang berselisih. Jika seorang haji mendengar ada orang yang berselisih, maka berita itu merupakan undangan ALLah untuk mengishlahkan orang yang berselisih dan menyambungkan kembali tali silaturahmi di antara mereka.
  7. Patuh melaksanakan perintah Allah khususnya meningkatkan kualitas Shalat sebagai dasar untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar. Sahalat berkualitas adalah shalat yang dilaksanakan dengan Khudu (rendah diri), khusyu, dan menjaga waktunya.
  8. Konsekuen meninggalkan apa yang diperintahkan Allah karena malu kepada Allah .
  9. Gemar melaksanakan ibadah sunnah dan menjauhi amal yang makruh dan tidak bermanfaat.
  10. Meningkatkan rasa syukur dan tawakal. Orang yang melaksanakan haji berarti mendapatkan nikmat besar yang wajib disyukuri disamping berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya lalu berserah diri kepada Allah.
  11. Memelihara akhlaq terpuji. Akhlaq terpuji adalah perilaku orang shaleh yang melekat pada dirinya dalam pergaulan hidup bermasyarakat
  12. Meningkatkan ibadah puasa dan membiasakan membaca AL Qur’an.  Ibadah puasa adalah sarana untuk mencapai ketaqwaan dan mengendalikan syahwat di samping menjaga kesehatan jasmani. Membaca Al Qur’an adalah sarana untuk menambah ilmu yang akan menjadi syafaat di akhirat.
  13. Memelihara kejernihan hati dan kejujuran sehingga tidak mudah terjerumus ucapan dan perbuatan maksiat yang merugikan orang lain.
  14. Bersemangat mencari ilmu dan mengembangkan potensi diri
  15. Cepat bertaubat ketika menyadari dirinya melakukan kesalahan
  16. Senantiasa bekerja keras untuk mencari nafkah untuk kebutuhan dirinya dan berusaha tidak membebani orang lain.
” وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ “
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Ankabuut: 69)
” فَأَمَّا مَن طَغَى {37} وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا {38} فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى {39} وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى {40} فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى “ 
Adapun orang yang melampaui batas,(37) dan lebih mengutamakan kehidupan dunia (38) maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (39) Dan adapun orang-orang yangtakut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya (40) maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (QS. An-Nazi’aat: 37-41)
Setiap pribadi akan mendapatkan hikmah dan pengalaman sendiri yang boleh diceritakan kepada orang lain sebagai rasa syukur kepada Allah sekaligus introspeksi diri.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan