"Kerasnya himmah /semangat perjuangan, tidak dapat menembus tirai takdir, kekeramatan atau kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu, tidak dapat menembus keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi semata-mata hanya dengan takdir Allah."
Hikmah ini menjadi ta’lil atau sebab
dari hikmah sebelumnya (Iroodatuka
tajriid) seakan akan Mushonnif berkata: Hai murid, keinginan/himmahmu pada
sesuatu, itu tidak ada gunanya, karena himmah yang keras/kuat itu tidak bisa
menjadikan apa-apa seperti yang kau inginkan, apabila tidak ada dan bersamaan
dengan takdir dari Allah. Jadi hikmah ini (Sawa-biqul
himam) mengandung arti menentramkan hati murid dari keinginannya yang
sangat. SAWAA-BIQUL HIMAM (keinginan yang kuat): apabila keluar dari
orang-orang sholih/walinya Allah itu disebut: Karomah. Apabila keluar dari
orang fasiq disebut istidraj/ penghinaan dari Allah.
Firman Allah subhanahu wata’ala:
“Dan tidaklah kamu berkehendak, kecuali apa yang dikehendaki Allah Tuhan yang mengatur alam semesta.” (QS. At-Takwir : 29).
“Dan tidaklah kamu menghendaki kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah, sungguh Allah maha mengetahui, maha bijaksana.” (QS. Al-Insaan : 30).
Firman Allah subhanahu wata’ala:
“Dan tidaklah kamu berkehendak, kecuali apa yang dikehendaki Allah Tuhan yang mengatur alam semesta.” (QS. At-Takwir : 29).
“Dan tidaklah kamu menghendaki kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah, sungguh Allah maha mengetahui, maha bijaksana.” (QS. Al-Insaan : 30).
Sumber gambar ilustrasi:
http://kabarmakkah.com
http://kabarmakkah.com
0 comments:
Post a Comment