Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Dr. KH. Abduh Al-Manar, M.Ag.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah. Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Pondok Pesantren Al-Irsyadiyah

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

PAUD Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MI Al-Irsyadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

MTS Al-Iryadiyah Tahun Pelajaran 2019/2020

Jl. Inpres II Cibeuteung Udik, Ciseeng - Bogor

Thursday, January 25, 2018

Surat Al-Baqarah: 1-2


Alif laam miim (1) Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.(2). (QS. Al-Baqarah : 1-2).
 

Terdapat hadits yang shahih mengenai keutamaan surat Al-Baqarah, diantaranya sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam: “Bacalah surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya (untuk dibaca dan diamalkan) adalah mengandung keberkahan dan meninggalkannya adalah penyesalan sedangkan para penyihir tak mampu melawannya". 

Begitu juga diriwayatkan oleh Imam At-Turmuzi bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda :  "Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya syaithan lari/kabur dari rumah yang didalamnya dibacakan surat Al-Baqarah".  

Penjelasan : 

Alif laam miim,  merupakan huruf-huruf “Muqaththa’at”. Surat-Surat yang dibuka dengan huruf-huruf muqaththa’at berjumlah 29 surat yang diawali pada surat al-Baqarah ini dan diakhiri pada surat al-Qalam. Penafsirannya tidak satupun diantaranya yang tsabit (secara shahih berasal) dari Rasulullah dan menjadikannya sebagai sesuatu yang mutasyabih (samar) hanya Allah Yang Mengetahui dengan ilmuNya adalah lebih dekat kepada kebenaran, karenanya dikatakan : Hanya Allah lah yang mengetahui maksudnya. 

Dalam kaitannya dengan ini, diriwayatkan dari Abu Bakar dan Ali –radhiallahu ‘anhuma- begitu juga dari ‘Amir asy-Sya’bi dan Sufyan ats-Tsauri, mereka semua berkata : “Huruf-Huruf muqaththa’at adalah rahasia Allah dalam Al-Quran dan dalam setiap kitab-Nya terdapat rahasia-Nya. Huruf-huruf tersebut adalah termasuk ayat mutasyabih yang hanya Dia lah yang mengetahuinya. Oleh karena itu, tidak selayaknya kita membicarakan apa yang ada didalamnya tetapi kita harus mengimaninya”.

Sebagian Ahlul ‘ilm mengeluarkan dua faedah (dari makna yang tersembunyi) : Pertama, bahwa ketika orang-orang Musyrikun melarang (kaumnya) mendengar Al-Quran karena takut hal itu bisa berpengaruh terhadap jiwa orang-orang yang mendengarnya, maka yang diucapkan pertama kali (kepada mereka) adalah huruf-huruf tersebut, dan ini bagi mereka adalah ucapan yang masih asing yang dapat mengalihkan mereka untuk mendengar Al-Quran sehingga (tatkala) mereka mendengarnya, mereka terpengaruh, terkesima lantas beriman dan mendengarnya, dan hal ini sudah cukup sebagai faedah yang dapat diambil.

Kedua, tatkala orang-orang Musyrikun mengingkari Al-Quran sebagai Kalamullah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam, maka huruf-huruf ini menjadi tantangan (serius) bagi mereka seakan-akan ia (huruf-huruf tersebut) berkata kepada mereka : “Sesungguhnya Al-Quran ini tersusun dari huruf-huruf seperti ini, maka susunlah/karanglah oleh kalian sepertinya”. Makna dari faedah kedua ini biasanya disaksikan (dibenarkan) oleh penyebutan lafaz Al-Quran setelahnya. 

Saripati Ayat ini menjelaskan: Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Al-Quran yang diturunkan-Nya kepada hamba dan Rasul-Nya adalah kitab yang sangat besar dan agung yang sama sekali tidak mengandung keraguan dan dugaan. Karena Al-Quran sebagai mukjizat, disamping petunjuk dan cahaya bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. Dengan iman dan takwa dapat mengantarkan mereka kepada jalan-jalan kedamaian, kebahagiaan dan kesempurnaan. 

Sumber gambar ilustrasi:
http://theidealmuslimah.com


Share:

Kejujuran dan Amanah


Setiap muslim diperintahkan untuk berlaku amanah dan memiliki akhlak yang baik serta sifat yang terpuji. Barang-siapa yang melakukan sifat-sifat tersebut, niscaya ia diberi balasan yang baik, di dunia maupun di akhirat. Barangsiapa yang meninggalkan khianat dan menipu karena Allah dengan segenap kejujuran dan keikhlasan, niscaya Allah mengganti hal tersebut dengan kebaikan yang banyak.

Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada seorang laki-laki yang membeli tanah perkebunan dari orang lain. Tiba-tiba orang yang membeli tanah perkebunan tersebut menemukan sebuah guci yang di dalamnya terdapat emas. Maka ia berkata kepada penjualnya, 'Ambillah emasmu dariku, sebab aku hanya membeli tanah perkebunan, tidak membeli emas!'

Orang yang memiliki tanah itu pun menjawab, 'Aku menjual tanah itu berikut apa yang ada di dalamnya'.

Lalu keduanya meminta keputusan hukum kepada orang lain. Orang itu berkata,'Apakah kalian berdua memiliki anak?' Salah seorang dari mereka berkata, 'Aku memiliki seorang anak laki-laki'.

Yang lain berkata, 'Aku memiliki seorang puteri'.

Orang itu lalu berkata, 'Nikahkanlah anak laki-laki(mu) dengan puteri(nya) dan nafkahkanlah kepada keduanya dari emas itu dan bersedekahlah kalian dari padanya!'." (HR. Al-Bukhari dalam Akhbar Bani Israil, dan Muslim).

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwasanya beliau menyebutkan seorang laki-laki dari Bani Israil yang meminta orang Bani Israil lainnya agar memberinya hutang sebesar 1000 dinar. Lalu orang yang menghutanginya berkata, 'Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan (hutangmu ini)'. Ia menjawab, 'Cukuplah Allah sebagai saksi bagiku!' Orang itu berkata, 'Datangkanlah seseorang yang menjamin(mu)!' Ia menjawab, 'Cukuplah Allah yang menjaminku!' Orang yang akan menghutanginya pun lalu berkata, 'Engkau benar!' Maka uang itu diberikan kepadanya (untuk dibayar) pada waktu yang telah ditentukan.

Setelah lama) orang yang berhutang itu pun pergi berlayar untuk suatu keperluannya. Lalu ia mencari kapal yang bisa mengantarnya karena hutangnya telah jatuh tempo, tetapi ia tidak mendapatkan kapal tersebut. Maka ia pun mengambil kayu yang kemudian ia lubangi, dan dimasukkannya uang 1000 dinar di dalamnya berikut surat kepada pemiliknya. Lalu ia meratakan dan memperbaiki letaknya. Selanjutnya ia menuju ke laut seraya berkata, 'Ya Allah, sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku meminjam uang kepada si fulan sebanyak 1000 dinar. Ia memintaku seorang penjamin, maka aku katakan cukuplah Allah sebagai penjamin, dan ia pun rela dengannya.

Ia juga meminta kepadaku saksi, maka aku katakan, cukuplah Allah sebagai saksi, dan ia pun rela dengannya. Sungguh aku telah berusaha keras untuk mendapatkan kapal untuk mengirimkan kepadanya uang yang telah diberikannya kepadaku, tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu. Karena itu, aku titipkan ia kepadaMu'. Lalu ia melemparnya ke laut sehingga terapung-apung, lalu ia pulang. Adapun orang yang memberi hutang itu, maka ia mencari kapal yang datang ke negerinya. Maka ia pun keluar rumah untuk melihat-lihat barangkali ada kapal yang membawa titipan uangnya. Tetapi tiba-tiba ia menemukan kayu yang di dalamnya terdapat uang. Ia lalu mengambilnya sebagai kayu bakar untuk isterinya. Namun, ketika ia membelah kayu tersebut, ia mendapatkan uang berikut sepucuk surat. Setelah itu, datanglah orang yang berhutang kepadanya. Ia membawa uang 1000 dinar seraya berkata, 'Demi Allah, aku terus berusaha untuk mendapatkan kapal agar bisa sampai kepadamu dengan uangmu, tetapi aku sama sekali tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang!'.

Orang yang menghutanginya berkata, 'Bukankah engkau telah mengirimkan uang itu dengan sesuatu?' Ia menjawab, 'Bukankah aku telah beritahukan kepadamu bahwa aku tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang?' Orang yang menghutanginya mengabarkan, 'Sesungguhnya Allah telah menunaikan apa yang engkau kirimkan kepadaku melalui kayu. Karena itu bawalah uang 1000 dinarmu kembali dengan beruntung!'  (HR. Al-Bukhari, 4/469, Kitabul Kafalah , dan Ahmad).

Sumber gambar ilustrasi:
http://ummi-online.com

Share:

Nabi Sulaiman dan Semut


Sulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT, sehingga bisa memahami bahasa binatang. Dia bisa bicara dengan burung Hud Hud dan juga bisa memahami bahasa semut. Dalam Al-Qur'an surat an-Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini. Firman Allah SWT: "Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata".
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.

Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu. Katanya, Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang saleh. (An-Naml: 16-19)

Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman AS bertanya kepada seekor semut, Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun? Sebesar biji gandum, jawabnya.

Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu. Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya? tanya Nabi Sulaiman. Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah, jawab si semut. Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Karena itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.

Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.

Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kelemahan-kelemahan tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Karena itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman. Bukan karena khawatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khawatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia. 

Sumber gambar ilustrasi:
http://thayyiba.com



Share:

Wednesday, January 24, 2018

Jangan Khawatir dengan Rezeki Allah


Alkisah ada seorang imam besar yang taat dan ahli hikmah. Beliau sungguh ingin membuktikan kepada dirinya sendiri juga kepada seluruh umat manusia, bahwa Allah selalu memberikan rezeki dimanapun kita berada.

Akhirnya pada suatu waktu pergilah ia ke hutan dengan tidak membawa bekal sedikitpun. Dia memasuki sebuah gua yang ada dalam hutan tersebut. Dia benar-benar mencari tempat yang jarang dijangkau manusia, ia berdiam diri di ujung gua tersebut...

Sungguh Allah Maha Maha Pengasih dan Penyayang...


Hingga suatu waktu, cuaca sangat buruk dan turunlah hujan yang sangat lebat dan angin yang kencang. Dan ternyata, sekelompok kafilah tengah melintas di hutan tersebut sehingga mereka tidak bisa meneruskan perjalanan. Akhirnya mereka istirahat dan tanpa sengaja mereka memasuki gua yang mana Imam Jahidi ada di dalamnya. Ketika mereka memasuki gua tersebut mereka tidak menyangka sebelumnya, bahwa ada orang yang lebih dulu masuk ke dalamnya. Akhirnya kafilah tersebut melihat seorang manusia yang sedang terdiam dengan keadaan yang sangat memprihatinkan.


Dengan lantang pimpinan kafilah memerintahkan kepada anak buahnya untuk memberikan makanan kepadanya! tetapi sungguh membingungkan..., karena Imam Jahidi tidak bergerak sama sekali, dia hanya diam seribu bahasa. Melihat hal tersebut, salah seorang dari mereka berkata.., wahai sahabat,  mungkin dia kedinginan..? sehingga tubuhnya begitu kaku seperti ini..? akhirnya salah seorang dari mereka memberikan mantelnya yang hangat untuk meyelimuti Imam Jahidi, sementara yang lain membuat tungku api untuk menghangatkan badannya.


Tetapi apa yang terjadi...? Ia tetap diam tak bergerak sedikitpun. Salah seorang dari mereka berkata kembali "mungkin ia terlalu lama menahan lapar sehingga giginya mengetat..! Maka dibuatkanlah untuknya susu yang segar dengan buah-buahan yang segar pula. Tetapi semua itu tidak merubah keadaan.


Karena merasa kasihan, dua orang dari kafilah tersebut mengambil sebuah pisau dan sendok untuk membuka mulut Imam Jahidi..., namun sebelum mereka akan membuka dengan paksa mulutnya terbuka dan Imam Jahidi tertawa sehingga membuat kaget orang yang ada disekitarnya..."Apakah kamu gila...?"


Imam Jahidi menjawab dengan lantang "tidak" aku tidak gila..! Sungguh Allah Maha Luas Rezeki-Nya. 


Sumber gambar ilustrasi:
https://al4nborn3o.blogspot.com


Share:

Saturday, January 20, 2018

Buah Kesabaran

Dalam hidup ini, setiap muslim kadang menghadapi ujian, cobaan dan bencana. Karena itu, ketika diuji, hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala kepada Allah atas musibahnya. Jika demikian, tentu Allah tidak akan menyia-nyiakan sesuatu pun untuknya, bahkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang hilang darinya.

Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah radliyallahu 'anha, bahwasanya ia berkata:

“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah, lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini, dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya’, kecuali Allah akan memberinya ganti yang lebih baik.’ Ummu Salamah berkata, ‘Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku berkata, ‘Siapakah orang Islam yang lebih baik dari Abu Salamah?, (penghuni) rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam? Lalu aku mengatakan ucapan di atas, kemudian Allah menggantikan untukku Rasulullah sebagai suami)’.”

Wahai umat Islam, ketahuilah! Sesungguhnya barang-siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya. Siapa yang meninggalkan dari menampar pipi sendiri, mengoyak-ngoyak pakaian dan berteriak-teriak me-ratap serta kemungkaran yang sejenisnya, kemudian ia memohon pahala di sisi Allah atas musibahnya serta mengembalikan semuanya kepada Allah, niscaya Allah akan menggantinya dan sungguh Allah adalah sebaik-baik Pemberi ganti.


Sumber gambar ilustrasi:
http://arthinkle.com


Share:

Allah Memberikan Beban Sesuai Kesanggupan


Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, "Tatkala ayat: `Kepunyaan Allah lah apa yang ada di langit dan di bumi. Apabila kamu menampakkan atau menyembunyikan apa yang ada pada dirimu, maka Allah akan memperhitungkan kamu lantaran perbuatan itu. Lalu Dia mengampuni orang yang dikehendaki-Nya dan mengazab orang yang dikehendaki-Nya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu' (QS. Al-Baqarah:284) diturunkan kepada Rasulullah saw. maka hal itu sangat menyulitkan para sahabat beliau.

Mereka menemui Rasulullah. Mereka berlutut seraya berkata, `Ya Rasulullah, kami telah dibebani berbagai amal yang dapat kami kerjakan seperti shalat, shaum, jihad dan sedekah. Sekarang ayat itu diturunkan kepada engkau, dan kami tak sanggup mengamalkannya.'

Maka Rasulullah saw bersabda, `Apakah kamu hendak mengatakan apa apa yang telah dikatakan oleh para Ahli Kitab terdahulu, yaitu `kami mendengar namun kami mendurhakainya?' Namun katakanlah olehmu, `Kami mendengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami. Dan kepada Engkaulah tempat kembali.'

Setelah orang-orang menginsafi ayat itu dan mengucapkan keinsafannya dengan lidah mereka, maka Allah menurunkan ayat yang sesudahnya, yaitu `Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. `Kami tidak membeda-bedakan sedikit pun antara seorang rasul dengan rasul lainnya.'

Dan mereka mengatakan, `Kami dengar dan kami taat. Ya Tuhan kami, ampunilah kami, dan kepada Engkaulah tempat kami kembali.' Setelah mereka mengamalkan ayat itu, maka Allah menasakh ayat tadi dengan ayat, `Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari (kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), `Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau khilaf.'"
(Baca Al-Baqarah, 284-286).


Dengan demikian, Allah Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang, memberikan beban kepada manusia sesuai dengan kesanggupan manusia itu sendiri. Allah memberikan kemampuan kepada manusia dengan akal untuk dapat memikul beban kehidupan ini, maka manusia wajib selalu berupaya mencerdaskan dirinya dengan belajar dari kehidupan untuk dapat menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang dialaminya.

Akal manusia yang dianugerahkan Allah harus diasah dan diolah. Jangan kita membiarkan diri kita dalam kebodohan. Terus berjuang agar potensi akal menjadi berkualitas, dan terus belajar agar potensi akal berkembang.

Sumber gambar ilustrasi:
http://viva.co.id



Share:

Dahsyatnya Doa


Di zaman Nabi Daud as, hidup bertahta seorang raja yang zalim sewenang-wenang. Rakyat negeri itu sangat menderita. Mereka lalu datang menjumpai Nabi Daud as dan mengadukan nasibnya. Nabi Daud kemudian memberi petunjuk agar rakyat bersatu padu menentang raja dan kemudian menghukumnya. Rakyat menuruti perintah Daud dan mereka berhasil mematahkan kekuasaan raja. Raja ditangkap dan dihukum lalu diasingkan di puncak gunung.
 
Dalam kesendiriannya, raja menjadi takut. Tak ada seorangpun yang dapat dimintai pertolongan. Ia kemudian berdoa kepada Allah SWT agar dibebaskan dari kesulitan. Tak ada petunjuk sedikitpun ia peroleh. Raja menjadi kecewa dan berpalinglah ia kepada matahari dan bulan. Ia memohon petunjuk agar terbebas dari kesusahan itu.
“Tuhanku, hamba memohon lindunganmu dari kesulitan yang menimpa hamba”.
Tapi tak ada petunjuk yang ia peroleh. Dalam keputusasaan itu, raja kembali berdoa kepada Allah SWT.
“Ya Allah…hamba telah ingkar kepada-Mu. Sekarang hamba kembali ke Tuhan Yang Maha Benar. Ya Allah,tolonglah hamba”

Allah yang Maha Pengampun mendengar doa raja dan Ia mengabulkan doanya itu. Allah kemudian menurunkan firmanNya,
“Orang ini selalu mengabdi kepada tuhannya, tetapi ia tidak beroleh manfaat dari tuhan-tuhannya itu. Hari ini ia telah kembali kepada-Ku dan berdoa,maka Aku mengabulkannya. Aku mengabulkan doa hamba-Ku bila ia memohon. Wahai Jibril, bebaskanlah hamba-Ku ini dan letakkanlah ia diatas bumi dengan selamat.”

Pagi hari berikutnya, rakyat beramai-ramai menuju puncak gunung. Mereka ingin melihat bagaimana keadaan raja zalim itu setelah dikurung seharian. Ternyata, setelah mereka sampai, raja sudah tidak berada di dalam kurungan lagi. Raja berada diluar kerangkeng itu dengan tak ada kekurangan apapun. Mereka lalu memeriksa kurungan, tetapi tak ada tanda-tanda bahwa raja berhasil merusakkan salah satu bagiannya dan keluar dari sana. Ini adalah peristiwa yang menakjubkan,pikir mereka.

Beramai-ramailah rakyat itu menuju rumah Daud, menceritakan apa yang dilihatnya. Mereka memberitahukan kepada Daud, telah terjadi keajaiban atas diri raja. Daud segera berangkat menuju puncak gunung untuk melihat sendiri cerita rakyat itu. Dan ia pun menyaksikan kejadian itu dengan heran dan takjub. Daud segera sembahyang dua rakaat dan memohon petunjuk.
“Ya Allah,beritahukanlah kepadaku mengenai peristiwa yang menakjubkan ini”.

Allah lalu berfirman kepada Daud, “Wahai Daud, hamba-Ku ini telah memohon perlindungan pada-Ku. Aku mengabulkan permohonannya itu. Bila Aku tidak mengabulkannya seperti tuhan-tuhannya yang terdahulu itu, lalu apakah bedanya Aku dengan tuhan-tuhannya itu? Aku mengabulkan doa orang yang mau bertaubat kepada-Ku. Wahai Daud, jelaskanlah masalah keimanan kepada orang ini. Tentunya ia akan beriman dengan baik. Aku selalu berkata benar dan memberi petunjuk.”

Subhanallah, luar biasa, seorang yang bersungguh-sungguh berdoa memohon kepada Tuhan , dan diterima doanya, sangat dahsyat sekali dampaknya. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berdoa kepada Tuhan dan menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya.   

Sumber gambar ilustrasi:
http://andrewirfantan.blogspot.com



Share:

Tuesday, January 2, 2018

Info Kajian Rutin dan Majelis Zikir REHAT Psikotauhid


Kajian Rutin Psikotauhid
Setiap bulan, Minggu Pertama Mulai 4 Februari 2018
Waktu : Shalat Subuh (Berjama'ah).
Lokasi acara : Mushalla As-Salam, Kompleks Perumahan Ciputat Molek - Tangerang Selatan (Belakang Polsek Ciputat).
Narasumber : Drs. KH. M. Abduh Al-Manar, M.Ag. (Pendiri dan Pembina Psikotauhid Center)

Majelis Zikir REHAT (Rekreasi Hati)
Setiap bulan Hari Ahad minggu ke-2 jam 10:00 - 12:00 WIB. 

Jamaah umum dari berbagai daerah. 
Lokasi Pondok Pesantren Al-Irsyadiyyah, Cibeuteung Udik - Kec. Ciseeng, 
Kab. Bogor - Jawa Barat. 
Narasumber : Drs. KH. M. Abduh Al-Manar, M.Ag. (Pendiri dan Pembina Psikotauhid Center)
Bagi yang berminat hadir dapat  menghubungi:
Agus Saefudin (WA : 0812 8623 2459)
 
Share:

Melaksanakan Perintah Sesuai Kemampuan


Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka. (Bukhari dan Muslim)
Dapat kita simpulkan : 
  1. Wajibnya menghindari semua apa yang dilarang oleh Rasulullah SAW.
  2. Siapa yang tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara keseluruhan dan dia hanya mampu sebagiannya saja maka dia hendaknya melaksanakan apa yang dia mampu laksanakan.
  3. Allah tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya.
  4. Perkara yang mudah tidak gugur karena perkara yang sulit.
  5. Menolak keburukan lebih diutamakan dari mendatangkan kemaslahatan.
  6. Larangan untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu dan bersepakat.
  7. Wajib mengikuti Rasulullah SAW, taat dan menempuh jalan keselamatan dan kesuksesan.
  8. Al Hafiz berkata : Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk menyibukkan diri dengan perkara yang lebih penting yang dibutuhkan saat itu ketimbang perkara yang saat tersebut belum dibutuhkan. 
Kajian hadis ini terkait dengan ayat-ayat  Al-Qur'an sebagai berikut  :
  1. Patuh kepada Rasulullah SAW : 59 : 7, 8 : 46.
  2. Bertakwa sebatas kemampuan : 64 : 16 .
  3. Berdebat yang tak berguna dan bertikai, sumber kehancuran : 40 : 5.

Sumber Gambar Ilustrasi:

http://mozaik.inilah.com

Share:

Jangan Ragu Janji Allah


Jangan sampai kamu merasa ragu, terhadap janji Allah, karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, walaupun telah tertentu waktunya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan cahaya hatimu.  Manusia sebagai hamba tidak mengetahui kapankah Allah akan menurunkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga manusia jika melihat tanda-tanda ia menduga, mungkin telah tiba saatnya, padahal bagi Allah belum memenuhi semua syarat yang dikehendaki-Nya, maka bila tidak terjadi apa yang telah diduganya, hendaknya tidak ada keraguan terhadap kebenaran janji Allah subhanahu wata'ala.

Sebagaimana yang terjadi dalam Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah, ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, menceritakan mimpinya kepada sahabatnya, sehingga mereka mengira bahwa pada tahun itu mereka akan dapat masuk ke kota Makkah dan melaksanakan ibadah umrah dengan aman dan sejahtera [mimpi Rasulullah saw. yang tersebut dalam surah Al-Fath]. Allah berfirman: "Sungguh Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti memasuki Masjidil Haram, jika Allah menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat." [QS. Al-Fath : 27]. 

Sehingga ketika gagal tujuan umrah karena di tolak oleh bangsa Quraisy dan terjadi penanda tanganan perjanjian Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah, yang oleh Umar dan sahabat-sahabat lainnya dianggap sangat mengecewakan,maka ketika Umar ra. mengajukan beberapa pertanyaan, dijawab oleh Nabi saw: Aku hamba Allah dan utusan-Nya dan Allah tidak akan mengabaikan aku. Firman Allah: "(Dalam menghadapi ujian dari Allah) Sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." [QS. al-Baqoroh 214].
:
Sumber Gambar Ilustrasi:
http://bacaanmadani.com
Share:

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan