Melatih dan Mencerahkan Jiwa

Thursday, December 28, 2017

Mengundang Allah


Pada suatu hari, beberapa orang dari Bani Israil datang menemui Nabi Musa As dan berkata, “wahai Musa, bukankah kau boleh bicara dengan Tuhan? Tolong sampaikan kepada-Nya, kami ingin mengundang Tuhan makan malam.” Nabi Musa marah luar biasa. Ia berkata bahwa Tuhan tidak perlu makan atau minum. Ketika Musa datang ke Gunung Sinai untuk berbicara dengan Tuhan, Tuhan berkata, “Mengapa engkau tidak menyampaikan Kepada-Ku undangan makan malam dari hamba-Ku?” Musa menjawab, “Tapi Tuhanku, Engkau tidak makan. Engkau pasti tidak akan menerima undangan tolol itu.” Tuhan berkata: “Simpan pengetahuanmu antara engkau dan Aku. Katakan kepada mereka, Aku akan datang memenuhi undangan mereka.” 

Turunlah Musa dari Gunung Sinai dan mengumumkan bahwa Tuhan akan datang untuk makan malam bersama Bani Israil. Tentu saja semua orang, termasuk Musa, menyiapkan semua jamuan yang sangat mewah. Ketika mereka sedang sibuk memasak hidangan-hidangan terlezat dan mempersiapkan segalanya, seorang kakek tua muncul tanpa diduga.

Orang itu miskin dan kelaparan. Ia meminta sesuatu untuk dimakan. Para juru masak yang sibuk memasak menolaknya, “Tidak, tidak. Kami sedang menunggu Tuhan. Nanti ketika Tuhan datang, kita makan bersama-sama.” Mengapa kamu tidak ikut membantu. Lebih baik kamu mengambilkan air dari sumur ! 

Mereka tidak memberi apa-apa untuk kakek malang itu. Waktu berlalu, tetapi Tuhan ternyata tidak datang. Musa menjadi sangat malu dan tidak tahu harus berkata apa kepada para pengikutnya. 

Keesokan harinya, Musa pergi ke Gunung Sinai dan berkata, “Tuhan, apa yang Kau lakukan kepadaku? Aku berusaha meyakinkan setiap orang bahwa Kau ada. Kau katakan akan datang ke jamuan kami, tapi kau ternyata tidak muncul. Sekarang tidak ada yanag akan mempercayai aku lagi !”

Tuhan menjawab, “Aku datang. Jika saja kau memberi makan kepada hamba-Ku yang miskin, kau telah memberi makan Kepada-Ku.” Tuhan berkata, “Aku, yang tidak boleh dimasukkan ke seluruh semesta, boleh dimasukkan ke dalam hati hamba-Ku yang beriman.”

Ketika kita berkhidmat kepada hamba Tuhan, kita telah berkhidmat kepada-Nya. Ketika kita mengabdi kepada makhluk, sesungguhnya kita juga mengabdi kepada Sang Khalik. 

Kisah ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa semua makhluk Tuhan harus kita layani dengan sebaik mungkin apapun rupanya dan siapapun orangnya, semua harus mendapat perlakuan yang sama. 

Sumber Gambar Ilustrasi:

http://akuislam.id
Share:

0 comments:

Post a Comment

Konsultasi dengan Gus Abduh

Data Kunjungan