Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Wednesday, December 20, 2017

Sejarah Al Qur'an (Menguak Sisi Pengumpulan dan Penulisan Al Qur’an) Bagian III


E.  Perbedaan Mushaf Abu Bakar dengan Mushaf Usman

Jika diperbandingkan, nampak beberapa perbedaan antara Mushaf Abu Bakar dengan Mushaf Usman berkaitan dengan motif dan cara pengumpulannya. Motif Abu Bakar adalah kekhawatiran beliau akan hilangnya Al Qur’an karena banyak para Huffaz dan Qori yang gugur dalam peperangan. Sedangkan motif Usman ialah karenabanyaknya perbedaandalamm cara-cara membaca Al Qur’an di daerah yang menimbulkansaling menyalahkan satu sama lain.

Pengumpulan Al Qur’an yang dilakukanAbu Bakar ialah memindahkan semua tulisan atau catatn yang berceceran di aneka media ke dalam satu bundel mushaf, dengan ayat-ayat dan surat-suratnya yang tersusuan serta terbatas pada bacaan yang tidak dimansukh, mencakuptujuh huruf (dialek) persis ketika Al Qur’an diturunkan. Sementara Usman menyalinnya hanya kepada satu huruf untuk mempersatukan kaum muslimin tanpa termasuk enam sisanya.

Penulisan mushaf di masa Abu Bakar bersumberpada hafalan dan tulisan dan tampaknya antara hafalan dan tulisan tidak ada yang diutamakan. Sedangkan dimata Usman, bahasa Arab Quraisy dijadikan standard manakala terjadi ikhtiar dalam bacaan Al Qur’an.

Penyusunan mushaf dimasa Abu Bakar dilakukan  oleh zaid ibn Sabit, dengan demikian penyusunan dilakukan secara perorangan, sedangkan mushaf Usman disusun oleh panitia empat : (a)Zaid ibn Sabit, (b) Sa’d ibn Abi Waqqas, (c) Abdullah ibn Zuber, dan (d) Abdulal-Rahman ibn Haris ibn Hisyam. Oleh karena itu pada masa ini penyempurnaan AlQur’an dilakukan secara berkelompok.

Perbedaan mushaf Abu Bakar dengan mushaf Usmanmenunjukkan peran dua tokoh ini dalammemelihara Al Qur’an. Abu Bakar telah berhasilmenyatukan catatan Al Qur’an yang berserakan dan dipadukan denganhafalanpara penghafal Al Qur’an. Di samping itu, ia telah melakukan penertiban urutan ayat Al Qur’an. Di samping itu, ia telah melakukan penertiban urutan ayat Al Qur’an. Sedangkan Usman berhasil menjadikan mushaf yang disusun di masa Abu Bakar sebagai mushaf resmi, terutama setelah mushaf lainnya di hancurkan. Di samping itu, ia juga berperan dalam menentukan surat-surat dalam Al Qur’an.


 F. Penutup

Sejarah pengkodifikasian Al Qur’an telah membuktikan bahwa sehebat apapun kritikan dan tuduhanyang dilontarkan pihak-pihak yangmeragukankeabsahan AlQur’an, ternyata mereka hingga dewasa ini belum juga mampumendatanngkanbukti-bukti akurat yang meragukankeaslian wahyuAllah yang satu ini. Apapun tudingan terhadap Nabi, Abu Bakar, dan sahabat lainnya tidak akan mengurangi keharuman nama mereka dalam sejarah percaturan umat islam.

Al-Zarkasy di dalam al-burhan fi Ulum al-Qur’an (1:297) menyatakan bahwasebagianorang mempungai pengetahuanyangkeliru mengenai sejarah Al Qur’an. Menurut mereka, Usman adalah orang yang pertama menyusun Al Qur’an. Padahal, tegas Al-Zakarsy, orang yang pertama yang menyusun dan mengumpilkan Al Qur’an adalah Abu Bakar.

Inilah buah yang dapat dipetik darisejarah AlQur’an,dasar perjuangan membentuk negara dan umat baru yang sangat kuat dan kukuh, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Joseph  Marzini : ”perubahan-perubahan besar yang sejati hanyalah akan tercapai dengan  kekuatankeyakinan yang kukuh dan suci belaka. Mudah-mudahan Al Qur’an menjadi pedoman pula bagi kita rakyat Indonesia yang sedang memperjuangkan hak keadilan dan kemerdekaan kita, yang setiapdetik sedia turut melaksanakan perdamaian duniayang jujur abadi.

Catatan Akhir :
  1. Abu Bakar Aceh. Sejarah Al Qur’an. Solo. CV. Ramadhani. Tahun 1989. Cet. 6. Hlm. 16.
  2. Muhammad Amin wa Akharun. Al-Tafsir wa ’ulumuhu. Jakarta ; Al-Idara Al Itmah LiRi’ayati Al-Muassasat Al Islamiyah Li Wazarah Al-Syu’un Al-Diniyah Al-Indunusiyah, 1412H/1991M,Cet 1,hlm.97.
  3. Jlala Al-Din Al-Sayuti, Al-Itqan Fi ’Ulum Al-Qur’an, Beirut, Maktabah Al Asriah, tahun 1987, jilid I, hlm. 163.
  4. Dikutip dari Kitab Shahih Bukhari oleh Subki Al Salih, lihat Subki Al Salih, Mabisfi ’Ulm Al-Qur’an, Beirut, Dar al-ilm lil al-Malayin, tahun 1977, hlm.65-66.
  5. Ibid,hlm.68.
  6. Manna Khalil Al_Qttan, Mahabis fi Ulum Al-Qur’an, Beirut, Muassasah Al-Risalah, tahun 1973, cet 2,hlm.118-110.
  7. Ibid.
  8. Abdullah Al-Zarkasy, Al-Burhan fi ’ulum Al Qur’an, Beirut, Dar Al Fikr, tahun 1998, Jilid I hlm.291.
  9. Jalal Al-Din Al-Suyuti, Op. Cit, hlm.59-61.
  10. Muhammad Abdul Azim Al-Razzaq, Manahil Al-Irfan fi ‘ulum Al Qur’an, Cairo, Isa Al-Babr Al-Halabi war Syirkahu,tt. Jilid, hlm.250-251
  11. Sejak sampai di tangan Hafsah tidak ada keterangan qarinah yang menyebutkan adanya naskah Qur’an selain yang satu ini.
  12. W. Montgomery Watt, Islamic Survey, Bell’s Introductionto the Qur’an, Edinburgh University Press, tahun 1970,hlm.41.
  13. M. Quraisy Syihab, Mukjizat Al Qur’an, Bandung, Mizan, tahun 1977, cet. I. hlm. 25-26.
  14. Abdul ShaburSahin, Tarikh Al-Qur’an, Cairo, Dar Al Qur’an, 1977, hlm.111-115. lihat pula Jlal Al-Din Al-Syuyuti, op.cit,hlm. 165. bandingkan dengan W. Montgomery Watt,op.cit,hlm. 51-55
  15. Disamping dialek Quraisy, ada beberapa dialeklagi yangberkembang saat itu, diantaranya dialekDamaskus yang diterima dari Miqdad ibn Al-Aswad, Dialek Kuffah yang diterima dari Abdullahibn Mas’ud, dialek Basrah yang diterima dari Abu Musa Al Asy’ari, dialek Syam yang diterima dari Ubai ibn Ka’b, dan dialek lainnya. Keterangan lebih lanjut bias diteliti di Ahmad Adil Kamal, Ulm Al-Qur’an, Cairo, Al-Mukhtar Al-Islami, tt. Hlm. 37. Lihat pulaMuhammad Ali Al Sabuni, Al Tibyan di Ulum Al-Qur’an, Beirut, Muassasah Manahil Al Irfan, tt. Hlm.45, atau Labib Al-Said Al Jam Al Shauty Al Awwal lil Al Qur’an Al Karim Au Al Murattal Al Mushaf Bawaisuhu wa Mukhattatuhu, Dar AlKatib Al Arabi, Cairo,tt.
  16. Tim Puslitbang Lektur Agama, Pedoman Pentashihan mushaf Al Qur’an, Jakarta, Departemen Agama RI, 1876,hlm.15-16. untuk keterangan lebih rinci ada di Muhammad Abdal Azim Al-Zarqani, Manahil Al Irfan fi Ulum Al Qur’an, Beirut, Dar al Ihya al-Kutub al-Arabiah,tt,ct. 1, hlm.247, atau dapat di pula dibandingkan dengan Manna KHalil Al-Qattan,op.cit,hlm.124-130.
  17. Abdul Mun’im al-Namr. Ulum Al Qur’an Al-Karim, Cairo, Dar al-Kitab al-Misri, tahun.1983,ce.2, hlm. 162.
  18. Manna Khalil Al-Qattan,op.cit,hlm. 132-133.

Sumber Gambar Ilustrasi:
http://ukhuwahislamiah.com


Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan