“Keinginanmu
untuk tajrid (hanya beribadat saja tanpa berusaha untuk dunia), padahal Allah
masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha (kasab),
maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar (halus). Sebaliknya
keinginanmu untuk berusaha (kasab), padahal Allah telah menempatkan dirimu pada
golongan orang yang harus beribadat tanpa kasab (berusaha), maka keinginan yang
demikian berarti menurun dari semangat yang tinggi”.
Sebagai
seorang yang beriman, haruslah berusaha menyempurnakan imannya dengan berfikir tentang
ayat-ayat Alloh, dan beribadah dan harus tahu bahwa tujuan hidup itu hanya
untuk beribadah (menghamba) kepada Alloh,sesuai tuntunan Al-qur’an.Tetapi
setelah ada semangat dalam ibadah, kadang ada yang berpendapat bahwa salah satu
yang merepoti/mengganggu dalam ibadah yaitu bekerja(kasab). Lalu berkeinginan
lepas dari kasab/usaha dan hanya ingin melulu beribadah.Keinginan yang seperti
ini termasuk keinginan nafsu yang tersembunyi/samar.Sebab kewajiban seorang
hamba, menyerah kepada apa yang dipilihkan oleh majikannya. Apa lagi kalau
majikan itu adalah Alloh yang maha mengetahui tentang apa yang terbaik bagi
hambanya.Dan tanda-tanda bahwa Alloh menempatkan dirimu dalam golongan orang
yang harus berusaha (kasab), apabila terasa ringan bagimu, sehingga tidak
menyebabkan lalai menjalankan suatu kewajiban dalam agamamu, juga menyebabkan
engkau tidak tamak [rakus] terhadap milik orang lain.Dan tanda bahwa Allah
mendudukkan dirimu dalam golongan hamba yang tidak berusaha (Tajrid). Apabila
Tuhan memudahkan bagimu kebutuhan hidup dari jalan yang tidak tersangka,
kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan, karena tetap ingat dan
bersandar kepada Tuhan, dan tidak berubah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban.
Syeikh Ibnu ‘Atoillah berkata : “Aku datang kepada guruku Syeikh Abu Abbas al- mursy. Aku merasa, bahwa untuk sampai kepada Allah dan masuk dalam barisan para wali dengan sibuk pada ilmu lahiriah dan bergaul dengan sesama manusia (kasab) agak jauh dan tidak mungkin. tiba-tiba sebelum aku sempat bertanya, guru bercerita: Ada seorang ahli dibidang ilmu lahiriah, ketika ia dapat merasakan sedikit dalam perjalanan ini, ia datang kepadaku sambil berkata: Aku akan meninggalkan kebiasaanku untuk mengikuti perjalananmu. Aku menjawab: Bukan itu yang kamu harus lakukan, tetapi tetaplah dalam kedudukanmu, sedang apa yang akan diberikan Allah kepadamu pasti sampai kepadamu.
Sumber gambar ilustrasi:
http://slideshare.net
0 comments:
Post a Comment