Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Sunday, June 24, 2018

Iman Sumber Energi

Iman, tempatnya di dalam hati. Dialah yang menjadi kekuatan yang mengatur dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang. Pada saat situasi normal, datar dan aman, tidak banyak masalah, sikap seseorang belum terlihat. Tapi tatkala menghadapi banyak musibah, di situlah keimanan dan keyakinan yang ada dalam hati berbicara lewat sikap dan perilaku lahir.
Manusia, menurut Hasan Al Bashri, dalam situasi aman kondisinya sama. Tapi jika diturunkan ujian, maka seorang mukmin akan berlindung pada keimanannya, sedangkan munafik akan kembali pada kemunafikannya. Oleh karena itu, maka marilah saudaraku kita sama-sama menjaga dan memelihara iman kita agar jangan sampai hilang tergerus oleh arus deras globalisasi. Dan, itulah yang akan dibicarakan secara singkat dalam artikel berikut ini. Meskipun singkat namun cukup untuk mencerahkan dan menambahkan energi dan kekuatan kita dalam menjalani hidup dan keislaman kita di era globalisasi ini. Mari kita ikuti teks selengkapnya berikut ini, mudah-mudahan bermanfaat.
Hanya ada satu cara untuk mensucikan hati dan mengusir kecemasan di saat tertimpa bencana dan kesulitan adalah dengan keyakinan dan keimanan yang sempurna kepada-Nya, Rabb segala sesuatu. Rabb yang memiliki janji yang pasti ditepati akan kebahagiaan di hari akhirat berupa surga bagi yang sukses melewati kesulitan itu dengan keimanan dan kesabaran.
Kehidupan ini tidak lagi memiliki arti dan makna yang hakiki jika keimanan dalam hati kita telah tiada. Orang yang celaka bukanlah orang yang kehilangan harta benda, kekuasaan dan jabatan karena kesulitan yang menimpanya. Tetapi orang yang celaka adalah orang yang kehilangan iman atau keimanannya karena kesulitan itu. Betapa hinanya kehidupan ini tanpa keimanan.
Dengan memperhatikan tingkat keimanan kita, maka kita akan dapat menentukan kebahagiaan dan ketenangan jiwa kita sendiri. “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,” (QS.An Nahl :97). “Kehidupan yang baik ” yang dimaksud pada ayat di atas merujuk kepada keimanan yang kuat terhadap janji Allah dan hati yang teguh untuk mencintai-Nya. Orang yang menjalani kehidupan yang baik” ini juga akan memiliki jiwa yang tenang ketika tertimpa kesulitan. Mereka akan puas dengan segala sesuatu yang akan terjadi pada mereka, karena hal itu sudah ditentukan oleh takdirnya.
Ketegaran menghadapi kesulitan telah dibuktikan oleh mereka, para sahabat yang tergolong pertama kali masuk Islam. Mereka yang jumlahnya sangat terbatas itu, disiksa dengan siksaan yang luar biasa perihnya dan dipaksa meninggalkan agama barunya. Tetapi dengan keimanan yang menghunjam dalam dada mereka, mereka tetap tegar dan bahkan “tersenyum” menikmati siksaan itu. Sebagian mereka mendapatkan kemenangan sebagai syahid di jalan Allah, dan sebagian lagi mendapat kemenangan dengan pembebasan dari penyiksaan orang-orang kafir itu.
Anda tentu pernah mendengar kisah ketegaran seorang Bilal yang disiksa oleh kafir Kuraisy di tengah padang pasir yang panas terik ditimpakan sebuah batu di dadanya. Dia tidak merasakan sakitnya siksaan itu kecuali hanya kenikmatan iman pada Allah, dengan mengucapkan satu kata ahad..ahad..ahad, hingga tercabut ruh dari jasadnya. Iman yang diliputi rasa cinta dan rindu yang begitu luar biasa pada Allah dan rasul-Nya. Kisah Bilal hanya satu dari beberapa kisah ketegaran dan dahsyatnya energi iman bagi kehidupan orang-orang beriman.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan